Seorang pemuda tampan itu menatap wajah Zhi Yang begitu lama dan lurus. Namun, tatapan Zhi Yang sedikit kurang nyaman dari pemuda tersebut.
Dalam hatinya berkata.
[Kenapa pemuda ini menatapku begitu? Namanya pun memiliki arti yang sama denganku]
Zhi Yang tidak membalas tatapan hangat dari Zhao Yang, sedangkan sang pemuda didatangi oleh seorang pria terhormat dengan beberapa pelayan termasuk ayahnya Zhi Yang.
"Zhao Yang, kau dari mana saja? Jangan terlalu nakal di tempat orang lain."
Ucapan pria berkostum lebar dengan warna yang mencolok begitu pelan.
Pria itu merundukkan pandangan sedikit ke arah ayah Zhi Yang, "Maafkan putra kami, Tuan Qianfan, dia memang tidak bisa berdiam diri."
Tunduknya pria yang katanya sebagai ayah dari Li Zhao Yang.
"Ah, apa dia putrimu, Qianfan? Dia cantik bagaikan bulan bersinar tengah malam, bersinar terang bagaikan matahari yang bercahaya!"
Si pria itu mendekati Zhi Yang.
"Terima kasih, tetapi seharusnya aku yang meminta maaf kepada Anda karena putri saya melakukan hal yang kurang nyaman kepada putra Anda."
Qianfan terharu.
"Tidak masalah, Paman. Aku butuh seorang teman untuk berkeliling," sambung Li Zhao Yang itu menyahut.
Semua mulai memperhatikan raut ramah dari Zhao Yang yang tampaknya akan menunjukkan sisi kehangatan sekaligus kemurahan hatinya.
"Kalau begitu, biarkan putraku mengajak Zhi Yang untuk bermain."
Usulan dari ayah Zhao Yang sangat merepotkan.
"Ah, jika Tuan mengizinkan, dengan senang hati akan kami terima!"
Qianfan begitu hangatnya membalas.
Zhi Yang masih merasa ragu untuk menjadi teman bagi Zhao Yang. Akan tetapi, si pelayan wanita itu menarik lengannya sambil teranggung-angguk cepat.
Zhi Yang mengerutkan kening, seakan tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh si pelayan.
"Zhi Yang, kau bisa menemani Zhao Yang untuk bermain di sekeliling desa ini," pinta Qianfan kepada putri cantiknya itu.
Keluarlah dari pintu seorang wanita yang pasti adalah ibunya Zhi Yang.
"Ada apa ini? Apa Zhi Yang berbuat salah?" tanya Xin You—ibunya Zhi Yang dengan mata tersorot tajam.
"Bukan apa-apa. Ini hanya terjadi begitu saja. Zhao Yang butuh seorang teman karena ayahnya ingin bertamu sebentar ke rumah kita," ujar Qianfan kepada sang istri.
"O, begitu, ya? Kalau begitu, kau pergilah bersama Zhao Yang. Jangan lakukan kebodohan dengan temanmu ini! Dia seorang pemuda terhormat," perintah dari ibunya.
"Mari silakan masuk, Tuan! Kami akan menyiapkan sajian untuk Anda."
Xin You ramah kepada pria selaku sang ayah dari Zhao Yang.
Kini, para orang dewasa akhirnya meninggalkan posisi Zhi Yang dan Zhao Yang berduaan. Keduanya saling mendiam ketika para orang dewasa telah memasuki gerbang masuk ke rumah.
Zhao Yang melirik ke wajah Zhi Yang terlihat agak canggung. Dengan senyuman hangat, pemuda itu pun akhirnya menyapa, "Kau bersedia menjadi temanku?" pintanya.
Zhi Yang menoleh ke arah Zhao Yang yang memperlihatkan kilauan cahaya ketampanan pada dirinya. Dengan menahan emosi buruk yang ada dalam diri Zhi Yang akhirnya meranggul perlahan. "Baiklah!" tegasnya berbalik badan.
Zhao Yang mengikuti langkah Zhi Yang yang terlihat lebih garang darinya. Padahal, Zhao Yang sudah lebih dulu berbuat ramah darinya. Akan tetapi, situasi yang sempat membuatnya malu menutup wajahnya di saat itu juga.
"Aduh, kenapa aku harus menabrak anak itu!" Keluhan Zhi Yang sembari melirik ke arah belakang punggungnya.
Namun, sosok Zhao Yang terus mengikuti dirinya hingga keluar dari halaman depan rumah. Zhi Yang melirik ke seluruh pemandangan keramaian di desa tempat tinggal asing baginya. Jika ia yang mengajak Zhao Yang tentu saja ia tak paham dengan arah jalan bahkan petunjuk pulang.
Ia pun dengan ragu-ragu membalikkan badan, "Maaf, aku lupa dengan jalan yang ada di sini," keluh Zhi Yang merundukkan pandangan.
Sontak, Zhao Yang bersitegang ketika mendengar ucapan Zhi Yang yang mengatakan hal konyol kepadanya.
"Apa? Kau bercanda? Hahaha," kekeh Zhao Yang.
