webnovel

Bab 22

Wajah Rahel tercengang, melihat pada Sofia yang menatap tajam ke arahnya dan Nico. Rahel segera menyambar sendok yang berada di tangan Nico.

"Biar saya bantu, Tuan!" lirih Rahel sesekali melihat pada Sofia yang semakin mendekat ke arah mereka.

Sofia menjatuhkan tatapan kepada piring kosong yang berada di hadapan Nico. Kemudian beralih pada piring Rahel, dimana gadis muda itu sedang berusaha memotong-motong daging sapi dalam ukuran kecil.

"Sofia!" ucap Nico dengan nada santai.

"Nyonya, saya hanya sedang membantu Tuan Nico untuk motong-motong daging ini," sela Rahel terlihat takut.

"Kenapa ada dua piring di sini?" Sofia menautkan kedua alisnya menatap pada piring kosong yang berada di atas meja secara bergantian.

"Aku sengaja meminta pada Rahel untuk sarapan bersamaku. Kasian dari semalam pasti dia juga belum makan, kami semua sibuk mengurusi Alisa," tutur Nico kembali berpura-pura tidak bisa melihat.

Sofia mengangguk-angguk, menatap pada Rahel dengan tatapan sinis. "Aku merasa seorang pembantu itu tidak sepantasnya makan satu meja bersama majikannya!" decih Sofia menjatuhkan tatapan sinis pada Rahel yang terdiam di samping Nico.

"Mengapa seperti itu?" Nico tersenyum kecil. Menarik satu sudut bibirnya, sinis.

"Karena dia adalah seorang pembantu! Seseorang yang kita bayar untuk membantu pekerjaan kita. Bukan duduk satu meja bersama majikan," cetus Sofia penuh penekanan, sorot matanya tajam menatap pada Rahel yang tertunduk, tidak berani menatap.

"Sudahlah, aku tidak pernah menganggap siapapun yang bekerja di rumahku sebagai orang lain ataupun pembantu!" cetus Nico.

Sofia mendengus berat. "Terserahlah, Mas!" ketus Sofia memutar tubuhnya ke arah ranjang tepat Alisa berbaring.

Rahel bergegas mengemasi makanan yang berserakan di atas meja. Lalu berjalan menuju pintu keluar. Sementara Nico diam tidak bergeming hingga suara derit pintu kamar terdengar, yang menandakan jika Rahel telah pergi.

"Bagiamana dengan keadaan, Alisa?" ucap Sofia memecah keheningan yang tercipta. Sekilas wanita dengan setelan baju kantor itu melirik pada Nico yang terduduk pada bangku sofa.

"Dokter bilang, trombosit Alisa sudah naik. Hal itu berarti jika kondisi Alisa jauh' lebih baik sekarang," tutur Nico mengarahkan tatapan kosong matanya pada pintu ruangan yang sudah tertutup kembali.

Sofia menempelkan telapak tangannya pada kening Alisa. Wanita itu mengangguk dengan tersenyum kecil. Lalu mendaratkan kecupan pada kening Alisa penuh kasih sayang.

"Cepat sembuh, ya, sayang! Mama sangat menyayangi kamu!" lirih Sofia mengusap kening Alisa.

____

Sofia melirik pada layar ponsel yang menyala. Deretan nama Sam sebagai nama pemanggil beberapa saat lalu muncul menghubunginya pada layar.

"Ada apa, Sam menghubungi aku!" Sofia mengernyitkan dahi.

Tut ... Tut ....

Hanya suara sambungan operator yang menjawab panggilan Sofia pada nomor Sam. Wanita yang nampak buru-buru itu menautkan kedua alisnya, lalu mendengus berat.

"Baiklah, pasti nanti Sam akan menghubungi aku jika dia butuh sesuatu!" guman Sofia memasukan benda pipih yang berada di tangannya ke dalam tasnya kembali.

Beberapa suster berlarian melewati Sofia yang tengah menyusuri lorong koridor menuju lobby rumah sakit. Wajah para suster itu nampak panik. Diikuti ranjang pasien yang didorong cukup cepat menuju rumah ICU yang berada di lantai bawah.

"Atur nafas ibu, ya! Tarik, hembuskan!" titah Dokter yang ikut mengantarkan pasien yang hendak melahirkan itu ke ruang ICU.

"Sakit, Dokter! Sakit!" lirih wanita yang berada atas ranjang pasien nampak menahan kesakitan. Sejenak Sofia merasa iba melihat wanita itu.

"Sabar ya, Bu!" ucap Dokter wanita itu dengan suara lembut sekali.

