webnovel

Sengaja atau Apa

Hampir menuju jam tujuh malam, dan Andine yang sudah selesai merias wajah tampak termenung di depan cermin hias tersebut. Mimik muka itu menunjukkan ketidaksukaan, ia mengamati penampilan dirinya sendiri, sejurus kemudian berdecak menahan kesal.

"Nggak cocok," gumamnya lirih, wanita itu kemudian menundukkan kepala melihat pakaian yang ia kenakan. Gaun berwarna navy yang panjangnya selutut itu dirasa tidak cocok dikenakan oleh dirinya, ia juga melirik ke arah bahu sebelah kanan yang tertutupi itu. Gaun brokat dengan lengan pendek itu sebenarnya sangat pantas dipakai oleh Andine, hanya saja ia merasa kurang pas.

Andine bangkit berdiri, ia melangkah menuju lemari pakaian miliknya dan memeriksa isi di dalamnya. Wanita dengan rambut lebat sepunggung itu tengah memilih pakaian mana yang cocok di hatinya. Sampai akhirnya, ekor mata menangkap sebuah gaun berwarna putih gading dengan model bagian bahu terbuka dan hanya sepanjang paha saja. Sebenarnya tampak cantik, tetapi kurang pantas saja saat dipakai di hadapan banyak orang. Terlalu berani, hingga saat Andine mengenakannya, lekuk tubuhnya pasti akan tercetak jelas dan menghadirkan kesan seksi.

Senyum miring kemudian tersungging di bibirnya, dengan kedua mata menyipit tajam, sebuah ide terlintas secara tiba-tiba di dalam otaknya. Wanita berhidung mancung itu kemudian segera mengambil gaun tersebut. Gaun yang seingat Andine adalah hadiah yang diberikan oleh sahabatnya, Amira.

"Mari kita lihat respon Mas Andra saat aku memakai gaun seksi ini," lirih Andine dengan senyum penuh arti.

Andra menutup pintu kamarnya, sesaat kembali merapikan jas semi formal berwarna coklat yang ia kenakan. Ia juga merapikan rambut bagian sampingnya, lalu berdehem sejenak mempersiapkan diri. Lalu berjalan menuju kamar Andine untuk memanggil sang istri bahwa mereka berdua harus bergegas pergi sebab jam sudah menunjuk ke angka tujuh pas.

Pria gagas bertubuh tegap itu mengetuk pintu kamar Andine, tak lupa menyerukan nama sang istri agar segera keluar menemui dirinya.

"Sebentar, Mas!" sahut Andine dari dalam.

Andra menghela napas panjang sambil melipat tangan di depan dada, ia menggelengkan kepala dengan wajah datar. "Bukannya sore tadi aku udah bilang? Jam tujuh tepat harus selesai, makanya dari jam lima aku suruh kami siap-siap. Sekarang aku harus nunggu kamu lagi, kamu tuh bener-bener ya, An—"

Pintu itu terbuka, lalu munculah sosok wanita dari dalam sana, bersamaan dengan terdiamnya bibir milik Andra yang sejak tadi mengomel tanpa jeda.

Andine berdiri di hadapan sang suami sambil meminta maaf dan memasang wajah merasa bersalah, sedangkan lelaki itu malah mematung dengan bibir sedikit terbuka dan kedua mata membulat kaget. Tentu saja kaget setelah menyaksikan sosok wanita yang berada di hadapannya tersebut.

"Astaga, Andine ...." lirih Andra sambil mengusap wajahnya, tampak seperti seseorang yang sedang frustasi.

Wanita itu mengerutkan dahinya, ia menatap heran ke arah sang suami. Apa ada yang salah dengan dirinya? Oh tentu saja, ada.

Andra membuang muka, agar tidak tercipta gejolak serta bayangan aneh di dalam kepala. Bagaimana tidak? Penampilan Andine bahkan lebih berani ketimbang kemarin saat ia menegurnya tentang pemakaian make up yang terlalu tebal.

Dress ketat itu terlalu pas-pasan di tubuh Andine, sehingga menunjukkan lekuk pada badan yang hampir membuat Andra berfantasi liar. Astaga, istrinya itu benar-benar menguji dirinya.

"Kenapa kamu baju itu?" Andra bertanya dengan suara sedikit meninggi, ia bahkan masih memalingkan mukanya.

