webnovel

"Aku membencimu!"

Shiina menggelengkan kepala. "Tidak! Tidak boleh! Sedari aku lahir, ini adalah rumah milikku. Rumah miliknya ada di seberang sana. Kenapa dia tak tinggal di sana saja? Padahal setiap hari dia datang ke sana dan entah apa yang dia lakukan, dia selalu tak mengizinkan aku masuk. Dia pelit, selalu memikirkan dirinya sendiri dan tidak pernah menganggap aku temannya," balasnya sembari memasang raut wajah kesal.

Memang selama ini Kaori selalu pulang ke rumah mendiang ibunya hanya untuk menangis. Shiina, Keiko bahkan Jirou tidak pernah tahu jika anak itu selalu saja menangisi sang ibu di depan Butsudan yang tidak jauh dari pintu utama rumahnya. Selain itu ia juga selalu melarang siapapun untuk masuk ke dalam rumah tersebut, ia hanya tak mau rumahnya berantakan.

Keiko yang melihat raut wajah sang anak hanya bisa memeluknya dan memberitahu dia jika apa yang diucapkannya terlalu jahat. Ia harus memahami bagaimana kondisi dan keadaan Kaori sejak ibunya pergi hingga sekarang ini. Namun Shiina malah menolaknya, ia berkata jika dirinya sudah lelah memahami keadaan Kaori sejak dulu, ia merasa jika Kaori tidak pernah mau melupakan tentang kematian Ayaka. Keiko terkejut mendengar ucapan Shiina, dengan nada sedikit tinggi, ia melarang Shiina untuk berkata seperti itu lagi. Ia hanya tak mau anaknya menjadi seseorang yang memiliki perasaan benci terhadap temannya sendiri.

"Aku tahu kau sangat iri dengan apa yang telah ia lakukan, tetapi jika kau mau berusaha, aku yakin kau bisa menjadi seperti Kaori-chan. Jangan pernah lagi berkata kasar seperti itu! Aku sangat tidak menyukainya, Shii-chan!" ujar Keiko sembari melepaskan pelukannya terhadap Shiina dan menatap tajam anaknya. Shiina yang ketakutan dengan tatapan sang ibu hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan pelan. Mendengar ibunya membela Kaori, rasa kebencian Shiina terhadap temannya itu semakin menjadi.

Keesokan harinya mereka sama-sama pergi ke sekolah dan ketika jam istirahat Shiina mengajak Kaori untuk makan bersama di sebuah kursi taman bawah pohon rindang. Sembari memakan makan siang mereka, Shiina meminta Kaori untuk segera pergi dari rumahnya. Tentu apa yang diucapkan Shiina membuat Kaori terkejut. Ia tidak menyangka jika temannya itu akan mengusir ia dari rumah.

"Kau kenapa, Shiina-chan? Apakah kau marah kepadaku hingga tega mengusir aku dari rumahmu?" tanya Kaori sembari menatap ke arah Shiina yang duduk di sampingnya.

Sembari memakan bekal yang dibawa, Shiina menjawab, "Aku membencimu!"

Kaori membelalakkan mata, tak menduga akan jawaban yang Shiina berikan. Ia pun menanyakan apa salahnya selama ini. Tanpa ragu, Shiina menjelaskan jika ia tidak suka saat melihat Kaori terus menerus mendapatkan hadiah dan pujian dari kedua orang tuanya sementara ia tidak pernah mendapatkan dua hal tersebut. Kaori merasa keheranan dengan alasan Shiina membencinya, padahal ia tidak berniat untuk mencuri perhatian lebih yang Jirou dan Keiko berikan. Selama ini, ia memang giat belajar dan selalu mendapatkan nilai hanya untuk dirinya sendiri, bukan untuk mendapatkan hadiah ataupun pujian dari orang tua Shiina.

"Maafkan aku, Shiina-chan. Aku tidak bermaksud merebut perhatian orang tuamu. Mereka yang memberikan aku hadiah dan pujian, aku tidak pernah memintanya. Selama ini aku hanya belajar untuk diriku sendiri, bukan untuk orang tuamu," ucap Kaori berusaha membuat Shiina memahaminya. Namun kebencian yang ada di dalam diri Shiina sudah cukup mendalam, anak itu tak mau mengerti.

