webnovel

Chapter 10 Lead The Way

"Hanya inikah kemampuan kalian, huh... Tentara tidak berguna. Hanya menurut pada negara kalian yang payah!!" kata Line dengan nada yang membunuh. Peluru dan rudal mulai membidiknya, untuk lebih pro lagi, ia mengangkat tangannya dan saat itu sebuah peluru mengenai rantai borgolnya membuat tangannya tak tersambung borgol lagi. Lalu dengan cepat ia mengambil 2 pisau yang disita tadi dan menghindari semua peluru dengan menangkisnya menggunakan 2 pisau itu.

Uminoke yang mengintip itu dari balik dinding rumah menjadi terkejut tak berkutik karena Line mempunyai kemampuan yang seperti itu.

"(Line... Kenapa dia begitu berani bertarung seperti itu... Apa yang harus aku lakukan sekarang... Aku benar-benar takut dan di sini sangat berisik.)"

Tapi tiba-tiba seseorang menariknya dan menyanderanya.

Semua tentara mulai bergerak cepat. Salah satu dari mereka berteriak berhenti dalam bahasa Iran. Lalu semuanya berhenti, termasuk Line. Tentara tersebut melepas baju pelindungnya hingga ia benar-benar menggunakan pakaian biasa. Lalu berjalan ke depan Line tanpa senjata.

"Ada apa... Mau berduel denganku... Boleh saja, ayo maju jika kau berani," Line mengangkat pisaunya lalu menjatuhkannya.

Tentara itu berbicara sesuatu melalui bahasa Iran. Dan bahasa itu rupanya diketahui Line.

Dalam kata terakhirnya, tentara itu melepas pukulan mendadak karena dia berpikir bahwa Line tidak akan tahu yang dia ucapkan untuk berduel dengannya. Tapi Line tahu dan langsung menahan pukulan itu dengan tangannya. Tentara itu terkejut dan mencoba untuk menarik kembali tangannya tapi tidak bisa. Padahal tubuhnya lebih besar daripada Line.

Semua tentara mulai kebingungan.

"Memanfaatkan bahasa dan menyerang dengan tenaga licik aku sudah tahu itu. (Aku sudah menguasai 68 bahasa secara verbal dan tertulis dan mempelajari 120 bahasa lainnya, memang nya aku ini apa jika tidak tahu bahasa yang terlalu mudah begitu....)" kata Line yang menarik tangannya, membuat tentara itu tertarik tubuhnya akan menjatuhi Line. Tapi dengan pukulan keras, Line memukul perut tentara itu hingga tentara tersebut menunduk kesakitan. Tak hanya sampai di situ, Line juga menendangnya hingga terpental agak jauh. Semua tentara berfokus sambil terkejut pada tentara yang terpental itu. Tapi saat mereka menoleh ke Line, dia sudah tidak ada. Mereka terkejut dan bingung waspada.

"Hoi, cari aku kah," kata Line. Mereka menoleh ke atas dan menengadah, terlihat Line berdiri di balkon rumah sambil membawa senapan dan seketika menembaki mereka tanpa ampun.

Ia tidak tahu bahwa suara yang ditimbulkan tadi akan memancing banyak sekali zombie.

---

Roland dan Imea terlihat sudah sampai di lapangan tempat mendarat helikopter tengah kota. "Apa yang terjadi, Mas Roland, kenapa kau mengajakku kesini?" Imea ikut turun.

Lalu Roland mendekat dan mengatakan sesuatu. "Imea, aku sudah pernah bertanya padamu kan bahwa apa kau punya pacar, dan aku ingin bertanya lagi, kenapa kau tidak punya pacar?" Roland mendekat membuat Imea berwajah merah.

"Eto, em, sebenarnya tidak ada yang pernah menyatakan cinta padaku sebelumnya."

"Kenapa?"

"Mas Roland, aku tidak bisa mengatakannya padamu... Ada suatu hal yang membuatku jelas mengatakan hal ini," Imea membalas.

"(Ada apa dengan gadis ini, dia nampak aneh,)" Roland jadi bingung.

---

Sementara itu, Line berdiri di antara mayat-mayat tentara itu sambil bernapas berat kelelahan. "(Ha... Ha... Payah... Badanku sakit semua... Aku terlalu menganggap hal ini remeh tanpa senjata.)"

