webnovel

Lia Diusir

Malam hari, Lia berada di rumahnya sendiri. Kini, tak ada seorang kakak yang bisa menemani nya kembali seperti dahulu. Lia benar-benar ketakutan dan kesepian. Ia tak bisa bayangkan jika pembunuh itu benar-benar datang malam ini ke rumahnya dan menerornya kembali. Apa yang harus ia lakukan? Jika benar pembunuh itu kembali meneror tempat ini lagi bagaimana?

Lia malam ini berusaha mandiri. Biasanya, Deon akan membuatkannya makan malam setiap hari dan memberikannya sarapan juga makan siang dengan teratur. Namun, kali ini Lia harus benar-benar bisa melakukan semuanya sendiri. Ia akan buktikan kepada kakaknya bahwa Lia sudah benar-benar bisa mandiri. Ia juga akan membuktikan kepada para polisi bahwa kakaknya tidak terbukti bersalah.

Entah bagaimana caranya pembunuh itu tetap selamat dan tidak pernah terlihat jejak-jejak tersangka yang membuat para polisi merujuk kepadanya. Padahal, Lia yakin jika manusia itulah yang melakukan semua ini kepada seluruh warga desa yang berada di kompleks ini. Tapi, tak ada satupun yang percaya dengan kata-kata Lia. Bahkan Deon sekalipun.

"Apakah pembunuh itu akan kembali lagi kemari? Apa yang harus kulakukan?" tanya Lia pada dirinya sendiri.

"Aku bingung. Kenapa dia bisa lolos dan selamat dari tangkapan polisi? Sedangkan kakakku malah dituduh yang tidak benar soal masalah ini, dibayar berapa mereka dengan makhluk aneh itu?" tanya Lia kembali.

Lia benar-benar bingung. Siapa yang tega menuduh kakaknya sebagai pelakunya? Padahal, jelas-jelas kakaknya ini juga korban.

DOR! DOR! DOR!

Suara gedoran pintu tiba-tiba mengalihkan pandangan Lia yang sempat melamun. Lia langsung bersikap berjaga-jaga, takutnya itu adalah pembunuh yang semalaman selalu mengincar dirinya dan juga kakaknya.

"KELUAR LIA!" Teriak salah satu warga yang datang beramai-ramai untuk mengusir Lia malam itu.

"IYA, KELUAR KAMU SEKARANG!"

"Kamu tak pantas berada di lingkungan kami!"

"Kamu dan kakakmu bisa saja membunuh kami! Keluar kamu, Lia!"

Lia terperanjat kaget. Apa-apaan ini? Dia yang masih anak kecil dan belum paham bagaimana caranya membunuh tiba-tiba dituduh hal yang sama seperti tuduhan yang diberikan kepada kakaknya? Gila! Mereka benar-benar gila!

"KELUAR! KELUAR! KELUAR!"

Teriakan demi teriakan itu memenuhi rumah Lia. Gadis itu benar-benar ketakutan sekarang.

"Kakak, apa yang harus kulakukan?" tanya Lia ketakutan.

BRAK! GUBRAK!! BRAAAK!

Pintu pun pada akhirnya didobrak secara paksa. Mereka pun mendapati Lia yang tersungkur jatuh karena tak bisa menahan lama-lama pintu yang didobrak paksa itu.

"Tolong, jangan usir aku! Aku benar-benar tak tahu apa-apa soal masalah ini," mohon Lia.

"Kamu harus keluar! Sebab, kamu juga akan menjadi benalu bagi kampung ini!" seru seorang ibu-ibu yang menggunakan daster pendek berwarna putih itu tampak ngotot sekali.

Lia hanya bisa mundur perlahan, ia menatap Lim. Laki-laki itu seingat Lia dekat dengan kakaknya. Namun, apakah dia memihak kepada mereka?

"Kak Lim.. Hiks.. Aku tak mau pergi.. Hiks!" isak Lia menolak.

"Tidak, kau harus pergi. Kau bukan tempatnya disini. Pergilah jauh-jauh dan susullah ayah ibumu! Kalian hanya petaka bagi kami!" seru Lim.

Bagaikan tersambar petir, Lim ternyata memihak para warga untuk mengusir dirinya. Padahal, Lim dan kakaknya cukup dekat dan sering terlihat berinteraksi. Tapi, ternyata dialah pengkhianat yang sesungguhnya.

