Daniel Arkhasandia
Pria tampan, memiliki bulu-bulu halus di rahangnya. Jari-jemari menari-nari di atas keyboard laptop melihat laporan pasien yang dia tangani, seorang suster memberi tahu jika ada seorang perempuan cantik ingin bertemu dengan dirinya.
Daniel mempersilahkan orang tersebut untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Hai, Niel." sapa perempuan memakai dress sangat seksi dimata laki-laki. Pria itu menoleh, mengerutkan kedua alisnya tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Sal-sa-bila." panggil Daniel terbata, pria itu tidak menyangka jika sahabat istrinya bisa secantik itu menggunakan pakaian dress rumahan yang sangat seksi.
Daniel tidak bergeming ketika lekukan tubuh itu berjalan menghampirinya, di letakan paper bag berisi makanan tersebut hingga Salsabila berjalan ke arah samping meja.
"Aku cuma bawakan makanan ini untukmu, dari istrimu khusus aku buatkan untuk kamu." ucapnya, menyentuh dada bidang Daniel. Bodohnya pria mana yang tak suka di sentuh oleh perempuan lain selain istrinya.
Drrrtt drrrtt
Keduanya menoleh pada ponsel Daniel, tergeletak begitu saja di atas meja hingga Salsabila memundurkan langkahnya, secepat mungkin Daniel tersadar, menggeser ikon berwarna hijau.
"Daniel, Salsa sudah sampai? Aku takut dia tidak tahu ruangan kamu." suara Cathleen begitu mengkhawatirkan sahabatnya. Sementara Salsabila berlalu melambaikan tangan.
"Halo! Daniel. Kamu dengar tidak!" suara Cathleen naik satu oktaf membuat pria itu berusaha tersadar, menggelengkan kepalanya. Tidak mau tergoda oleh wanita di luar sana sekalipun itu sahabat istrinya sendiri.
"Ya, dia baru saja sampai dan sudah keluar." jawab Daniel, merasa kikuk dengan apa yang dia lihat.
Hembusan nafas lega terdengar dari balik ponsel, pertanda bahwa perempuan itu sudah tenang tidak merasa khawatir pada sahabatnya.
Daniel membuka makanan yang di bawa sahabat sang istri, sedari tadi pria itu berusaha menahan lapar. Ketika mengingat bagaimana cara berpakaian Salsabila. Daniel merasa jika dia tidak menyukai makanan tersebut dan merasa jijik.
Melangkah keluar, membiarkan makanan itu membusuk di dalam ruangan kerjanya.
Lebih baik pria itu pergi ke kantin dan makan di sana.
"Dokter Cathleen masih menerima pasien?" tanya pria itu pada suster jaga dekat dengan ruangan sang istri.
"Dua orang lagi, selesai dok." jawabnya membuat Daniel menganggukkan kepala. Lebih baik dia menunggu sang istri untuk mencari makan siang bersama.
Beberapa menit kemudian, Cathleen keluar masih menggunakan jas dokter. Melihat sang suami menunggu di samping ruang tunggu untuk para pasien.
"Sayang. Mana makanannya?" Cathleen menengadahkan telapak tangan seperti orang meminta.
"Ah, aku lupa makanan itu jatuh ke lantai. Tidak mungkin dong aku harus memakan dari lantai?" Daniel berbohong.
Cathleen memanyunkan bibirnya, perutnya sudah tidak tahan untuk menahan rasa lapar sedari pagi hingga jam 3 kini mereka belum memakan apapun.
Daniel membawa Cathleen ke kantin rumah sakit tersebut, memesan makanan di sana.
Keduanya, makan sarapan pagi yang ke sore membuat pasangan itu tertawa, menertawakan diri mereka sendiri.
Bagaimana tidak, mereka berprofesi sebagai dokter menyampaikan yang terbaik untuk para pasien nya terutama tidak boleh telat untuk memakan nasi atau pun makanan berat.
Kenyataan ya dokter juga manusia, terkadang sama seperti para pasien yang lupa akan sarapan pagi.
Setelah menyelesaikan sarapan Cathleen mengontak atik ponselnya. Daniel melihat sang istri akan menghubungi sahabatnya.
Sebelum panggilan itu tersambung Daniel lebih dulu mengambil ponsel mili Cathleen. "Niel, apa yang kamu lakukan?" Cathleen menoleh, berusaha untuk mengambil kembali ponselnya.
"Sayang. Buat apa kamu hubungi dia lagi? Biarkan dia beraktivitas dengan bebas." tegas Daniel pada Cathleen. Perempuan itu merasa heran mengapa suaminya bersikap demikian. Sebelumnya laki-laki itu tidak masalah jika Cathleen menghubungi Salsabila sekalipun 24 jam.
"Tidak ada jadwal cek-up 'kan?" tambahnya kemudian, sang istri menggelengkan kepala.
Dengan tergesa Daniel meraih lengan milik istrinya dan menggenggamnya erat, pria itu akan membawa istrinya kesatu tempat.
