Hans bangun, kemudian tubuhnya langsung ditumbuk oleh isakan Gadis.
"Hati-hati, Dis. Jangan lari." Hans masih sempat mengimbau Gadis sebelum akhirnya tangisan Gadis makin pecah.
"Husssh, Ibu nggak apa-apa, Nak. Maafkan Ayah membuatmu khawatir ya," ucap Hans di telinga Gadis.
Kalau saja Gadis tidak sedang menangis, sudah pasti ia akan memberikan pukulan kecil pada ayahnya. Karena masih berani-beraninya meminta maaf, padahal tidak ada yang harus dimaafkan.
"Ayah jadi ganggu waktu kalian liburan," sambungnya sambil mengusap-usap punggung anaknya.
"Ayah!" Gadis mengomel di sela isakannya.
"Ibu gimana, Yah?" Xabiru bertanya.
"Masih belum sadar. Kata dokter, pembuluh darahnya pecah," tutur Hans.
"Mana yang nggak apa-apa, kalo belum sadar, Yah?" Gadis mengeluh pemilihan kata yang disampaikan oleh ayahnya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com