Bima menarik kedua sudut bibirnya tersenyum kecil. "Tau saja!" balas Bima dengan nada bercanda. Rasa kantuk kembali menyergap lelaki itu. Bima kembali menguap beberapa kali.
"Mas menyelidikinya, ya!" tuduh Rahel dengan tatapan penasaran. Sementara Bima sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa kantuknya.
"Sudahlah itu bukan hal yang penting. Yang penting saat ini kita harus segera tidur. Karena besok pagi-pagi sekali aku harus kembali ke Bandung." Bima menarik pergelangan tangan Rahel yang duduk pada bangku yang berada di sampingnya.
"Tunggu Mas Bima! Mas kan belum mengatakannya padaku, dari mana Mas tau soal itu," protes Rahel saat Bima menarik paksa pergelangan tangannya masuk ke dalam rumah. Wanita itu berusaha untuk menolaknya. Tapi sayangnya, tenaga Bima jauh lebih kuat.
"Kita bahas hal itu nanti saja." Bima mengantarkan Rahel pada pembaringan. Ia tidak peduli sekalipun gadis itu terus memberontak menunggu jawabannya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com