"Suamiku, mana, Dok!" Wanita yang memegangi kuat tangan perawatan itu menyapu pandangannya ke sekeliling, sepertinya sedang mencari sosok suaminya.

"Ibu tenang saja, kami sudah menghubungi suami Ibu!" jawab perawat itu.

Sejenak Sofia tercengang dan bergidik ngeri, melihat pada para petugas kesehatan yang membawa masuk wanita yang hendak melahirkan itu ke dalam ruang ICU.

"Ah, apa sih aku ini!" gerutu Sofia pada dirinya sendiri. Segera wanita itu melangkahkan kakinya menuju lobby rumah sakit dengan buru-buru karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

Bruakk!!

Tubuh Sofia terpelanting dan hampir saja terjatuh saat seseorang tiba-tiba menabraknya saat ia hendak keluar dari lobby rumah sakit.

"Sam!" Sofia membeliakan matanya saat melihat seorang yang menabraknya tidak lain adalah Sam, kekasihnya.

Wajah Sam nampak panik. Urat-urat pada wajahnya menegang, Sam pun tidak kalah terkejutnya seperti Sofia, melihat keberadaan Sofia.

"Sayang!" lirih Sam setelah beberapa saat ia hanya menatap pada Sofia dengan tatapan terkejut.

Seketika Sofia mengukir senyuman pada kedua sudut bibirnya. Netranya nampak berbinar menatap pada lelaki yang beberapa kali menghela nafas panjang di hadapannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Sam?" tanya Sofia mendekatkan dirinya pada Sam.

"Pasti kamu ke sini ingin menyusulku, kan?" Sofia mengulas senyuman.

Sam terlihat gugup, namun tetap memaksakan senyumannya terbit dari bibirnya. "Iya, tentu saja aku ke sini untuk menyusul kamu," sahut Sam, seperti ada sesuatu yang berbeda dari sikap Sam. Sam mengedarkan pandangannya ke sekeliling, seperti orang panik. Lalu melingkarkan tangannya pada pergelangan tangan Sofia.

"Sayang, ayo kita pergi cari sarapan dulu, yuk!" ajak Sam.

Sofia menyadari ada yang aneh dengan sikap Sam. Sorot matanya memperhatikan dengan seksama tingkah Sam yang terburu-buru, seperti orang yang ketakutan.

"Sam, why?" Sofia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari suatu yang membuat Sam nampak panik. "Apakah kamu baik-baik saja?" seloroh Sofia.

"Iya, sayang! Aku baik-baik saja! Kita harus segera pergi dari sini!" Sam menarik pergelangan tangan Sofia menuju halaman parkir rumah sakit.

Sam membukakan pintu mobil untuk Sofia. Sementara dirinya memutar ke arah pintu yang berada di samping kemudi.

"Sam, ada apa? Kenapa kamu terlihat takut sekali?" seloroh Sofia saat Sam sudah duduk di bangku kemudi.

Sam memutar kemudi, menuju keluar dari halaman rumah sakit. "Kita cari tempat dulu ya sayang, nanti aku akan menceritakan semuanya padamu," balas Sam nampak serius dengan jalanan yang berbada di depan mobil.

Huf, Sofia meniup kecil dari bibirnya, lalu menghempaskan tubuhnya bersandar pada bangku. Ia juga melipat ke dua tangannya di depan dada, dengan wajah kesal.

Sam membawa Sofia cukup jauh dari rumah sakit tempat Alisa di rawat. Hampir satu jam perjalanan, mobil yang dikendarai Sam berhenti pada sebuah warung kaki lima di tengah taman di kota Jakarta.

"Sam, apa tidak salah kita makan di tempat seperti ini?" Sofia mengeryitkan dahi, melihat ke luar jendela mobil. Beberapa pedangan kaki lima berjajar di sekeliling taman yang di penuhi oleh pejalan kaki.

"Ok, baik, maaf, aku lupa kalau kamu tidak menyukai tempat seperti ini!" Sesaat Sam memijat keningnya yang terasa berdenyut. "Baiklah, aku akan mencari tempat yang lain," ucap Sam memutar kemudi.

"Sam, ada apa sih? Sepertinya ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dariku?" cetus Sofia menjatuhkan tatapan penuh selidik pada Sam.

Sekilas Sam melirik pada Sofia setelah laju mobil cukup stabil. "Mulai saat ini kita harus lebih berhati-hati, karena Nico sebenarnya sudah bisa melihat lagi," cetus Sam.

Seketika Sofia tercengang, kedua matanya membulat penuh pada Sam yang membalasnya dengan tatapan penuh keyakinan.

__

Bersambung ...

Siguiente capítulo