"Secepatnya, Tuan."
Peter mendengus, pria itu mendudukan badannya. "Bibi selalu saja menjawab seperti itu. Secepatnya itu kapan?"
Helena tersenyum tipis tak tahu makna. "Semoga saja besok," balas Helena cukup tak merasa yakin dengan ucapannya tersebut, namun … ahk ini sekadar untuk menenangkan Peter saja. Ya, tak apa jika hanya sedikit.
"Aku tak yakin."
Sudah Helena duga bahwa Peter akan mengkilah ucapannya.
"Tuan, bibi juga bukan cenayang yang tahu kapan nona Metha kembali," ujar Helena mengeluh. Ralat, pura-pura mengeluh.
Peter memanyunkan bibirnya. "Bi, aku bosen. Boleh tolong ambilkan aku handphone? Aku ingin menelepon ibuku."
"Sebentar, Tuan." Helena mengambil handphone milik Peter yang tergeletak di dalam laci nakas. "Ini, Tuan." Helena menyerahkan handphone bermerk apel digigit tersebut pada Peter.
Peter menerima itu. "Terima kasih, Bi."
"Sama-sama, Tuan. Bibi akan melanjutkan beres-beres dulu," kata Helena yang ditanggapi oleh anggukan kepala Peter.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com