Hanya Julian satu-satunya orang yang bisa masuk, karena hanya pria itu yang tahu kode akses pintu apartemennya. Aluna sama sekali belum mengganti digit-digit nomor itu sejak Julian mengubahnya. Jadi, wajar saja jika pria itu berada di sini sekarang, di hadapannya, dibatasi oleh meja bar yang menyajikan beberapa telur mata sapi buatannya--yang bentuknya tidak seperti selayakna telur mata sapi.
"Bikin telur mata sapi tuh ternyata susah, ya," gumam Julian. "Aku mau bikin yang bagus buat kamu, tapi udah beberapa kali coba, gagal terus," lanjutnya.
Aluna menatap nanar telur mata sapi yang handur di hadapannya.
"Awalnya, kuningnya pecah karena kekencengan pecahin telurnya, terus ada yang kulitnya ikut masuk teflon, terus pas nyoba lagi lupa kasih minyak goreng--"
"Berapa kali kamu coba masak tadi?"
"Tujuh kali ada?" Julian menjawabnya dengan ragu. Lalu mencoba menghitung banyaknya telur di piring dengan menunjuknya menggunakan sendok. "Susah dihitungnya, soalnya pada hancur gitu."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com