webnovel

Bab 29 - wounded

Rasanya begitu bosan menatap apa yang ada di hadapannya, bandara seakan sebuah tempat seperti mall yang sering dirinya kuncinya, mungkin paspornya akan segera penuh jika hampir setiap hari melakukan perjalanan keluar negeri, mungkin juga dia akan menjalin hubungan keakraban dengan pihak bandara.

Sungguh aneh, tapi itulah hal yang kini dirinya rasakan, Aurora tidak banyak bicara sejak kejadian itu, tidak bisa bohong jika dirinya masih takut bahkan berada di dekat pria itu, tingkat kewaspadaan di dekat pria itu sangatlah tinggi.

"Kamu baik-baik saja Nona? Kamu membutuhkan sesuatu? Kami bisa membantunya." Seorang pramugari berbicara dengan Aurora saat dirinya melangkah masuk ke dalam, di saat Julian sedang sibuk dengan urusannya.

Aurora menolehkan pandangannya ke arah sang pramugari, apakah dia mengetahui sesuatu dari dirinya sampai dia berpikir dirinya dalam bahaya, akhirnya ada yang menaruh curiga pada dirinya, rasanya Aurora ingin sekali menangis tapi dia bisa apa, jika dia meminta tolong mungkin nasib kedua orang tuanya malah dalam bahaya.

Dia tidak tahu dimana pria itu menahan kedua orang tuanya, itulah kenapa dirinya harus menahan diri sampai dia tahu dimana lokasi kedua orang tuanya.

Aurora memilih memberikan gelengan kepala pada wanita itu. "Tidak, aku baik-baik saja, aku memang kurang sehat." Jawabnya, hal yang umum untuk menghindari kecurigaan itu, dia juga tetap waspada jika Julian mendengarnya.

Sang pramugari memberikan anggukan paham, dia sempat melirik ke arah pria yang ada di samping wanita itu dan memutuskan untuk tidak menaruh curiga lagi.

"Baiklah, jika Nona membutuhkan sesuatu bisa katakan saja padaku." Ucapnya, wanita itu mencoba untuk memberikan ruang lalu perlahan meninggalkan kedua orang.

Aurora menghela nafas, dia menyandarkan tubuhnya di kursi dan memilih untuk memejamkan matanya, karena memang tidak ada hal yang bisa dirinya lakukan, dia juga tidak merasa mengantuk sama sekali.

Julian tahu apa yang di bicarakan kedua orang itu, dia tidak memikirkan hal itu akan mengundang kecurigaan, jika bukan karena hal mendesak mungkin dia tidak akan memilih penerbangan ini, hanya karena mencoba lari dari ayahnya.

Dia malah membuat masalah baru.

Sampai akhirnya kedua orang itu masih enggan untuk berbicara satu sama lain, dimana hanya ada suara obrolan dari tempat lain yang satu pesawat dengan mereka, Aurora juga memilih untuk tidur karena kali ini perjalanan memakan waktu yang begitu lama.

Tujuh sampai delapan jam terbang, jadi harus bagaimana dia melewatkan waktu itu? Tentu saja tidur adalah solusinya, walau mungkin malamnya dia akan kesulitan tidur.

Julian menyimpan ponselnya, pria itu menatap ke arah wanita yang ada di sampingnya, tatapan hanya tertuju pada area leher yang terbuka sedikit itu, walau wanita itu sudah berusaha menutupinya akan tetap membuat curiga orang lain.

Ini musim panas, siapa yang akan mengenakan syal di musim itu?

"Aku harus bagaimana?" Tanya Julian, dia ingin membantu wanita itu untuk mengobati luka itu tapi bagaimana dirinya membantunya tanpa wanita itu ketahui?

Pria itu malah memberikan selimut di tubuh Aurora, lalu tatapannya tertuju pada pergelangan tangannya, karena terlalu sering di genggam erat pergelangan tangannya sedikit membiru, jika Julian perhatikan Aurora semakin pucat dan kurus.

Apakah dia yang mengubah wanita itu sampai semengerikan itu?

'Kau monster Julian.' Ucap pria itu dalam hatinya, dia benar-benar bersikap kasar pada seseorang wanita, apalagi Aurora—dia adalah seseorang yang berarti untuk Julian.

