webnovel

Kalah

Pak Manto

Ayahku, Pak Manto lebih sering keluar kota. Pekerjaannya sebagai kontraktor mengharuskan untuk sering keluar kota karena lebih banyak mendapatkan proyek di kota lain. Sebenernya, bukan hanya soal pekerjaan tetapi  Ayah juga punya wanita simpanan. Dia sangat lihai menyimpannya, sehingga keluarga tidak tahu. Ini bukan masalah besar baginya.

Suatu hari, beliau bertemu dengan Sarti saat menangani proyek di Semarang. Pada waktu itu Sarti adalah sales  rokok yang menawarkan produknya di proyek itu.  Ayahku sangat tertarik dengan Sarti, mereka pun saling berkenalan. Siapa sangka, Sarti adalah tetangga desanya sendiri. Tapi dengan liciknya ayahku mengaku sebagai Randy , orang semarang yang masih bujang.

Dengan segala tipu daya , akhirnya Sarti mau menikah siri dengan Ayahku. Sampai, Sarti hamil. Selama ini, Sarti tiak tahu menahu tentang kehidupan Ayahku diluar sana,  apa benar dia masih bujang atau sudah berkeluarga.  Ayah pun hanya menemuinya seminggu sekali. Sampai dia mendengar berita bahwa suaminya itu menikah lagi  dengan seorang biduan.  Sarti tidak terima dengan kelakuan biadap suaminya itu. Sehingga ketika Ayahku datang berkunjung di kontrakan Sarti, percekcokan tidak terhindarkan.

Ayahku yang tidak tahan dengan sikap Sarti yang keras, akhirnya melakukan cara licik  dengan memasukan pil Gila dalam minuman Sarti. Walhasil Sarti kehilangan akalnya dan berangsur gila. Lalu, Ayahku memukulnya sampai pingsan dan berniat membuangnya di desa tempat asalnya.

Sesampai di pinggir Desa, kelakuannya kepergok oleh Reza.

"Pak Manto, ini siapa Pak?'

"eh.. anu.. ehmm.." sahut Ayah gugup.

"Ini simpanan Pak Manto ya."

"Bukan urusanmu. Kamu jangan ikut campur."

"Saya tahu jadi saya berhak ikut campur."

Ayah terlihat bingung karena kelakuan bejatnya ketahuan oleh Reza. Reza tidak menyia-yiakan kesempatan ini.

"Saya akan menjaga rahasia Bapak ini asalkan bapak mau bekerja sama dengan saya."

"Maksudmu?"

"Bapak tahu Pak Rangga 'kan?'

"Iya, orang kaya baru yang sok-sokan itu, aku benci dengannya. Gara-gara dia, Rafa anaku lebih nurut kepadanya daripada dengan aku."

"Kebetulan sekali Pak, sekarang Pak Rangga lagi stroke. Dia sendirian. Gimana kalau kita rampok rumahnya?

"Gila kamu ya? Kalau ketahuan gimana?'

"Enggak bakal Pak . Orang-orang sangat membencinya. Dia mau teriak sekencang apapun juga enggak bakal ada orang yang menolong."

Ayahku berfikir sejenak. Kemudian dia pun dengan terpaksa menuruti keinginan Reza.

"Nah gitu dong, 'kan kita sama-sama untung."

"Terus, nasib wanita ini gimana?  aku sudah memberikan dia pil supaya saat bangun nanti dia menjadi gila."

"Tenang Pak, Enggak usah khawatir. Ketika dia bangun nanti, biarkan saja dia berkeliaran di kampung ini sebagai orang gila. Nanti aku yang menyebar rumor kalau wanita ini gila karena ditinggal suaminya menikah atau apalah. Bapak tinggal terima bersih aja.

"Ok, terus kapan kita merampok rumah Pak Rangga."

"Sekarang saja."

***

Rencana untuk merampok rumah Pak Rangga sukses meskipun mereka sempat diganggu oleh sosok wewe gombel.  Reza tersenyum puas karena sudah berhasil melampiaskan dendamnya kepada Pak Rangga. Sementara Ayahku sedikit menyesal telah melakukannya, namun disisi lain rasa bencinya tersalurkan.

beberapa hari kemudian, tercium aroma tidak sedap dari rumah megah Pak Rangga. Warga yang curiga akhirnya menggeledah rumahnya. Ternyata jasad Pak Rangga sudah membusuk karena meninggal cukup lama. kondisinya sangat mengenaskan. Baik Reza dan Ayahku panik, tapi ternyata warga enggan memperkarakan tentang meninggalnya beliau, entah itu dirampok atau apapun itu. jika berita ini sampai menyebar luas justru warga di desa itu yang akan dicap sebagai pembunuh karena membiarkan orang yang stroke meninggal di rumah sendirian, akhirnya mereka lebih memilih untuk menguburkannya secara layak.

