webnovel

Pesan Rahasia

Malam itu, langit terlihat cerah dan bintang bertebaran di langit.

Noran berada didekat Kaja yang sudah tertidur, waja Kaja nampak lelah sekali. Senyuman indah terukir di bibir Noran, Entah sampai kapan aku dapat menemanimu Kaja

Tuutt Tuuut Tuuutt Tuuttt Tuuuutt Tuuuutt

Suara dari mesin lawas itu, mesin puluhan tahun yang lalu berbentuk kotak. Sebuah mesin pesan yang sudah ketinggalan zaman namun masih memiliki sistem energi di dalamnya.

Tidak mungkin, apakah ini waktunya. Atau jangan-jangan ada info penting?

Noran mendekati sebuah kotak rahasia di atas lemari, mesin pesan berukuran handphone itu menyala. Noran membacanya.

WAKTUMU 3 HARI, BERGEGASLAH PERGI. TEMAN LAMAMU.

Noran membelalakkan matanya, sudah waktunya aku pergi. Noran melihat Kaja yang masih terlelap.

Tak kusangka, sebatas ini aku bisa melindungimu. Sisanya, biar kau jalani hidupmu sesuai takdir yang akan membawamu serta. Kau memiliki takdirmu sendiri, jika kau kuat kau akan bertahan dan menemukan jalanmu sendiri.

Noran mematikan mesin pesan kecil itu, mendekati Kaja dan menjulurkan tangan kanannya di atas kepala Kaja, ada cahaya di tangan tersebut dan seolah masuk ke kepala Kaja.

Aku hanya bisa memberikan sedikit aura kepadamu, sisanya kau sudah berlatih selama ini dan semua tergantung padamu dan takdir Tuhan.

Sudah waktunya kita berpisah, Kaja.

***

Suara ayam berkokok dan suara hewan pagi saling bersahutan, rumah terpencil di ujung desa, rumah Noran dan Kaja. Alam seperti biasanya tenang dalam pikiran Kaja, padahal segalanya akan dimulai berubah pada hari-hari berikutnya. Kaja akan menjalani hari yang berbeda mulai hari ini. Dia taidak menyadarinya sama sekali.

Entah mengapa, Kaja merasa heran dia diminta Cuma membawa dua ember air dan disuruh pulang segera setelah mengambil air tersebut. Bahkan, Kaja diminta tak mengambil air di gunung, dan hanya di ujung desa dimana ada sumur umum yang bisa digunakan oleh siapapun.

Kaja keheranan, namun terus bergegas mengambil air tersebut. Sampai melewati Perguruan Angin Timur, Kaja kembali diejek.

Kaja tak berani bertanya apapun, dia hanya mengikuti apa yang diperintahkan kakek Noran kepadanya. Apapun yang diperintahkan oleh kakeknya itu, Kaja tidak akan menolak atau membantah sama sekali. Dia hanya menuruti dan itu saja yang ada dalam pikiran Kaja, dia tidak mau curiga apapun soal kakeknya.

Meskipun, setelah dia melakukan itu dia akan kembali mendapatkan hinaan dari para murid di perguruan Angin Timur. Dan, benar saja hal itu terjadi juga padanya. Tapi, Kaja sudah terbiasa dengan hinaan itu sehingga dia tidak lagi heran ketika mendapatkan penghinaan setiap harinya dari para murid perguruan tersebut.

"Sampah sedang sakit! Dia bawa dua ember saja, ha... ha... ha..!" Baron dan rekan-rekannya masih membully, kecuali Putri yang kasihan melihat Kaja. Guru Perguruan yang berada ditingkatan tertinggi Perak mendiamkan murid-muridnya menghina Kaja. Di perguruan Angin Timur punya 5 guru utama, kelimanya adalah anggota Aflif dari Desa Pertiwi. Ya, mereka mendapatkan tugas dari Aflif Pusat untuk mengajar di desa mereka. Mereka membina generasi baru agar banyak pahlawan baru yang lahir dan membantu perdamaian dunia, itu misi mereka.

Arda, pemimpin Aflif dan menjadi pendiri perguruan Angin Timur. Prabu, Loka, Samo dan Ruduin. Merekalah tumpuan harapan desa untuk mendidik anak-anak desa untuk memiliki masa depan yang cerah. Selain mendapatkan bayaran dari Aflif pusat, mereka juga mendapatkan berkah setoran dari sukarela masyarakat. Sudah 10 tahun mereka mengabdi dan memenuhi misi Aflif di desa Pertiwi.