"Aku tidak peduli! Aku hanya ingin kau segera pergi dari rumahku. Jangan lupa bawa Misaki-chan yang menyebalkan itu! Setiap hari Okaa-san selalu saja mengurusinya hingga lupa mengurusiku," ujar Shiina. Selain rasa irinya terhadap Kaori, diam-diam ia memendam perasaan kesal terhadap Misaki yang kini umurnya sudah hampir 4 tahun.

Kaori mengerutkan kening setelah ia mendengar ucapan Shiina tentang adiknya. Ia pun membalas, "Imouto-chan masih kecil, tentu dia membutuhkan perhatian yang lebih. Sama sepertimu ketika dulu. Sekarang kau sudah besar dan sudah bisa melakukan apapun dengan sendiri, tak membutuhkan bantuan Keiko-san."

Shiina menoleh ke arah Kaori, ia menatap kesal kepada temannya itu. "Jika kau dan Misaki-chan tidak datang ke rumahku, tentu Okaa-san akan tetap menjadikan aku anak nomor satunya. Semua ini karena kau, kau yang merebut kasih sayang kedua orang tuaku," katanya sembari berdiri. Lalu ia berjalan menjauh dari Kaori yang tertegun mendengar ucapan Shiina. Namun baru juga beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba saja ia membalikkan badan dan berkata, "Kau punya rumah sendiri, tinggal saja di sana! Jangan tinggal lagi di rumahku!"

Shiina pun pergi setelah mengatakan hal menyakitkan itu. Kini air mata Kaori mulai berjatuhan. Ia sadar, Shiina bukanlah teman yang baik. Memang tak sepantasnya ia tinggal bersama keluarga Shiina karena hal tersebut akan merusak hubungan mereka yang ada di sana. Pada akhirnya, Kaori memutuskan untuk tinggal di rumah peninggalan Ayaka bersama Misaki. Sebelum itu, ia harus membicarakan hal ini dengan Jirou ataupun Keiko.

Sepulang sekolah, ia segera menemui Keiko yang lagi-lagi tengah mengurusi Misaki. Wanita itu terlihat sedang menyuapkan Misaki makanan sembari menemaninya bermain boneka. Perlahan, Kaori mendekati mereka berdua dan memanggil Keiko.

"Oba-san!" panggilnya. Seketika Keiko menoleh ke sumber suara.

"Ada apa, Kaori-chan? Oh ya, apa kau sudah makan?" tanya Keiko.

Kaori menggelengkan kepala, lalu menjawab, "Aku akan makan nanti, tetapi sebelum itu ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Duduklah!" suruh Keiko sembari menunjuk tempat kosong di sebelahnya. Kaori menuruti apa yang Keiko katakan, ia duduk di sana.

"Bicarakan apapun yang kau mau, Kaori-chan. Tak usah ragu," katanya sembari tersenyum kepada Kaori.

Kaori menganggukkan kepalanya. Ia menarik napas, lalu membuangnya secara perlahan. Gugup yang kini Kaori rasakan. Namun tiba-tiba saja, Misaki menghampirinya.

"Onee-chan!" katanya sembari memberikan boneka yang ia pegang kepada Kaori. Setelah Kaori mengambilnya, Misaki menarik tangan Kaori dan mengajak ia duduk di karpet. Ia terlihat ingin mengajak Kaori bermain bersama. Kaori hanya menuruti apa yang adiknya inginkan.

"Jarang aku melihat kau bermain dengan Mii-chan," ucap Keiko.

Kaori menoleh ke arah wanita itu sembari mengerutkan kening. "Mii-chan?" tanyanya bingung. Baru kali ini ia mendengar Keiko mengucapkan nama itu.

"Panggilanku untuk Misaki-chan," jawabnya. Kaori membulatkan mulutnya dan menganggukkan kepala, menandakan jika ia sudah mengerti dengan apa yang Keiko katakan. Lalu mereka sama-sama terdiam. Tidak lama dari itu, Keiko kembali menanyakan hal apa yang ingin Kaori bicarakan. Dengan perlahan, Kaori mengatakan jika dirinya ingin tinggal di rumah peninggalan Ayaka karena sudah cukup lama juga mereka tinggal bersama keluarga Keiko di rumah ini. Tentu saja apa yang diucapkannya membuat Keiko terkejut. Ia menanyakan alasan tentang keinginan Kaori itu. Kaori terdiam, ia memikirkan alasan yang bagus agar Keiko mengizinkannya pergi.

***

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa collect & comment. Karena collect & comment anda semua berarti untuk saya.

Siguiente capítulo