Lalu ia baru menyadari bahwa Uminoke tidak ada. Ia menoleh sekitar dan tepat jauh di belakangnya, Kella menyandera Uminoke dengan pisau yang bersiap mengiris lehernya.

"Uminoke!!" Line terkejut.

"Hmp, kau memang pembunuh buronan itu, apa kau tidak pernah nyaman, Line, setiap hari harus berganti identitas untuk menghindari kejaran mata-mata. Tempat tinggalmu berpindah-pindah. Yang kamu lihat hanyalah rawa gersang yang gelap, tidak mempunyai siapapun, apa kau tidak pernah bisa tenang," kata Kella.

"Dengar Uminoke, gadis biasa... Apa kau mau bersama dengan lelaki yang bekerja sebagai pembunuh seperti dia, kamu pasti juga terkejut dia membunuh semua manusia-manusia yang bernyawa itu kan. Bencilah dia, dia tidak pantas didekati!!!" Kella berteriak pada Uminoke sementara Line hanya terdiam pasrah menunggu jawaban darinya.

Tapi sesuatu muncul yaitu Uminoke marah melepas sanderaan Kella dan langsung menamparnya. Line dan Kella menjadi terkejut.

"Dengar Kella, kau bertanya pada Line soal kehidupannya yang harus berganti-ganti dan bersembunyi di balik bayang-bayang, lalu aku tanya padamu, apa kau tidak mengkhianati harga dirimu sendiri hanya karena ingin mendapatkan Line untuk jabatan tinggi. Kau bahkan sampai membunuh seseorang yang seharusnya tidak dianjurkan dalam harga dirimu!! Kamu bukanlah gadis yang baik," kata Uminoke.

Kella yang mendengar itu menjadi kesal dan langsung menembak kaki Uminoke.

Door!!

"Dasar wanita!!! Berani kau menamparku... Jalang!!!!"

"Ahhh!!" Uminoke tertembak bagian paha membuatnya terjatuh sementara para zombie sudah dekat padanya.

"Uminoke..." Line terkejut berlari ke arahnya.

"Jangan mendekat, Line!!!" kata Kella sambil memegang Uminoke yang ia buat sandera lagi. Uminoke menatap Line dan mengingat-ingat saat mereka berdua bertemu di kuil itu. Bahwa di belakang Line samar-samar ada biksu meninggal, sudah jelas Line dalam misi kliennya. Uminoke bahkan baru ingat sekarang.

"(Ini sangat aneh... Kenapa aku membela Line... Padahal dia adalah pembunuh, buronan, dan orang yang sangat berbahaya... Apa yang harus aku katakan... Kenapa saat itu aku benar-benar tidak sadar... Line datang ke kuil itu bukan untuk berdoa tapi membunuh biksu itu dengan sebab... Apa yang harus kulakukan... Aku sudah tahu semuanya tentangnya.)"

"Sekali kau melangkah, dia akan aku bunuh lagi," Kella menodongkan tembakan ke leher Uminoke yang masih kesakitan.

"Uminoke, apa kau sudah melihatnya, kau sudah melihat diriku yang sesungguhnya. Aku mencarimu sampai saat ini karena ingin membunuhmu agar tidak memberitahu semuanya soal apa yang kau lihat pada orang yang ku bunuh saat di kuil itu. Tapi ketika aku melihat wajahmu... Pikiranku berubah, namun... Monster tetaplah monster. Sekarang kau boleh takut padaku," kata Line.

"Line," Uminoke menangis sedih mendengarnya.

Lalu Line menambah perkataannya. "Aku hanya mencari seseorang yang bisa menilai ku bahwa aku bisa melindunginya dan itu adalah kau jika kau memang bisa berpikir hal itu," kata Line membuat Uminoke terdiam.

"(Line, jadi aku adalah orang yang harus dilindungi olehnya,)" Uminoke tak percaya mendengar itu.

"Banyak bicara, kau sudah membunuh tim alpha. Mereka satu-satunya kendaraan bagiku, tugasku sudah gagal jadi aku akan membawamu dalam keadaan mati," kata Kella.

Tapi tiba-tiba banyak sekali zombie datang dari arah belakang Kella dan Uminoke.

"Oh pas banget," Kella mendorong Uminoke.

"Ah..." ia terjatuh dan akan bangun tapi luka di pahanya semakin terasa sakit. Ia sudah tidak bisa apa-apa.