"Hei, aku serius! Aku baru saja hilang ingatan tentang semua tempat dan orang-orang yang ada di sini," ungkap Zhi Yang, yang sebenarnya datang dari masa depan.
Akan tetapi, Zhao Yang pun mulai melenturkan rautnya menjadi agak serius, lalu meraih tangan Zhi Yang dengan tegas.
Pemuda kecil ini memberanikan diri untuk menjadi seseorang layaknya orang dewasa.
"Berarti aku yang akan menunjuk jalannya kepadamu," putus Zhao Yang.
Keduanya berjalan mengelilingi desa dan kota itu. Dua berteman itu mulai merasakan sebuah hubungan yang sangat erat. Terlukis indah dari raut Zhi Yang dan mulai memperlihatkan sisi keramahan serta keceriaannya pada si teman baru itu.
Dimulai dari perjalanan, hingga berlari bersama, kejar-kejaran, kemudian pada pemberhentian di sudut sungai.
Zhao Yang menunjuk sungai yang ada di depan mata, Zhi Yang pun mengangguk dan mengikuti langkah Zhao Yang.
"Aku pikir kau orang yang dingin, ternyata kau lebih baik dari yang kukira."
Kalimat Zhao Yang sekaligus memuji Zhi Yang.
"Bagaimana bisa kau melupakan sesuatu dari sini? Apa yang terjadi denganmu?" lanjut Zhao Yang.
"Saat itu aku membuka mataku di atas berbatuan di dalam hutan dekat bukit, aku terkejut ketika diriku sudah berada di sana. Ketika aku beranjak, aku tidak ingat apa-apa," jelas Zhi Yang kepada Zha Yang menyimak semua ucapannya.
"Aku sudah sering ke sini. Tapi, baru kali ini aku melihatmu," ungkap Zhao Yang.
Zhi Yang melirik pepohonan yang ada di samping tubuh Zhao Yang berdiri, ia pun berbalik menatap apa yang dilihat oleh Zhi Yang.
"Indah sekali!" ucap Zhi Yang ketika melihat bunga sakura yang melebar luas di pepohonan.
"Ini musim semi," sebut Zhao Yang.
"Bisakah kau memetiknya untukku?"
Zhi Yang tiba-tiba menjadi manja.
Tanpa ragu lagi, Zhao Yang pun segera beranjak lalu memanjat pohon tersebut. Sementara yang didapat adalah setangkai bunga sakura cantik.
Namun, terjadi sobekan pada lengan kiri, sehingga ternganga luka kecil di tangannya.
"Ini."
Zhao Yang menyerahkan bunga kepada Zhi Yang.
Zhi Yang menerima bunga tersebut lalu memandanginya dengan penuh bahagia. Senyuman termanis membuat terekam oleh Zhao Yang saat itu juga.
"Kau menyukainya?" tanya Zhao Yang.
"Hm, aku menyukai warnanya," ungkap Zhi Yang.
"Warna merah muda pertanda suka sekaligus kasih sayang. Penuh kebahagiaan di setiap hari. Bunga ini melambangkan kebahagiaan, bunga dari Jepang yang ditanam oleh pendatang hingga para pedagang," jelas Zhao Yang.
Zhi Yang menatap dan memperhatikan luka yang ada di lengan kiri Zhao Yang yang robek.
"Kau terluka," tunjuk Zhi Yang.
Ia pun meraih pita yang mengikat rambut di kepalanya, kemudian mengikat lengan yang ada di lengan kiri Zhao Yang.
Zhao Yang tersenyum dan melirik tanda jahitan di ujung pita berwarna putih merah muda berlogo burung pipit dengan bunga sakura.
"Terima kasih," ucap Zhao Yang.
"Dengan sesama teman," balas Zhi Yang.
Keduanya pun saling menghantarkan senyuman, untuk beranjak kembali.
"Hari sudah semakin sore, ayo kita kembali!" putus Zhao Yang.
Keduanya memasuki gang rumah yang sudah tidak jauh lagi. Namun, yang terlihat kekacauan tampak riuh di depan pintu rumahnya. Dari samping tubuh Zhi Yang, datang ketiga orang menyeret cepat tubuhnya sammbil membekap mulut Zhi Yang. Kejadian tiba-tiba itu membuat Zhao Yang terperanjak.
Kekacauan itu mengakibatkan banyaknya orang-orang dibawa pergi secara paksa. Zhao Yang membelalakkan matanya ketika melihat kedua orang tua Zhi Yang sudah dikurung ketat oleh si pengawal ayahnya.
"Hah?! Tidak mungkin," desis Zhao Yang mendekat.
Apa yang terjadi setelah ini? Kekacauan apakah ini? Lalu, ke mana perginya Zhi Yang bersama ketiga pelayan tersebut?
Setelah baca wajib taruh ke dalam rak!
Direview juga dong ceritanya biar seru-seruan gitu!
Jangan lupa ikuti IG :@rossy_stories.
Nantikan bab selanjutnya yang banyak kejutan. Terima kasih.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.