Steve sampai di Bandara, sebelum terbang. Ia chek in dulu. Tapi ia harus menunggu untuk di panggil menuju ke badan pesawat.
Sejak tadi Alena terus saja menghubunginya. Tapi Steve tak pedulikan itu. Setelah suara dering telepon mati. Ia langsung mematikan ponselnya.
Dan memasukan ke dalam saku jaketnya. Tak peduli nanti suara rentetan kemarahan yang akan dia dengar nantinya. Ia siap mendengarnya nanti. Saat ini hanya ingin tenang.
Steve mampir ke salah satu stand di Bandara. Memesan kopi. Tak lama kemudian pesanan Steve datang. Ia lalu menyesapnya. Kopi ini sedikit menghilangkan kantuk yang mendera. Sejak semalam, Steve tak bisa memejamkan matanya. Bayangan saat kejadian di pantai membayangi di kedua pelupuk matanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com