webnovel

Pemuda bodoh

Adolf dengan mudah menangkap tangannya dan menariknya ke depannya.

Dia mengamati tangannya dengan mata kagum seperti sedang mengamati sebuah karya seni, sesekali dia membelai tangannya. Tindakannya sangat alami seolah-olah dia sudah terbiasa dengan hal itu. Dia juga tidak mempedulikan mata orang-orang yang sedang terbuka lebar.

Fairy Moon sendiri entah bagaimana tidak merasa keberatan dia memegang tangannya. Kekuatannya tidak menolak perintahnya lagi, tapi hatinya ingin membiarkan dia memegang tangannya.

Selain itu, dia tidak merasakan ada semacam nafsu darinya, seperti yang sering dia rasakan dari tatapan orang lain.

"Tangan yang sangat indah, seperti cahaya bulan yang memantul di atas sumur samsara," ucapnya setelah beberapa saat memegang tangannya.

Dia kemudian menatapnya dan berkata, "aku ingat ada sebuah restoran yang disebut bebek nirwana di sini. Girl, mari kita pergi ke sana, tuan muda ini sangat lapar sekarang."

Setelah mengatakan itu, dia mengamati tangannya sekali lagi.

"..."

Reaksi Fairy Moon agak lambat, tapi dia masih mengangguk. Namun, dia agak bingung karena dia masih memegang tangannya.

Pada akhirnya, dia hanya bisa menatap Snow dengan ekspresi memohon bantuan.

Snow hendak membuka mulutnya untuk berbicara, tapi ekspresi Fairy Moon membuatnya membatalkan niatnya tersebut.

Tidak seperti yang lain, dia sudah bersamanya sejak lama, dia secara alami tahu seberapa cerdas dia. Meskipun tindakannya saat ini sangat tidak masuk akal, dia tahu bahwa ada alasan yang tidak bisa dia ungkapkan.

Tentu saja, bahkan jika seperti itu, membantu mendorong kursi roda seorang pria fana masih sesuatu yang sangat tidak terbayangkan baginya. Bagaimanapun, dia selalu hidup mulia, manusia fana seharusnya bersujud kepadanya. Mengapa yang terjadi justru sebaliknya?

Saat dia diam, Adolf tiba-tiba mengalihkan pandangan kepadanya.

"Girl, apa yang sedang kamu tunggu, tuan muda ini sudah sangat lapar!"

"Ehh," suara Adolf membuatnya kaget, dan secara refleks dia memegang pegangan kursi roda itu, yang perlu dia lakukan sekarang hanyalah mengambil langkah untuk mendorongnya.

Sementara itu, Adolf tiba-tiba menggunakan salah satu tangannya untuk mendorong salah satu roda kursinya.

Kursi roda itu segera bergerak sehingga menyebabkan Snow tidak memiliki pilihan lain selain terus mendorongnya.

Fairy Moon juga dengan cepat mengambil langkah karena tangannya masih dipegang oleh Adolf.

Pemandangan itu terlalu mencengangkan sehingga banyak yang menggosok mata mereka karena tidak percaya.

Snow mendorong kursi roda sementara Fairy Moon berjalan di samping kursi roda itu sambil menjuntaikan tangannya untuk dipegang oleh seorang pemuda fana.

Murid-murid sekte bulan ungu saling memandang sekali lagi. Tidak ada yang berbicara, pada akhirnya, mereka hanya bisa mengikuti di belakang Snow.

Adapun tiga jenius yang baru saja datang, mereka benar-benar diabaikan.

Semua pujian yang baru saja diucapkan untuk mereka benar-benar tidak penting dibandingkan prestasi yang dicapai oleh pemuda fana itu.

Siapa di benua desolate yang bisa mencapai itu? Bahkan putra mahkota Kekaisaran Ilahi Timur hanya bisa menghayal tentang itu.

Saat kursi roda Adolf tiba di depan ketiga pemuda itu, dia menatap mereka, tapi dia hanya menatap mereka sebentar sebelum membuang muka.

"Sekelompok sampah, ditakdirkan untuk menjadi antek," ucapnya tanpa menahan suaranya.

Beberapa orang akan mencari masalah bahkan jika tidak ada masalah di sekitar mereka.

