BAB 21 : MELAKUKAN PENINDASAN.
"Siapa kau?!"
Pelayan bernama Bixi yang ingin memukul wanita berbaju lusuh itu tiba-tiba tangannya ditahan oleh seorang wanita lain. Tatapan matanya begitu tajam sama seperti seorang iblis. Membuat Bixi pun tidak bisa berkutik apalagi menggerakkan tubuhnya.
Wanita berbaju lusuh itu pun tak menyangka ada orang yang datang menyelamatkannya dari pukulan pelayan nona Sheng. Ketika membuka matanya dia sedikit terkejut karena sudah ada wanita lain yang menghadang pukulan untuknya.
"Menindas orang sembarangan! Apa ini cara orang-orang dari kediaman Perdana menteri mengajari para pelayannya?!" ungkap wanita penyelamat tersebut.
Wanita yang memakai pakaian pendekar lengkap dengan rambut yang terkuncir itu tidak lain adalah Bai Xue Jian atau Jenderal Xue. Dia yang tadi melihat kerumunan orang tidak tahan melihat nona kediaman Perdana menteri menindas rakyat miskin. Jadi berusaha untuk menghentikan tindakan kejam ini.
Lengan kanan yang ditahan itu tiba-tiba dililit dengan mudah dan menempatkannya ke belakang tubuh pelayan tersebut. Sampai terdengar suara seperti ranting patah oleh semua orang.
"Argh!!!" Pelayan tersebut merintih kesakitan dan jatuh tersungkur ke atas aspal jalan.
Setelah melakukan itu, Bai Xue Jian melepaskan tangan pelayan bernama Bixi tersebut. Dia membasuh tangannya dengan sebuah sapu tangan putih dan langsung membuang sapu tangan itu setelah memakainya.
Semua orang yang menyaksikan kekejaman ini terlihat merinding dan gemetar. Wanita yang berjuluk Dewi perang itu bisa begitu ganas dan mematahkan tangan seorang pelayan kecil dengan sangat mudah.
Kehebohan semakin menjadi-jadi kala Bixi pelayan tersebut terus merintih kesakitan sambil memegangi tangan kanannya. Tak terbayang rasa sakit seperti apa yang dialami oleh pelayan wanita itu saat lengannya dipatahkan begitu saja oleh Jenderal Xue.
"Siapa kau?! Beraninya melukai pelayan pribadiku!" teriak Sheng Qian Qian.
Nona Sheng yang melihat pelayan pribadinya dilukai tentu tak diam saja. Dia mulai tersulut emosi dan marah pada wanita yang tak dikenalnya karena telah berani melukai pelayan serta mempermalukan nama kediaman Perdana menteri.
"Orang yang melakukan penindasan secara sembarangan, dia harus dihukum! Nona Sheng, anda harus lebih serius dalam mendidik pelayan-pelayan mu ketika pergi keluar seperti ini!"
Bukannya menyebutkan nama, Bai Xue Jian malah menjawab hal lain. Wanita itu ingin memberi peringatan kepada Sheng Qian Qian agar tidak menindas rakyat miskin di jalanan.
Sheng Qian Qian yang mengetahui hal itu malah semakin marah dan kesal. Namun tiba-tiba dia melihat sebuh token yang tergantung diikat pinggang wanita yang membuatnya kesal itu.
Bertuliskan gelar Jenderal dari token tersebut. Sheng Qian Qian akhirnya tahu identitas dari wanita yang menindas pelayannya tadi. Wajah kesalnya malah semakin menjadi-jadi karena wanita yang berdiri di depannya itu tidak lain adalah wanita yang paling ia benci selama ini.
Kedua tangannya mengepal serta meremas pakaiannya sambil menggertakan gigi. Wajah Sheng Qian Qian berubah semakin merah seperti gunung berapi yang akan meletus saja.
"Kau ...! Bai Xue Jian! Kau wanita jalang! Beraninya kau menindas pelayanku!" ungkap marah Sheng Qian Qian.
Amarahnya tidak bisa ditahan lagi. Kedua tangannya secara otomatis terangkat ke atas dan semakin mendekat pada Bai Xue Jian dengan cepat.