Sampai akhirnya pria itu hanya menatapnya, tidak ada hal yang benar-benar dirinya lakukan.

********

Aurora membuka kedua matanya saat dia merasa tubuhnya terlalu banyak di geser, seperti ada yang berusaha untuk membangunkan dirinya, dia melihat beberapa orang yang mulai meninggalkan tempat.

Dirinya langsung beranjak dari kursinya, tapi seseorang menahan tangannya dan membuatnya merintih kesakitan.

"Akh! Sakit." Ucap Aurora, dia menatap ke arah pria yang di samping, tangannya memang semakin hari semakin sakit karena dia juga tidak melakukan hal apapun untuk penyembuhannya.

Julian yang melihat itu refleks melepaskan tangannya dan mencoba melihat wanita itu, dia harus menghentikan kebiasaan menarik tangan wanita itu, kasihan sekali.

"Maaf." Ucap pria itu, tapi nada suaranya begitu kecil.

Aurora mengangkat kepalanya langsung menatap ke arah pria itu, dia benar-benar terkejut dengan hal yang hampir tidak pernah keluar dari mulut pria itu.

"Kita bisa keluar secara bergantian." Lanjutnya, pria itu hanya bermaksud untuk meminta wanita itu agar tidak terburu-buru saja.

"Aku–hanya terkejut saja." Ucap Aurora, dia kembali duduk di kursinya menunggu dirinya untuk keluar, dan dirinya masih tidak percaya, apakah pria itu mulai merasa bersalah atas apa yang sudah dirinya lakukan?

Hingga akhirnya Aurora keluar dari pesawat dan dia bersiap untuk mengambil koper miliknya, entah kenapa tangannya terasa begitu sakit dia sampai memijatnya agar bisa membawa koper itu, apakah dia terlalu banyak membawa barang?

Julian memperhatikan wanita itu yang seakan tidak nyaman dengan membawa kopernya, dia terus mengopernya. Pria itu mendekatinya dan memilih untuk membawakan koper itu.

Aurora kembali menatap pria itu dengan bingung, dia mencoba untuk mengajar pria itu tapi siapa yang akan menyangka jika dari arah lain ada yang berlarian dan menabrak dirinya.

Tubuh Aurora terjatuh hingga kakinya terasa begitu sakit. "Akh! Sakit sekali!"

Julian langsung mengalihkan pandangannya, dia langsung berlari ke arah Aurora dan mengabaikan koper mereka, memang hal yang salah menggunakan pesawat untuk bepergian.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Julian, pria itu langsung menggendong wanita itu dan menduduknya di kursi, lalu tatapannya tertuju pada pergelangan kakinya, karena wanita itu seakan menahan sakit di area itu.

"Ya, aku hanya kurang berhati-hati saja." Jawab Aurora, dia merintih kesakitan saat pria itu menyentuh kakinya, lebih tepatnya menahan agar tidak berteriak karena rasanya sangat sakit.

Julian mengangkat kepalanya, dia melihat jika wanita itu sedang menahan dirinya, apakah rasanya sesakit itu sampai dia menggigit bibirnya, kenapa tidak mengatakan saja.

"Kita ke rumah sakit." Ucap Julian, pria itu langsung menggendong wanita itu dan melangkah meninggalkan bandara, membuat beberapa orang menatap ke arahnya, ini hal yang sudah baisa untuknya karena dia sudah sering menggendongnya.

"Tidak, aku baik-baik saja, tidak—,"

"Apa kau tidak merasakan? Kau bahkan tidak bisa berjalan!" Ucap Julian, pria itu menyela ucapan wanita itu, apa salahnya ke rumah sakit daripada dirinya melakukan kesalahan lainnya.

Aurora hanya menatap bingung pada pria yang kini sedang membawanya, dia bahkan mengabaikan koper yang mereka bawa? Apakah dia tidak takut jika barang pentingnya hilang?

"Koper! Pikirkan itu!"

"Itu bukan hal sulit! Kau hanya perlu ke rumah sakit bersamaku! Jangan memikirkan hal lain!"

Siguiente capítulo