"Uminoke!!" Line terkejut dan berlari ke arahnya. Tapi Kella menembaki Line. Membuatnya harus berhenti.

"Aku akan membuatmu menyaksikan kami mati dicabik mereka!!!"

" . . . Kau kurang ajar berani melukai gadisku!!" kata Line yang berlari ke arah Kella.

"Berhenti!" Kella menembakinya tapi mendadak pelurunya habis. Dengan keberuntungan itu, Line menggenggam kedua rahang pipi Kella yang terkejut.

"Aku tidak bisa menyakiti wanita, tapi mereka bisa," kata Line sambil melempar Kella ke kerumunan zombie yang mendekat.

"Tidak!!" Kella berteriak tapi nyawanya sudah hilang termakan mereka. Line menatap Uminoke yang pingsan dengan darah yang mengalir dari pahanya. Ia segera menggendong Uminoke di dada dan berlari pergi.

---

Roland masih ada pada Imea. "Aku tidak percaya Imea, gadis secantik dirimu tidak disukai banyak orang, sebaiknya kau berkata jujur padaku."

"Aku sudah berkata jujur padamu, Mas Roland," Imea menyela. "Kau pernah bertemu denganku waktu itu."

Mendengar itu seketika Roland terkejut sekaligus terdiam dan mengingat-ingat.

2 tahun yang lalu sebelum semuanya terjadi, Imea berumur 18 tahun dan masih pelajar atas. Ia dikenal sebagai gadis pendiam di sekolahnya.

Hanya tinggal bersama ibunya yang jarang pulang ke rumah karena suatu pekerjaan.

Dia saat itu berjalan pulang dari sekolahnya.

"(Kenapa aku sangat merasa aneh sekali... Aku ingin sekali mendapatkan teman yang dapat mengerti aku...)" dia berwajah kecewa lalu berhenti di depan tempat penitipan anak.

"(Baiklah... Mungkin memandang anak-anak lucu akan membuatku nyaman,)" dia berjalan ke sana. Ada seorang wanita pengasuh melihatnya dan mendekat. "Imea... Kau kembali lagi... Mereka benar-benar mencarimu," tatapnya.

"Ya... Aku akan mulai bekerja," balas Imea. Dia masuk memakai apron manis dan membuka pintu. Terlihat banyak anak-anak penitipan di sana sementara orang tua mereka bekerja.

Mereka menoleh ke pintu terbuka dan menatap senang. "Imea...." mereka langsung mendekat, sepertinya mereka menyukai Imea.

"Hahaha... Halo... Maaf menunggu lama tadi," Imea menatap sambil berlutut ke mereka.

Lalu wanita tadi berjalan masuk. "Imea... Sebenarnya pemilik penitipan ini ingin bertemu denganmu," tatapnya.

"Sekarang?"

"Ya... Biarkan aku mengantarmu," dia berjalan mengantar Imea ke ruangan lain.

"Di sini... Masuk saja," dia membuka pintu lalu Imea masuk. Terlihat lelaki duduk di kursi dekat meja kantor di sana. Dia menoleh ke Imea dan rupanya dia adalah Roland.

"Duduklah."

"B... Baik permisi," Imea duduk di dekatnya.

"Aku dengar kau suka mampir di sini dan mulai mengambil pekerjaan di sini kan?"

"I... Iya."

"Kalau begitu teruskan... Sikapmu ini sangat jarang dimiliki gadis yang suka pada anak-anak," tatapnya. Lalu Imea tersenyum dan mengangguk sedikit.

"Jadi saat itu kau yang datang di kantorku," tatap Roland yang saat ini.

"Ya... Aku masih ingin tahu kenapa Mas Roland memegang milik penitipan itu."

"Sebenarnya itu tugas... Penitipan itu bukan punyaku. Itu hanya semata diberikan seseorang untuk dipegang kendali padaku. (Sebenarnya komandan memintaku bertugas di kota selama satu bulan dan harus menjadi pemilik penitipan anak... Aku tahu ini agak lucu dan aneh tapi yah... Namanya tugas.)"

"Oh jadi begitu yah... Tapi apa Mas Roland juga ingat saat kau menyelamatkan ku dari serangan itu... Di saat itu kau tahu aku gadis yang seperti apa kan," tatap Imea lalu Roland kembali mengingat-ingat.

Siguiente capítulo