webnovel

12. Tatapan Kanova

Mereka sudah memasuki pintu minimarket. Kanova yang memimpin jalan langsung segera pergi menuju rak yang berisi jajanan ringan, mengambil beberapa lalu memasukkannya ke dalam keranjang yang ia bawa di lengan kanan.

Sedangkan Evelyn hanya bisa diam berdiri di belakang Kanova seraya melihat Kanova yang beberapa kali menatapnya.

"lo nggak ada niatan buat beli sesuatu gitu?" tanya Kanova seraya memasukkan beberapa minuman dingin dan beberapa susu kotak kedalam keranjang belanjaan.

Evelyn yang mendengar itu hanya bisa terdiam lalu tak lama menggelengkan kepalanya beberapa kali tanda bahwa dia tidak memerlukan sesuatu.

"Bukannya tadi Tante Sarah nitip sesuatu ke elo ya?" tanya Kanova lagi dengan raut serius, seperti biasanya.

"Sebenernya tadi Tante Sarah nitip minuman teh rasa matcha. Dan, udah lo masukin ke keranjang." Jelas Evelyn.

Kanova melihat beberapa botol minuman yang tadi sempat Evelyn beritahu di dalam keranjang.

"lo suka apa? biar sekalian gue masukin ke keranjang."

"Em, gue, anu-

Seketika Evelyn terdiam dengan apa yang dilakukan Kanova barusan. Karena baru saja kanova memasukkan kan tiga bungkus kue sus rasa coklat ke dalam keranjang.

"Lo suka ini kan?" Tanya Kanova seraya menunjukkan Snack itu pada Evelyn.

"Em. Lo tau darimana?"

"Aris!" Tukasnya.

Setelah dirasa cukup. Kanova pun segera membayar semua belanjanya, lalu ia menyuruh Evelyn untuk menunggunya di luar minimarket.

Setelah membayar, ia pun segera keluar dari minimarket tersebut dan kemudian berjalan bersama Evelyn menuju rumah sakit.

Dan tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di rumah sakit.

Saat keduanya memasuki rumah sakit. Keduanya melihat Joddy dan Zellio yang sudah berdiri di depan meja resepsionis. Sedangkan Aris dan Sarah duduk di atas sofa krem.

Keduanya melihat Kanova dan Evelyn yang masuk ke dalam rumah sakit.

Melihat itu, Kanova menyerahkan kantung plastik berisi jajanan itu ke Evelyn. Evelyn pun segera meraihnya.

"Mau sekarang tan?" Tanya Kanova yang tengah membantu Aris untuk berjalan.

Meski keadaan Aris terlihat sehat-sehat saja, tidak menutup kemungkinan bahwa dia akan baik-baik saja.

Tak lama, Joddy dan Zellio mendekat. Joddy memberi isyarat pada Sarah untuk segera masuk ke dalam mobil. Sarah pun mengangguk lalu menyuruh Zellio untuk segera menuju parkiran bersama Joddy. Sedang dirinya, Kanova, Aris, dan Evelyn masih berjalan menuju pintu rumah sakit dengan Kanova yang menuntun Aris.

"Masih sakit ga Ris?" Tanya Kanova seraya memegangi bahu Aris dari samping.

"Engga si. Biasa aja. Cuma kadang kalo kesenggol ya pasti kerasa nyut-nyutan." Balasnya.

Aris melihat kantung plastik yang dibawa Evelyn, "Kayanya abis borong."

Evelyn yang sadar dengan pernyataan Aris sempat sedikit terkejut. Ia hanya merespon dengan kekehan kecil saja.

Hanya butuh beberapa menit, mereka sudah sampai di parkiran.

Sampai di depan mobil, mereka berhenti.

"Em, Ev. Kamu bareng Tante aja ya di mobil. Temenin Aris juga. Engga apa-apa kan?" Ujar Sarah.

Evelyn terdiam, lalu dia melihat Kanova yang berada di sampingnya. Kemudian pandangan nya beralih lagi pada Sarah

"Iya Tante." Balasnya seraya tersenyum tipis.

Joddy dan Zellio pun segera membukakan pintu mobil untuk Evelyn dan Aris, lalu disambung dengan Joddy dan juga Sarah yang juga ikut bergerak masuk menuju pintu mobil yang berada di depan. Sedangkan Zellio berjalan menuju motornya. Begitupun dengan Kanova.

