Adik perempuannya itu tak ubahnya seperti kelinci kecil yang gesit. Ia melompat-lompat riang di depannya berulang kali. Wajahnya yang cantik, bulat, cerah, dan polos itu membuat Kakak Keempat tak bosan tertegun memandanginya. Ia membiarkan ponselnya yang terus berdering di dalam sakunya dan bahkan tidak berniat memedulikannya.
Masa bodoh soal dering ponselnya yang tak kunjung berhenti. Bukankah lebih menarik memandangi tingkah adik di depannya ini?
Adik perempuannya ini benar-benar imut.
Wajah pemuda tampan lemah lembut itu terlihat sedikit bodoh. Jika saja saat ini ada bingkai foto seukuran mukanya, sudah cocok sekali jika dijadikan pajangan di rumah.
Sementara di sisi lain, Lu Xingran menunggu kabar dari kakaknya dengan gelisah "..."
Jengkel sekali rasanya diberi harapan palsu oleh kakaknya begini. Kata kakaknya tadi dia akan mengirimkan foto adik itu supaya dia bisa menilai sendiri. Dan dia baru menerima beberapa jepretan saja.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com