Bukan hanya ingin memukul, Sheng Qian Qian rasanya seperti ingin membunuh wanita yang namanya selalu disebut oleh Putra Mahkota itu sekarang.
Namun, apa yang terjadi? Bai Xue Jian mengelak dengan mudahnya ke samping. Nona Sheng yang telah mengeluarkan banyak tenaga untuk memukul jadi jatuh tersungkur ke aspal jalan. Wajahnya jadi bersatu dengan jalanan yang selalu diinjak-injak oleh orang-orang.
"Pufftt." Bai Xue Jian yang melihat hal itu sampai menahan tawa.
Tidak hanya dirinya, para penonton yang menyaksikan kejadian tadi juga ikut tertawa ketika melihat Sheng Qian Qian mencium aspal jalan. Bukannya menolong atau merasa kasihan, Sheng Qian Qian malah ditertawakan dan menjadi bulan-bulanan semua orang yang melihatnya.
Sheng Qian Qian yang menjadi bahan tertawaan semakin marah. Namun dirinya tidak bisa mengangkat kepalanya apalagi bangun berdiri karena telah terlanjur menanggung malu.
Dipermalukan seperti ini, mana ada orang yang berani mengangkat kepalanya dan menunjukkan wajah di depan semua orang. Itulah yang terjadi kepada nona Sheng yang malang ini.
"Hahaha ... Nona Sheng sangat lucu. Tadi begitu berani tapi akhirnya malah mencium jalanan."
"Hahaha ... Iya. Dia sudah sangat malu sekarang."
Beberapa orang yang tertawa dan bahagia melihat dirinya membuat Sheng Qian Qian merasa tidak perlu menahan emosinya. Dia tidak merasa malu untuk berdiri dan malah berteriak kembali, "Bai Xue Jian!!! Dasar kau wanita jalang!!!"
Sheng Qian Qian berdiri dan kembali mendekat pada Bai Xue Jian. Kedua tangannya sudah diulurkan ke depan, siap untuk mencekik leher wanita yang mempermalukannya itu.
Namun apa yang terjadi, Bai Xue Jian mengeluarkan pedangnya dari dalam sarung yang terikat di pinggangnya. Mengarahkan tepat di depan leher Sheng Qian Qian terlebih dulu.
"Pedangku tidak memiliki mata! Jika hari ini aku membunuhmu juga tidak akan disalahkan karena kau duluan yang hendak menyerang ku."
Seketika Sheng Qian Qian diam di tempat dan tidka berani bergerak. Di depan matanya telah ada ujung pedang yang siap menusuk di lehernya. Jika pedang itu dimajukan sedikit saja ke depan, maka pasti akan terbunuh dengan mudahnya.
"Semua orang yang ada di sini bisa menjadi saksi kalau kau lah yang lebih dulu menyerang ku. Aku hanya melakukan pembelaan diri dan terpaksa membunuhmu," ungkap Bai Xue Jian dengan lugas.
Rasa takut bercampur amarah menyelimuti diri Sheng Qian Qian. Di depan mata telah ada sebuah pedang yang diulurkan dan mungkin akan membunuhnya. Sheng Qian Qian jadi tak berani bergerak bahkan sampai menelan salivanya karena ketakutan.
"Ada keributan apa di sini!!!"
Tiba-tiba sekumpulan orang-orang datang mendekat. Para warga yang sedang berkerumun dan menonton jadi memberikan jalan pada orang-orang yang baru saja datang itu.
Mereka semua mengenakan seragam pengadilan setempat. Para warga pun jadi mundur dan menjauh karena orang-orang dari pengadilan negeri telah datang.
"Hmmm." Bai Xue Jian menoleh sedikit pada para petugas pengadilan negeri itu dan hanya bergumam.
"Jenderal ... Jenderal Xue!"
Tampak pria yang berada di bagian paling depan petugas pengadilan terkejut ketika melihat wajah Bai Xue Jian. Ternyata pria tersebut mengenal Bai Xue Jian yang terkenal dengan panggilan Jenderal Xue.