Melihat bangunan rumah di depannya membuat Reva menelan salivanya. Itu bukan rumah musuh, bukan pula rumah hantu, akan tetapi itu rumahnya. Gerbangnya tertutup, lampu sudah menyalah sempurna.
Haduh, kenapa semua tampak horor? Bukan hanya Sean yang horor, rumahnya pun ikut horor. Pergi dari pagi, jam segini baru pulang, agak wajar kalau Ibunya akan mencak-mencak.
"Re-"
"Takut," cicit Reva tanpa menoleh ke arah Sean.
Tangan kekar Sean terulur menepuk-nepuk pucuk kepala Reva. Sean tahu apa yang Reva takutkan. Bukan hantu atau serangga, tetapi dia takut untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Mau saya antar? Saya siap antar kamu sampai depan atau perlu sampai masuk kamar."
Ini lebih horor dari film setan manapun! Reva menggeleng, dia melotot ke arah Sean. "Hidup kamu lempeng ya? Enak gitu lurus, sedangkan aku lagi ketar-ketir. Aku lagi mikir, apa aku manjat aja ya buat ke kamar?"
"Jalan biasa aja suka jatuh, apa lagi manjat?"
"Kamu ngeledek aku?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com