"Sudah, keluarlah dari rumah ini!" teriak warga yang berawakan sudah berumur 40 tahunan itu mengangkat Lia paksa keluar.

Warga yang lain justru menjarah rumah Lia dan mengeluarkan baju-baju Lia. Bisa-bisanya, ia diusir dari rumahnya sendiri.

Kunci rumah tersebut pun dibawa oleh kepala Lurah setempat. Semua warga disini benar-benar gila. Sama seperti apa yang manusia setan itu katakan sebelum meninggalkan kampung ini.

Mereka penghakim seenaknya. Tanpa bukti sama sekali, mereka menuding orang lain. Bahkan, menjatuhkan orang lain sehancur-hancurnya.

Lia menangis seraya memunguti barang-barangnya. Bagaimana bisa ia pergi dari sini malam gelap seperti ini? Bahkan, dia masih belia untuk bepergian sendirian.

"Aku takut.." cicit Lia.

Namun, ia berpikir jika disini sama saja dirinya mengorbankan diri kepada pembunuh gila itu. Sebelum terlambat, lebih baik ia pergi dari tempat mengerikan ini.

Lia pun menyeret baju-bajunya yang ada dalam koper, ia juga menggandong tasnya. Sekolah, cita-cita, semua hancur hanya karena sebuah pembunuhan berantai ini. Pembunuh gila itu tampak pintar dan handal sekali dalam masalah ini.

Lia benar-benar ketakutan sekarang. Kemana ia akan pergi? Apakah ia akan menemui kakaknya ke kantor polisi? Atau.. Ia akan jadi gelandangan di usia dini?

"Ya tuhan... Kemana aku akan pergi? Ayah.. Ibu... Kakak.. Kalian benar. Aku tak bisa mandiri," keluh Lia.

Dia benar-benar sedih. Kenapa dunianya semengerikan ini? Padahal, usianya masih dini untuk merasakan dunia sepahit ini.

Saat Lia tengah berjalan menyeret kopernya. Tiba-tiba...

HUP!

Seseorang membekap mulut Lia hingga membuat Lia tak sadarkan diri. Kemudian, seseorang itu pun membawa Lia dan barang-barangnya masuk ke dalam mobil sedan hitam. Suasana tempat yang sepi memudahkan Lia dibawa pergi oleh orang misterius itu.

- The Silent In Midnight -

Lia tersadar dari pingsannya. Tiba-tiba, ia kini berada di sebuah ruangan seperti gudang bekas. Kaki dan tangannya diikat dengan rapi. Lia pun terkejut dan langsung berusaha melarikan diri namun tak bisa.

"Hmmph! Hmmph!" Lia berusaha berbicara, namun suaranya juga dibekap oleh kain merah.

Entah cobaan apalagi ini yang menimpa Lia. Gadis itu sudah benar-benar pasrah. Anak kecil seumurannya harusnya sedang bahagia dan bermain riang dengan teman-temannya. Bukan beralih menderita seperti ini.

"Ayah.. Ibu.. Tolong aku!" teriak Lia dalam hati.

Ia benar-benar tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa diam dan menangis di kursi itu. Bahkan, dirinya juga lapar sekarang. Tak ada yang memberikannya makanan agar ia makan dengan lahap dan selalu sehat.

Perutnya terasa melilit sebab ia merasa sangat lapar. Namun, bagaimana cara kabur dari sini? Itu jelas sulit dengan kondisi dirinya diikat dan dibekap oleh seseorang.

Lia bahkan tak ingat sama sekali bagaimana bisa ia datang kemari. Oh tuhan.. Betapa berat sekali kehidupan Lia sekarang.

TOK.. TOK.. TOK..

Suara sebuah pemukul bisbol diketukkan ke lantai. Tampak terdengar suara seseorang melangkah mendekat ke arahnya. Lia semakin ketakutan, apakah dia penjahat yang telah menyekap Lia? Apakah sekarang Lia akan berakhir sia-sia disini?

Seseorang dengan perawakan tinggi serba hitam itu kini sampai tepat di hadapan Lia. Gadis kecil itu hanya bisa menatapnya takut dan menahan tangisnya.

Seseorang itu mendekat, kemudian tiba-tiba dia menyeka air mata Lia yang tengah ketakutan. Lia hanya bisa diam tanpa memberontak sama sekali. Lia benar-benar ketakutan sekarang. Siapa dia yang ada di hadapannya sekarang? Apakah dia pembunuh itu? Atau.. ?

Siguiente capítulo