"Kenapa gak duduk di kursi?" tanya
Valderama.
"Gua sama Devon biasa duduk selonjoran
di sini." ucap Nadine.
"Gua bukan Devon." ucap Valderama.
"Lo lupa lagi di rumah siapa? Ikutin aturan
gua." ucap Nadine.
"Bukannya tamu adalah Raja?" ucap
Valderama.
"Siapa bilang? Di sini aturannya beda, tuan
rumah yang jadi Sultan." balas Nadine tidak
mau kalah.
Valderama terkekeh, "Lo keras kepala
banget sih?"
"Lo kepala Batu Kali Ciliwung." ucap
Nadine.
"Nadine, Stop! Kita gak bisa bersikap tidak
akur seperti ini terus. Kita bisa menjadi
teman kan?" ucap Valderama.
"Basi, gua gak mau temenan sama lo, cari
aja cabe-cabean sana." ucap Nadine.
"Memangnya gua ada tampang cowok
mesum yang suka mainin cabean?"
tanya Valderama.
"Ya mana gua tahu lo gentayangan di mana
aja." ucap Nadine masih dengan nada
sewot.
"Gentayangan??" Valderama terkejut
dengan kata ajaib itu.
"Iya, lo kaya hantu penasaran yang
gentayangin gua. Di Bandung lo ada, di
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com