webnovel

Chapter 37 Lead The Way

Di luar, Line sudah memasukan banyak peralatan di bagasi mobil kecil. 

Ia menatap Roland dan memasang wajah membosankan. "Serius? Kau memperbaiki mobil kecil ini? Apakah kau bercanda?"

"Haiz... Memperbaiki banyak mobil bagus memangnya tidak menggunakan banyak tenaga, lagi pula di sini tidak banyak mobil gede, dan juga mobil kecil ini terlalu kecil mesin nya, kemungkinan bisa macet di jalan, selama itu, kita bisa cari mobil lain untuk di naiki," kata Roland. 

"Baiklah, cepat masuk," Line menerimanya. 

"Line...." tiba tiba terdengar suara Uminoke memanggil membuat mereka berdua menoleh.

"Line, kau akan kemana?" tatap Uminoke dengan khawatir. 

"Aku akan pergi sebentar, aku akan kembali secepatnya juga, tunggulah aku di sini." 

"Haiz.... Hati hatilah," tatap Uminoke. 

"Ya, aku pergi dulu," balas Line. Lalu mereka masuk dengan Roland yang mengemudi. Ia memasang sabuk pengaman bersama Line. 

Tapi mereka mendengar ada yang masuk. Membuat mereka berdua menoleh. Rupanya Kachi dengan senyum nya yang masuk ke bangku tengah mobil itu. 

"Apa yang dia lakukan di sini?" Line menatap Roland. 

"Oh, dia hanya ikut saja, hei, jaga sikap mu," lirik Roland pada Kachi. 

"Ah tenang saja, aku bukan anak kecil.... (Berada di satu mobil bersama dua lelaki ganteng, ini keberuntungan ku seumur hidup,)" Kachi tersenyum senang sendiri. 

Lalu Roland mulai menginjak gas dan berjalan pergi. 

Sesampainya di jalan jembatan yang sangat besar itu. Kachi terus bicara. "Apa yang serum itu lakukan dan bagaimana itu bekerja nanti? Apakah kalian bisa memberitahuku?" Kachi terus bertanya pertanyaan yang sangat sangat di bilang penasaran. 

Hal itu membuat mereka berdua yang ada di depan memasang wajah annoying face. 

Tapi tiba tiba saja Roland terkejut duluan dan seketika itu juga, mobilnya berhenti sendiri membuat mobil itu berhenti sangat mendadak. 

Hal itu aman bagi kedua lelaki itu memakai sabuk pengaman, tapi Kachi. Dia tidak memakai sabuk pengaman nya di bangku tengah, seketika ia terlempar ke depan begitu saja membuat kedua lelaki itu terkejut menatap nya. 

"Ah.... Ah hahaha.... Huhu," Kachi memegang kepalanya yang kesakitan. 

"Apa yang terjadi?" Line menatap ke Roland yang menoleh ke bawah. 

"Sepertinya mesin nya mati, aku tadi sudah bilang kan, mesin nya akan macet, salah satu cara adalah mencari mobil di sekitar sini," kata Roland. 

"Kau bisa berdiri?" Line mantap Kachi. 

"Aw... Awh... Ya, aku bisa berdiri hngg," dia mencoba berdiri memegang kepalanya. Lalu mereka bertiga keluar. 

Roland berjalan ke pinggir jembatan jalan raya itu dan menggunakan teropong yang di bawa dilhernya, menatap ke sekitar di susul Line yang berjalan mendekat. 

Kachi duduk di bagasi mobil dengan melihat ke sekitar. "(Banyak mobil berkurang, padahal dulu aku melihat banyak mobil berserakan di sini, aku benar benar tidak tahu, apakah semua manusia yang masih sadar itu mengambil mobil nya? Jika itu benar, kemampuan mereka sama seperti Roland,)" pikirnya sambil melihat sekitar. 

Sementara Line dan Roland menatap di bawah jembatan jalan raya itu. 

"Baiklah, aku menemukan satu mobil bagus di sini," kata Roland. Ia memberikan teropong nya pada Line. Lalu Line menariknya ke matanya seketika Roland tercekik karena tali itu tadi terpakai di leher nya. Ia melepasnya dengan masih Line fokus melihat arah Roland menemukan mobil tadi. 

Tapi yang Line lihat, ia melihat mobil es krim yang norak di sana. Ia menjadi bingung, Roland yang tahu bahwa Line salah liat menjadi mengarahkan teropong nya ke arah lain. 