Andine mengamati dirinya sendiri, bukan sebuah senyum penuh kemenangan yang terukir di bibirnya—setelah melihat reaksi sang suami—melainkan raut wajah yang menunjukkan kesedihan. Memangnya dirinya semenjijikan itu hingga Andra harus membung wajahnya? Bahkan saat pria itu bertanya, ia tak mau menunjukkan muka.

"Mas, jangan berlebihan gitu dong. Aku masih pakai pakaian 'kan? Nggak harusnya kayak gitu," protes Andine kemudian.

"Tetep aja, kamu nggak sadar itu pakaian kamu terlalu ketat tahu nggak? Ganti sana, perasaan kamu tuh yang berlebihan, bukan aku. Biar apa pakai gaun kayak gitu? Sengaja?" Andra dengan ketus mengajukan tanya.

Andine berdecak kesal sambil memasang mimik muka tak suka, suaminya ini sangat menyebalkan, pikirnya. Sejurus kemudian, wanita itu pun melangkah pergi kembali ke kamarnya. Ia menggerutu dengan bibir maju beberapa senti. Lantas bergegas mengambil kembali gaun pertama berwarna navy tadi yang ia kenakan sebelumnya.

Saat hendak berganti pakaian, Andine tiba-tiba terdiam di tempatnya berdiri, kemudian termenung seperti tengah menyadari sesuatu. Sejurus kemudian, sebuah senyuman lebar tercipta di wajah manis itu. Andine tersenyum sambil salah tingkah dengan menahan debar dalam dadanya yang seolah meletup-letup bagai kembang api yang dinyalakan.

Astaga, perasaan apa ini?

"Ya ... walaupun Mas Andra buang muka dan nggak mau lihat aku, tapi tetap aja dia langsung respon dengan cepat soal penampilan istrinya. Ternyata dia nggak mau tubuh istrinya yang cantik ini dinikmati mata laki-laki lain," gumamnya dengan lirih menyimpulkan sendiri apa yang sudah ia amati dari sikap serta kata-kata Andra yang terlontar beberapa waktu lalu.

Andine menahan senyum di bibir sambil merasakan detak jantung yang berdetak tak karuan, ternayat ia bisa menciptakan bahagia sendiri meskipun baru sebuah dugaan yang belum menenentu. Namun, setidaknya Andine merasa bahwa sang suami begitu peduli. Walau ia tidak tahu, apakah pedulinya Andra tulus atau tidak, tetapi Andine percaya, suatu hari mereka akan terbiasa.

Terbiasa bersama, dan rasa cinta itu pasti akan muncul dengan sendirinya.

Andine keluar kamar dengan gaun navy brokat yang pasti lebih sopan dari sebelumnya, Andra yang menyadari istrinya sudah siap itu kemudian menoleh dan menatap Andine dari kepala sampai kaki. Pria itu tidak berkomentar apa pun, tapi helaan napas panjang yang keluar dari mulutnya sudah cukup membuktikan bahwa Andra sudah lega dan puas.

"Ayo," ajak Andra kemudian, sedangkan Andine mengekor di belakang lelaki itu sambil menggenggam sebuah tas cantik berwarna silver.

"Udah aku bilang jangan aneh-aneh. Atau jangan-jangan kamu sengaja melakukan itu semua?" Andra menghentikan langkah dan dengan gerakan cepat berbalik menatap wajah sang istri. Hingga membuat Andine sedikit terkejut dan sontak menghentikan ayunan kaki. Ia mematung dengan mata membulat kaget sebab wajah Andra kini berada dekat dengannya.

Tatapan setajam elang itu tertuju ke wajah sang istri, Andra menyelam di antara dua manik kecoklatan milik Andine.

"Sengaja? Atau apa?" tanya Andra lagi, entah mengapa ia merasa sangat gemas pada wanita yang satu ini. Sebab sering kali memancing rasa amarahnya.

Andine terkesiap mendengar pertanyaan sang suami, kedua matanya membola kaget. Kenapa pria itu tiba-tiba bertanya? Apakah suaminya kini sudah curiga? Andine membeku di tempatnya berdiri dengan wajah memucat, apa yang harus dijawabnya sekarang? Gadis itu bingung, bercampur panik.

Siguiente capítulo