Joddy yang sebagai supir, melihat ke arah spion. Membuka jendela mobil, melihat keadaan Kanova dan Zellio. Merasa sudah siap, ia lalu segera melajukan mobilnya.

Mobil hitam itu akhirnya keluar melewati barisan mobil lainnya yang berada diparkiran.

Aris tersenyum seraya melihat gedung putih yang baru saja mereka tinggalkan. Akhirnya, dia bisa kembali ke tempat yang paling dia rindukan. Rumah.

Aris melihat sejenak bahunya, menghela nafas lalu menatap Sarah yang duduk disampingnya.

"Padahal, Aris ga harus masuk rumah sakit mah."

Ucap Aris dengan raut sedikit lesu.

"Ini cuma jatuh biasa aja padahal. Terkesan lebay banget kayanya mah." Sambungnya lagi seraya menatap kembali bahunya.

Sarah menatap putra kesayangannya itu intens, lalu berkata, "Kesehatan anak mamah itu nomer satu. Sekecil apapun lukanya. Mamah ga bakal ngebiarin gitu aja."

"Ya tapikan ga usah ke rumah sakit juga mah. Di urut sama Bi Atin juga bakal sembuh." Ujar Aris lagi.

Joddy hanya bisa tersenyum melihat anak serta istrinya berdebat.

"Udah deh Aris. Mamah cuma pengen yang terbaik buat kamu. Makanya gausah banyak tingkah. Lain kali, kalo mau loncat. Liat sikon dulu." Timpal Evelyn yang duduk di sampingnya.

Aris sejenak menoleh ke samping, "Itu bukan salah aku. Itu salah Tristan."

"Ya sama aja Ris. Harusnya kamu liat-liat dulu biar nanti ga gini lagi. Jadiin pelajaran aja deh!" Sambung Evelyn lagi.

Aris menatap Evelyn dengan raut bertanya-tanya, "Lha? Mereka yang curang kenapa aku yang dimarahin si?"

"Baru juga aku seneng bisa balik. Udah dimarahin lagi." Sambung nya lagi dengan nada sedikit kesal.

Aris melihat spion yang menampilkan wajah Joddy yang tengah terkekeh kecil. Lalu tak lama, Joddy melihat kaca spion juga. Membuat mereka sempat bertatapan, lalu setelah itu Joddy seketika menghentikan kekehannya.

"Apa?! Papah mau ikutan marahin Aris juga?" Joddy sempat terdiam. Namun, dia terkekeh lagi melihat raut kesal putranya tersebut.

"Lagian nih ya ris ...

Sarah kembali mengangkat suara.

Terjadi perdebatan di antara mereka, Sarah yang terus saja berceloteh, Joddy yang hanya bisa senyum-senyum saja, dan juga Aris yang pasrah pada nasibnya.

Evelyn yang duduk di samping Aris hanya bisa terdiam melihat keseruan keluarga Aris yang sangat hangat.

Dari tempat duduknya, dia melihat ka arah luar jendela yang menampilkan deratan lampu jalanan yang menyala. Di beberapa bagian, kursi besi panjang yang kosong terpajang di samping jalan. Dan sampai melewati sebuah taman, mata Evelyn berbinar kala melihat toko bunga dengan hiasan pintu yang berupa bunga Lavender. Bunga kesukaannya.

Ia menatap lekat toko bunga itu seraya tersenyum. Aris yang sempat melihat Evelyn pun, mengalihkan pandangannya pada luar jendela.

"Ev, mau kesana?" Tanya Aris tiba-tiba yang langsung membuat Evelyn terkejut.

Evelyn menoleh, "Engga ko. Mungkin next time aja." Balasnya seraya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.

Aris terdiam, begitupun dengan Evelyn. Namun tak lama, Aris tak sengaja melihat pergelangan tangan Evelyn. Ia tersenyum melihat itu. Dimana, gelang yang kemarin ia titipkan pada Kanova, ia pakai juga.

"By the way. Gelangnya bagus juga Ev."

Evelyn terperanjat, ia segera melihat pergelangan nya.

"Kan dari kamu. Makasih ya Ris."

Mendengar itu, Aris tersenyum. Lalu ia mengobrol bersama Evelyn. Sarah dan Joddy yang melihat dari spion, hanya bisa menatapnya senang.

Siguiente capítulo