"Apa yang baru saja kamu katakan?" Leo, sang singa muda langsung menunjukkan kemarahannya.

Dia mungkin menghormati Fairy Moon, tapi dia tidak akan membiarkan makhluk fana menghinanya di depan begitu banyak orang.

Snow berhenti ketika dia mendengar teriakkannya, tapi dia baru berhenti sebentar, dan Adolf tiba-tiba menatapnya. "Mengapa kau berhenti, nona? Apakah kau ingin berbicara dengan sekelompok sampah ini dan menunda makan siang tuan muda ini?"

Snow, "..."

Pada akhirnya, dia hanya bisa melanjutkan langkahnya.

Leo hendak bergerak, tapi dia dihentikan oleh Edgar. Yang terakhir kemudian maju ke depan dan menatap Adolf, "bolehkah saya tahu siapa anda?" Dia bertanya.

Suaranya terdengar tajam seperti suara tebasan pedang, hanya suaranya yang cukup untuk mendapatkan rasa hormat dari orang lain.

"Pria ini sudah selesai," ucap seorang pria paruh baya.

"Ya, Edgar seperti gurunya yang tidak takut pada siapapun, jika pria ini berani memprovokasinya, dia pasti akan membunuhnya bahkan jika Fairy Moon melindunginya."

"Aku masih tidak mengerti dengan pikiran Fairy sekarang, jika dia ingin menemukan seorang pria, ada begitu banyak yang lebih baik, mengapa dia memilih seorang pemuda fana?"

"Apakah hukum surgawi sedang kacau sehingga pria fana tanpa asal usul ini bisa menjadi begitu merajalela?"

"Siapa yang tahu? Mengapa kau tidak menirunya, mungkin kau juga bisa beruntung seperti dia."

"..."

Tepat setelah orang itu mengatakan itu, salah satu junior yang berdiri di belakangnya tiba-tiba melompat ke depan, dia mendarat di depan Edgar dan dua lainnya.

Dia membawa sebuah pedang, dan dia kemudian mengacungkan pedangnya pada mereka.

"Mengapa kalian masih tidak berlutut? Aku, si tuan desolate akan menjadi supreme di era ini," dia berteriak.

Dia tampak seusia dengan Adolf, meskipun dia tampak tidak berpengalaman, dia juga tidak tampak seperti orang yang bodoh, tapi apa yang dia lakukan saat ini jelas hal yang bodoh.

Senior yang memberi saran bodoh itu terhuyung-huyung dan hampir pingsan saat dia melihat apa yang telah dilakukan oleh juniornya.

Leo dalam keadaan sangat marah, tindakan pemuda itu membuat kemarahannya menjadi sepuluh kali lipat.

Kakinya terangkat, dan dia mengirim telapak kakinya yang mengenakan sepatu besi ke wajah pemuda itu.

Bang...

Pemuda itu langsung terlempar, dia terlempar ke lokasi Adolf berada. Jika tidak ada yang menghalanginya, tubuhnya pasti akan menabrak Adolf.

Tentu saja, itu tidak akan terjadi dengan Fairy Moon berdiri tepat di sampingnya.

Pemuda itu jatuh di depannya, sekarang dia penuh dengan luka, semua tulang di tubuhnya mungkin telah remuk menjadi abu.

Adolf menundukkan kepalanya dan mengamati pemuda itu.

Dia mengangguk setelah beberapa saat.

"Meskipun tahu itu adalah hal yang bodoh, kau masih melakukannya, setidaknya dalam hal keberanian, kau jauh lebih baik daripada semua orang di sini."

"Orang yang memerintahkan mu jelas tidak seberani kamu." Dia menatap Basile yang tampak tenang saat dia mengatakan itu.

Dia juga menatap dua lainnya, kemudian menatap pemuda itu lagi sebelum melanjutkan, "well, aku akan memaafkan mu selama kau menyalakan sebatang cerutu untuk ku, setelah itu, kau bisa menjadi pengawal ku." "Aku jamin, lain kali kau bertemu dengan mereka, kau pasti dapat mematahkan kaki mereka dengan kekuatan mu sendiri."

"..."

Siguiente capítulo