Kini sekarang Line melihat mobil bis yang bagus dan mewah di sana. 

"Sepertinya itu bagus, kau bisa memperbaikinya?"

"Aku akan liat liat dulu," balas Roland. 

Lalu mereka bertiga akhirnya pergi turun dari jembatan itu ke arah tebing di sana dan berjalan menuju ke bis itu. Hingga Akhirnya mereka berhasil sampai ke sana. 

"Wah, bis ini kelihatan nya bagus," Kachi melihat sekitar. 

Roland akan membuka pintu bis itu, tapi ia terdiam tidak membukanya. 

"Apa yang kau tunggu Roland?" tatap Kachi dengan bingung. 

"(Ini seperti yang akan terjadi,)" pikir Roland dengan wajah serius sendiri. "Tidak ada, hanya perasaan ku saja atau memang benar," Roland berpikir. 

"Kenapa? Apa di dalam ada zombie?" 

"Tidak, tidak ada."

"Kalau begitu buka saja," Kachi mendekat dan langsung membuka pintu itu. 

"Heh jangan-

Roland akan menghentikan nya tapi terlambat, rupanya pintu bis itu ada alarm pintu, setiap di buka, bunyi mobil yang terkunci akan berbunyi sangat keras apalagi di tempat sepi itu. 

"Bagus gadis.... Sekarang kau memancing banyak makhluk itu," Roland menatap pasrah. Sementara Line yang ada di sisi lain menjadi menoleh pada bis ketika mendengar suara itu, lalu ia melihat ke sekitar dan terdapat banyak sekali zombie yang masuk lewat pagar, semak semak dan tempat terbuka lain. 

"Sialan...." Roland mengambil ransel nya dan langsung melompat ke meja tinggi di dekat sana dan langsung melompat lagi hingga ia mendarat ke atas bus sementara Line menyiapkan pisaunya dan melempar nya sangat banyak mengenai banyak zombie di bagian nya. 

"Hei.... Dimana... (Kenapa dia malah pergi, cih... Aku yang harus menghabisi,)" Kachi mengeluarkan pistol tembakan nya dan mulai menembak. Tak disangka, wanita itu benar benar bisa menggunakan pistol tembak. 

Roland menyiapkan senapan nya, merakit dengan cepat dan ketika selesai mulai menembak dan terkena sasaran semua. 

Line yang mengirit peluru, dia tak menggunakan pistol nya sama sekali dan setelah menembak dengan pisau, ia berlari mendekat mengambil pisau pisau yang menancap di kepala zombie yang sudah dia kalahkan. 

Ketika ada satu zombie yang menyerang nya ketika dia mengambil pisau, Roland menembak zombie itu dari belakang Line. 

Tapi itu hanya kena bahu zombie itu, untung nya Line mengeluarkan belati nya dan mengibaskan nya menjadi pedang, pedang yang sangat tajam di sana. 

Roland terdiam melihat itu, ia menatap Line yang menoleh padanya tersenyum kecil. "Usaha yang bagus menyelamatkan ku," tatap Line dengan senyum seringai nya. 

"Cih, kau harusnya berterima kasih," gumam Roland dengan nada kesal. Ia lalu mulai kembali menembak pada yang lain nya. 

Mereka terus menembak dan Line terus bergerak memotong semua zombie itu dengan pedang nya. 

Tapi Roland berhenti menembak dan melihat ada satu zombie yang aneh, zombie itu tak terlalu bertubuh besar, dia sedang mencoba menangkap kupu kupu dan tak peduli ingin kemana. 

Dari sana Roland terdiam bingung. "(Kenapa dia mencoba menangkap kupu kupu itu, dia bahkan tak mau kemari... Apakah dia punya pemikiran lain?)" pikirnya hingga ia benar benar tak sadar ada satu zombie memanjat. 

Line menengadah kebetulan dan terkejut melihat zombie itu. 

"Hoi, di belakang mu!!" teriak nya, seketika Roland menoleh dan melihat zombie itu berlari akan menyerang nya. Roland dengan cepat langsung menunduk membuat zombie itu melewatinya ketika melompat menyerang. 

Zombie itu jatuh kepalanya duluan dan untuk memastikan, Line menebas kepala zombie itu hingga mati. 

Tapi ada zombie yang merangkak dari bawah bis itu, ia memegang kaki Kachi membuat Kachi terkejut. "Ahhh!!!"