"Suster, apa kami bisa cuti?" Daniel menemui suster asisten Cathleen juga Daniel. Setelah suster itu mengecek jadwal mereka ternyata mereka bisa melakukan cuti dari pekerjaannya hanya dalam dalam beberapa hari saja.
Daniel membawa sang istri ke dalam mobil, pria itu melajukan dengan kecepatan sedang. Cathleen merasa ada yang aneh pada suaminya tersebut.
Merasa jalan yang mereka lewati bukan jalur menuju apartemennya, Cathleen semakin di buat bingung oleh suaminya sendiri.
Sementara Cathleen masih di sita oleh suaminya. Perempuan di samping memanyunkan bibirnya merasa tidak terima dengan sikap aneh dari sang suami.
Setelah menempuh jarak kurang lebih hampir satu jam perjalanan kini mereka sampai di sebuah hotel bintang lima, Cathleen merasa untuk apa mereka ke tempat ini.
"Niel," panggil istrinya.
"Iya, jika melakukan di rumah kamu selalu memakai kontrasepsi Cath! Aku capek dengan ibu yang meminta cucu secepatnya sedangkan kamu selalu memakai barang sialan itu!" sahut Daniel, pria itu mengungkapkan apa yang selama ini mengganjal di dalam hatinya. Mereka masih di dalam mobil.
Cathleen terdiam, memang benar selama ini jika mereka melakukan hubungan suami istri Cathleen selalu meminum pil penunda kehamilan terlebih dahulu. Bukan Cathleen tidak mau mempunyai anak dari suaminya hanya saja dia terlalu antusias proyek pembangunan klinik mereka.
"Ayo! Turun." ajak Daniel, Cathleen merasa bingung. Perempuan itu terdiam jari jemarinya saling bertautan satu sama lain.
Daniel merasa kecewa terhadap istrinya itu terlihat dari garis kerutan kedua alisnya juga Daniel memijat pangkal hidungnya.
Setelah menunggu beberapa menit Daniel merasa lelah, pria itu akan memutar balik kemudi. Namun, tiba-tiba Cathleen memegang pergelangan lengan milik suaminya.
Cathleen menganggukkan kepalanya perlahan, pertanda jika dia telah siap untuk melakukan hal tersebut tanpa meminum pil kontrasepsi.
Daniel menghembuskan napasnya kasar, pria itu tersenyum sangat lebar. Mereka turun dari mobil mewah milik Daniel, masuk ke dalam lobby melakukan cek-in di depan resepsionis.
Memesan kamar untuk beberapa hari. Daniel tidak akan menyianyiakan waktu mereka selama mereka cuti bersama.
Diantarkan oleh salah satu pegawai di sana menuju kamar hotel yang mereka pesan. Tibalah kini di kamar presiden suite kamar itu terlihat sangat mewah juga elegan terlihat dari furniture di sana sangat mewah.
Terdapat satu set sofa berbulu halus juga satu set meja makan serta tempat tidur yang sudah di atur sedemikian rupa oleh pihak hotel. Ternyata suaminya sudah menyiapkan ini semua untuk istrinya, Cathleen.
Perempuan itu merasa terharu hingga menutup mulutnya tidak percaya. Selama 7 tahun mereka menikah mereka kini seperti pengantin baru yang akan melakukan ritual malam pertama.
"Niel," Cathleen menatap sang suami begitu tak menyangka, pria itu bisa seromantis ini pada dirinya. Daniel hanya bisa tersenyum tulus mengulurkan lengannya seolah menarik Cathleen istrinya ke dalam pelukan.
Cathleen begitu bahagia memiliki suami seperti Daniel, bagaimana tidak pria itu selalu ada di sisinya juga selalu bisa membuat suasana di hatinya bahagia.
"Terimakasih." ujar Cathleen setelah pelukan itu terurai. Daniel menganggukkan kepalanya.
Membawa sang istri berjalan ke arah jendela besar menampakkan gedung-gedung tinggi juga rumah seperti miniatur.
Matahari yang hampir tenggelam itu begitu membuat suasana menjadi romantis dengan Daniel mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru.
Pria itu membuka kotak tersebut, Cathleen lagi-lagi di buat tersentuh hatinya. Sang suami memberikan satu set perhiasan emas putih bertahtakan berlian begitu mengkilat.
Cathleen tidak bisa berkata, hanya tatapan ucapan beribu terimakasih pada sang suami. Perempuan itu memeluk kembali suaminya merasa terharu. Entah ada angin apa pria itu sehingga bisa seromantis ini pada dirinya. Meskipun begitu Cathleen sangat bahagia.
Drrrrttt drrrttt Ponsel Daniel bergetar, Cathleen menguraikan pelukannya merasa ada yang bergetar di dalam saku jas milik suaminya.
Menyuruh sang suami untuk mengeluarkan ponselnya tersebut, betapa perempuan itu kaget siapa yang mengubungi suaminya itu secara langsung.
"Sial! Ada apa dia hubungi, gue." Batin Daniel.