Cien sebenarnya tidak menyangka kalau keponakannya, Lilinette, masih dapat memikirkan untuk menangkap Chintya. Yang mana kekuatan musuhnya itu jauh di atas Lilinette sendiri.
Bertarung untuk menangkap lebih sulit daripada membunuh. Untuk mereka yang kekuatannya lebih tinggi saja hal ini agak sulit dilakukan, apalagi untuk Lilinette yang kekuatannya lebih rendah.
Bukankah seharusnya Lilinette itu bertarung nekat untuk bertahan hidup? Bukan malah sebaliknya.
Cien benar-benar kembali harus kagum pada keponakannya satu ini. Dia tidak mengerti bagaimana pamannya, Raphael, menjadikan gadis tersebut sebagai suatu alat. Memaksanya menjadi kuat dan membuangnya setelah selesai.
Kalau dididik secara benar, Lilinette sungguh bakal menjadi pondasi yang mengukuhkan posisi Raphael. Sayang, tampaknya pamannya itu terlalu tidak sabar dan ingin mendapatkan hasil instan. Hanya hal buruk yang akan didapatnya dengan hati yang rakus seperti itu.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com