Line menoleh dan melihat bahwa zombie itu menggigit sepatu Kachi. Dari atas, Roland menembak kepala zombie yang menggigit sepatu Kachi, untung nya zombie itu tertembak dan mati. 

Setelah selesai, tak terlihat lagi beberapa. Roland turun dan Line menemukan kain lap, ia mengambil nya dan membersihkan pedang nya dari darah kotor yang ia gunakan tadi. 

Tapi dari jauh, Kachi melihat sesuatu. "Sepertinya ada satu sisa yang baru datang," kata dia lalu Roland ikut melihat itu hanya satu zombie biasa yang datang sendirian. 

"Habisi saja itu," kata Line dari agak jauh. 

Roland membidik dengan pistol tangan nya menembak zombie itu. Tapi siapa sangka, zombie itu menghindari nya membuat Roland terkejut, dia mencoba menembak lagi. Tapi zombie itu benar benar bisa menghindari tembakan Roland dengan tubuh lemas nya itu. 

"Ada apa kawan!! Kau tidak ingin mati!" teriak Roland. Ia mengeluarkan shot gun di tangan kanan nya dan menembak dua kali, dalam tembakan itu di sebut Double Tap. 

Tapi ketika kena tubuh zombie itu, dia memang jatuh, hal itu membuat Roland berhenti, tapi siapa sangka bahkan zombie itu berdiri lagi dengan posisi kaku dan masih bisa berjalan ke Roland. 

"Cih, sialan," Roland kembali mengambil satu pistol lagi di tangan kirinya sehingga ia memegang kedua pistol dan seketika menembak sangat banyak. 

Meskipun zombie itu kena banyak peluru di tubuhnya, dia masih tetap bisa berjalan hingga jatuh tengkurap. 

Dia memang berhenti, tapi kembali mengangkat tubuhnya, untung nya tak bisa berdiri, tapi merangkak mendekat ke Roland yang terus menembaki nya. 

Line yang melihat hal itu menjadi terdiam bingung. "(Kenapa zombie itu seperti tak bisa mati? Padahal sudah di tembak beberapa kali,)" ia terdiam berpikir serius dan berjalan mendekat, Roland terus menembaki zombie yang terus merangkak itu juga. 

Hingga ia berhenti menembak melihat Line melewatinya maju mendekat ke zombie itu yang memegang kedua kaki Line. Tapi Line menginjak kepala zombie itu hingga pecah. 

Kachi yang melihat itu menjadi terkejut dan terpucat. 

"Kenapa ini begitu aneh?" Line menginjak tubuh zombie itu lalu menatap pecahan pecahan kepala zombie itu dengan wajah serius. 

"Mungkin itu adalah mutasi nya, ini sudah hampir 20 hari, pastinya sudah masuk tahap infected level 3 dan jika aku lihat, dia mungkin tahap nya lebih dari level 3, bermutasi sendiri itu lebih tepat nya," kata Roland. 

"Itu akan membuat kita semakin khawatir," tambah Kachi. 

Lalu Line menatap ke arahnya. "Yang aku khawatirkan itu kau, kau tadi tergigit di kaki mu," tatap Line dengan serius. 

"Hah? Tidak," Kachi menoleh ke kakinya dan melihat sepatunya banyak darah dan gigitan. Ia segera melepas sepatunya dan untung nya saja, kakinya tak tergigit karena tak ada luka maupun bekas darah yang masuk menodai kaus kakinya. 

"Bagus lah jika begitu, ayo masuk ke bis," kata Roland. Mereka menjadi lega karena Kachi tidak tergigit. 

Lalu Roland mengambil kendali bis itu dan setelah mereka masuk, mereka mulai mengendarai bis itu. 

"Kemana kita akan pergi?" tanya Roland. Line yang berdiri sambil memegang peta yang ia baca menjadi membalas pertanyaan Roland. "Lurus saja, kita ambil jalan hutan." 

Lalu mereka melewati hutan yang sangat panjang dengan bis itu. 

"Kau cukup berguna... Wanita," tatap Roland pada Kachi yang duduk di belakang. 

"Yah, dia bisa menggunakan pistol dengan baik," tambah Line. 

Dari sana Kachi langsung terbawa malu senang. "Aigo, jangan begitu, aku memang belajar selama 15 hari karena wabah ini," kata Kachi.

Siguiente capítulo