Hendri memekik. Dia lantas mendekati Jiwo. "Coba ulangi sekali lagi, biar aku bisa mendengar lebih baik," pintanya pura-pura tuli.
Jiwo tahu kalau sedang dipermainkan, akan tetapi dia tetap mengulangi permintaannya. "Tolong, izinkan aku untuk melihat wargaku," ulangnya.
Hendri mengangguk-angguk. Tiba-tiba dia mencekik Jiwo. Keadaan menjadi riuh, para warga Pulau Bengkoang menjerit dan meminta agar Jiwo dilepaskan. Sedangkan Jiwo, hanya diam saja menatap ke Abimanyu, karena dia tak melepaskan ikatannya seperti Sinta tadi.
Abimanyu yang ditatap, juga hanya diam tak bergerak. Dia ingin melihat, seberapa kuat Jiwo menahan rasa sakit akibat tercekik. Anak buahnya-Hendri- menambah kekuatan tangannya hingga urat-urat Jiwo timbul, ditambah warna wajah yang telah berubah.
BRUAK!!!
Tanpa disangka, sebuah kursi dilempar keluar dan mengenai Hendri. Orang-orang terkejut. Anya meloncat dari jendela dan hendak menghantamkan kursi itu lagi ke tubuh Hendri yang telah limbung.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com