... menyadari apa yang dirasakan oleh dia. Itulah sebabnya, aku tidak ingin menuntut dia melakukan banyak hal. Bahkan, saat dia telat datang berjam-jam hanya untuk menenangkan Meli, aku tetap saja tidak marah. Dia hanya sudah terlalu lama terjerat hubungan dengan Meli. Seperti kebanyakan hubungan yang menyedihkan lainnya. Hubungan mereka dipertahankan semata karena durasi yang lama. Bukan karena kualitas yang terjaga.
"Kamu mau tambah minuman atau makanan lagi?" ucapnya membuyarkan lamunanku.
"Tidak usah. Aku sudah kenyang."
"Mau ke mana sehabis ini?"
"Aku ikut kamu saja."
"Aku harus menemui Moli." Aku terdiam.
"Antar aku pulang ke rumah saja," ucapku. Entah kenapa, kali ini aku merasa cemburu dan rasa itu terasa lebih kuat daripada biasanya.
Dia seolah mengerti apa yang ada di kepalaku. Sesampai di dalam mobilnya, dia memeluk tubuhku.
Seperti seseorang yang akan ditinggalkan. Dia terlihat cemas dan agak ketakutan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com