Reza dan Ayah bisa bernapas lega karena aib mereka tertutup rapat. Dan tidak ada warga yang tahu kalau penyebab kematian Pak Rangga adalah mereka.

Sudah sebulan, Sarti berkeliling desa dalam keadaaan hamil. Dia terus memanggil nama Randy untuk bertanggung jawab. Warga desa yang merasa kasihan memberinya makan dan sebagian lain yang merasa risih mengusirnya. Berita tentang Sarti yang gila pun terdengar sampai telinga keluarga sarti di kampung sebelah. Mereka sedih mendengar keadaan Sarti dan mau membawanya ke rumah. Tapi Sarti menolak untuk pulang. Dia lebih suka berjalan-jalan di desa itu.

Sampai suatu hari Sarti ditemukan terpeleset dan terjatuh di tanggul desa, ketika malam hari dia lebih suka di sana hingga nasib naas menimpanya  Beritanya pun gempar. Ayahku tersenyum puas karena aibnya tertutup selamanya. Dia pun datang untuk mengiringi pemakaman almarhumah istri sirinya itu.

Kerjasama antara  Ayah dan Reza berjalan mulus selama ini. Sampai hari kepulanganku tiba. Mereka merencanakan sebuah rencana jahat yang sudah disiapkan untukku. Ketika rapat desa berkenaan dengan rumah mana yang akan dipilih untuk karantina, ternyata Ayah dan Reza  yang paling gencar menyuarakan rumah kosong itu sebagai tempat karantina bagi orang-orang yang baru datang dari perantauan. Petinggi desa termasuk Pak Modin pun menyetujui ide mereka, karena memang tidak ada pilihan lain, meskipun mereka tahu rumah itu jarang sekali dihuni oleh pemiliknya, Pak Wiryo. Sehingga kesan angker melekat dibenak mereka.

Bagi Ayah yang tidak percaya dengan hal-hal mistis, dia menilai rumah kosong itu sangat cocok untukku, lebih tepatnya cocok untuk melakukan sebuah rencana jahat.

Ayah yang di daulat oleh petinggi desa untuk menelfon Pak Wiryo yang tinggal di jayapura. Ayah, mengatas namakan warga, meminta izin supaya rumah kosong Pak Wiryo itu digunakan untuk tempat karantina.

"Gimana Yo? Boleh enggak rumahnya buat tempat karantina? Kebetulan anakku juga mau datang dari berlayar ini, dan akan menjadi yang pertama untuk karantina." Percakapan mereka sangat akrab sekali

"Oh, kalau boleh tahu weton anakmu apa To?"

"Selasa kliwon," sahut ayah tanpa menaruh curiga. Terlihat Pak Wiryo tersenyum miring diseberang sana.

"Ok, tidak masalah. Aku mengizinkan rumahku sebagai tempat karantina."

"Siap, Makasih"

***

Pak Wiryo, meskipun dia jarang sekali pulang ke desa. Tapi kalau pulang, beliau pasti mengadakan pesta besar-besaran. Selain itu, beliau juga sering menyantuni orang-orang tidak mampu di desa. sehingga warga senang kalau beliau datang. Sawah berhektar-hektar yang semula dia percayakan kepada almarhum Rangga pun hasilnya melimpah ruah. Pak Rangga memang dulu miskin, tapi karena keahliannya dalam bercocok tanam, membuat Pak Wiryo mempercayakan sawahnya kepada Rangga. Sehingga Rangga bisa memiliki sawah sendiri, dan bertambah banyak setiap tahunnya. Derajat keluarga Rangga terangkat sejak saat itu.

Sebenarnya Warga iri dengan Rangga kenapa dia yang dipilih untuk mengelola sawahnya, apalagi melihat Rangga menjadi kaya Raya seperti sekarang, rasa iri mereka bertambah berkali-kali lipat. Ditambah sikap sombong Rangga membuat warga neg jika bertemu dengannya. Pak Wiryo mengetahui semua itu, tapi beliau tidak ambil pusing. Ada alasan misterius kenapa dia memilih Pak Rangga.'

Siguiente capítulo