"Aku mau ke klinik dulu. Kay pucat banget mukanya!" Bram panik, dan bergegas mengajak Kay ke klinik terdekat.
Mira tak sempat bertanya, sebab mereka sudah keluar dan menjauh. Was was, tentu saja Mira rasakan. Kay adalah sahabatnya. Akhirnya, hanya untaian doa untuk Kay yang dapat Mira panjatkan di dalam hati.
Mira membereskan pekerjaan yang belum sempat dikerjakan oleh Kay. Semua berjalan lancar sebab Laksmana dan Ustadz Azzami membantunya.
Bram membimbing Kay saat perawat memanggil namanya, dan meminta untuk masuk ke ruang periksa.
"Silakan duduk," ucap dokter begitu Bram dan Kay masuk ke ruangannya.
Bram menarik kursi untuk sang istri, sebelum dia duduk di kursi, di samping Kay.
"Kenapa, Mbak?" tanya dokter, ramah.
"Kepala saya pusing, Dok. Dari bangun tidur tadi, muntah-muntah, mual, lemes," keluh Kay.
Dokter cantik dengan hijab hijau itu manggut-manggut, mendengarkan keluhan Kay.
"Mari saya periksa dulu," ucap dokter.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com