Kaja tak mempedulikan olok-olok para murid Perguruan Angin Timur, dia bergegas. Dia harus segera pulang karena pesan dari kakeknya, Noran. Dia harus segera pulang dan ada sesuatu yang akan diajarkan oleh kekeknya tersebut. Kakeknya berpesan, jangan bertanya dan cepatlah pulang dengan membawa dua ember air tersebut.

"Hentikan semua latihan! Kita akan menyaksikan pertandingan terbesar di dunia, penantang baru akan mencoba merebut tahta Lord Master. Ayo bersiap dan menyaksikan Televisi!" Lelaki tua bernama Arda itu menghentikan latihan para muridnya.

Semua murid tersenyum, "Ayo!" mereka pun bubar dan segera berlari ke arah ruang dalam di perguruan Angin Timur tersebut.

Kaja sempat mendengarnya, dia pun bergegas pergi dan mempercepat langkahnya agar sampai rumah, dan mendapatkan kesempatan untuk menonton pertandingan lima tahunan tersebut. Ya, pertandingan akan dibagi dalam kualifikasi 5 benua, hingga mendapatkan 4 pemenang setiap benua dan akhirnya ke 20 peserta terbaik bertanding untuk menentukan siapa yang bisa mengalahkan Lord Master sang pemimpin Aflif. Jika menang, dia akan menggantikan Lord Master sesuai dengan kebijakannya dengan para penasehat Aflif.

Tentu saja semua orang ingin menjadi peserta dan bisa menjadi Lord Master, dan syarat ikut turnamen adalah menjadi anggota Aflif.

Kaja pun berpikir untuk segera pulang dan ikut menyaksikan pertandingan itu. Dia ingin melihat partarungan para seniman bela diri yang hebat. Dia sendiri hanya bisa melihat setiap kali lewat perguruan Angin Timur, dan melirik mereka berlatih kekuatan. Dia sendiri tidak pernah berlatih dan tidak memiliki kekuatan bela diri.

Jadi setidaknya, kalau melihat pertarungan Lord Master akan menjadi obat rasa penasarannya untuk melihat para seniman bela diri menggunakan kekuatannya.

***

Kaja menaruh ember air, belum sempat duduk dia dipanggil Kakeknya.

"Kesinilah, bukankah kau ingin melihat pertarungan Lord Master?"

Kaja mengangguk dan mendekati Noran, tv sudah menyala. Penyiar pertandingan sedang berapi-api memberikan arahan, dan siapa pemenang turnamen 5 benua dan orang paling beruntung berkesempatan menjadi Lord Master berikutnya. Namun, jika itu dia bisa mengalahkan Lord Master yang sudah 15 tahun memimpin Aflif dan tak terkalahkan. Gasan Arwana.

Pertandingan dimulai, Lord Master mengenakan topeng seperti biasanya. Ketegangan terjadi dalam pertempuran itu meskipun itu dari layar televisi. Sorak penonton histeris meneriakkan "Gasan! Gasan! Menang!"

Kaja ikut terbawa suasana, matanya berbinar. Namun, Noran Kakeknya seolah santai saja dan acuh. Lebih dari 10 menit pertarungan masih berlanjut

Booom! Booom! Blaarr!

Wusssshhhh!

Lawan Lord Master, Master Ramaya mengeluarkan dentuman keras dengan tombaknya, bayangan Srigala Perak hampir menembus dinding penghalang Lord Master. Ramaya penantang menggunakan Kekuatan Rakuta yang diperolehnya, Srigala Perak.

"Kakek, Pertarungan mereka luar biasa!"

"Biasa saja Kaja, sebentar lagi juga kelar. Lord Master pasti menang!" Noran menjawab santai.

"Darimana Kakek tahu, lihat saja Ramaya mendesak mundur Lord Master dan pertahanan Lord Moaster hampir jebol."

Penyiar pertarungan lantang bersuara, "Apakah Ramaya akan sukses mengalahkan Gasan Arwana dan menjadi Lord Master yang baru! Menarik! Menarik! Kita lihat saja!"

Saat itulah Nampak senyuman kecil dari Lord Master Gasan, dia menarik tangan kirinya ke belakang dan muncullah bayangan Mamoth besar menjuntai belalai dan gading berjumlah 6. Ramaya kaget dan keadaan berbalik, serangan kemudian saling berbenturan, perbedaan kekuatan mulai terlihat. Pada akhirnya, Lord Master kembali dimenangkan oleh Gasan, Ramaya mengaku kalah.

Siguiente capítulo