webnovel

Pegangan tangan

"Halo Raa.... ihsks ihksss."

"Halo Gi, eh lo knp Gi."

"Desi Ra... ihks ihksss. Desi bunuh diri Ra..."

"Ha? Apa? Gak mungkinnnn. Gakkkkkkkkkk aaaa.... eeee...e...e.." Teriak Tiara dan langsung melemparkan handphonenya ke lantai.

Boy mendengar suara teriakan Tiara dari kamar dan langsung menghampirinya.

"Ra..... buka pintunya. Lo kenapa?" Boy pun langsung membuka pintu kamar Ara dan melihat Ara nangis dan duduk di lantai dan hpnya yang sudah hancur.

"Boyyy.... hikssss hiksss" ucap Ara sambil menangis melihat Boy

"Iyaaa. Lo kenapa sihhhh." Boy menghampiri Tiara dan langsung memeluknya agar memberikan Tiara sedikit ketenangan.

"Hiks... hikssss." tangis Tiara yang tak kunjung berhenti.

"Raa... tenang yaaa. Disini ada gw." ucap Boy sambil mengelus bahu Tiara

Sangat terlihat Tiara sudah sangat capek dan dia pun tertidur di pelukan Boy. Boy pun langsung mengangkat Tiara ke tempat tidur dan menyelimutinya.

"Drttt drttt drttttt" Suara getaran hp Boy dan Boy pun keluar dari kamar Tiara

"Halo Boy, Lo tau gak cewe yang pernah dijodohin ama gw meninggal Boy. Dia bunuh diri di sekolahnya dulu. Sedih bangettttt."

"Siapa?" tanya Boy

"Desiiii. Gw sedih banget sumpahhh walupun dia judes banget kemarin ama gue rapikan dia juga...." omongan Billy langsung di potong Boy

"Desi? Bukannya yang kemarin di taman ya? dia penerus perusahaan LoVe bukan? Tempat Tiara kerja? Dia juga sahabat Tiara kan?"

"Ehhh iya denggg benar. Tiara dah tau blom?"

"Pantesan Tiara nangis nangis dari tadi, sampai banting handphone."

"Jadi gimana tuh si Aranya Boy."

"Dia lagi tidur, kayanya kecapean dehh."

"Lo jaga tuh Boy. Awasin dia yaa. Kasian sahabatnya dah gada lagi. Gw aja yang blom kenal lama rasanya sedih banget."

"Iya iyaaa."

Ogi juga sangat kecewa kepada dirinya sendiri yang sdah pernah menolak tawaran Desi yang ingin bertemu. Ia sangat sedih sampai tidak yahu harus mau gimana lagi. Ia merasa sangat bersalah.

Di hari pemakaman, Bagas tidak bisa hadir karena mama Desi melarang Bagas untuk datang. Jadi Bagas dan Rani hanya bisa melihat dari kejauhan saja.

"Bagas tenang ya. Setelah acara baru kita kesana ya." Ucap Rani

"Iya Ran, gakpapa kok."

"Raaa.... lo dah siap blommm." tanya Boy mengetuk pintu kamar Ara.

"Udah Boy." Ucap Tiara sambil membuka pintu

"Gw mau lo janji sama guw ya. Jangan sampai nangis lagi. Kalo lo mau nangis mending sekarang aja Ra."

"Takutnya gak bisa Boyyy." Jawab Ara sedihhh

"heyyy Ra. Tuh kan lo mau nangis lagi. Lo harus tenang, Desi juga udah tenang disana. Percaya aja, Desi gak mau liat sahabatnya nangis dan sedih terus terusan."

" Iya Boy. Tolong pegang tangan gw ya nanti." Ucap Tiara spontan karna ia merasa takut

"Iya.. Ya udah yokkk." jawab Boy dengan ragu dan sedikit gugup mendengar ucapan Tiara tadi.

Di tempat pemakaman, mereka pun melakukan ibadah singkat sebelum Desi dikuburkan. Selanjutnya mereka menaruh bunga di kuburan Desi.

"Desiii, mama sayang banget sama Desi. Dimana pun Desi seakarang mama tetap sayang Desi dan gak akana pernah lupain Desi." Ucap mama Desi sambil menaburi bunga di kuburan Desi

"Papa juga sayang Desi. Sekarang Desi udah tenang." Ucap Papa Desi

" Des, maaf ya kalo gw ada salah sama lo. Tapi lo adalah sahabat gw samapai selamalamanya Des. Thank you Desiii."

Selanjutnya Tiara yang akan menaburi bunga, tiba tiba Boy langsung memegang tangan Tiara dan ikut menaburi bunga bersama. Ogi melihat hal itu dan ia merasa cemburu.

"Des, kamu sahabat aku yang plaing baik dan cantik. Makasih ya buat perkenalan singkatnya. Aku akan ingat kamu terus. Aku janji samapai kapanpun kamu tetap jadi sahabat aku." Ucap Tiara

"Hai Des, baru aja kita jumpa dan kenal kemarin, kamu malah pergi cepat banget. Kamu dah tenangkan pastinya disana. Selamat tinggal ya Desi." Ucap Billy

Setelah semuanya selesai menaburi bunga dan tempat itu juga sudah sepi, Bagas dan Rani datang ke kuburan Desi dan ikut menaburi bunga juga.

"Hai Des. Aku minta maaf sebesar besarnya. aku tau ini dah terlambat. Aku gak bisa dengar jawaban kamu. Tapi kamu bisa dengar aku kan. Aku minta maaf Des. Hiks hiks hiksss. Sekarang kamu dah tenang disana, aku gk perlu nangis. Benar kan Des? Aku sayang kamu Des. Makasih kamua udah sabar hadapin aku, makasih buat perhatian kamu selama ini." Ucap Bagas sambil meneteskan air mata.

"Desi aku juga mau minta maaf ya kalo aku ada salah sama kamu. Kamu tenang disana ya Des. Selamat jalan Desi."

Ogi melihat Tiara dan Boy terus berpegangan tangan menuju tempat parkir. Dia pun langsung menghampiri mereka bedua.

"Ra..." Panggil Ogi

"Iyaaa. Gw nebeng boleh yaa. Kakak gw gak tau kemana. Lagi pulak kita kan searah."

" Boyyy....." Ucap Tiara dan melihat Boy untuk memberikan jawaban

"Iya Boleh." Jawab Boy

"okeyyy. Ehemmmm tangan tangannnn. Gandengan mulu." Ucap Ogi nyindir Boy

Mereka pun langsung melepas tangan mereka dan wajah Tiara menjadi merah karna dia ingat kalo dia yang minta supaya Boy memegang tangannya.

" Ya udah yuk kita berangkat. Gw dibelakang aja ya." Ucap Tiara

"Gw juga dibelakang ya."

"Ehhh apaan pada di belakang semua. Emang gw supir? Kedepan lu?" Ucap Boy Nyuruh agar Ogi kedepan dan tidak berduaan dengan Tiara di belakang.

"Gapapa kan sekali kali jadi supir." Ucap Ogi

"Lo turun atau kedepan. Udah yang numpang kok malah banyak tingkah sih. Ini mobil gak bakalan jalan sampe lo kedepan." Ucap Boy

"Udah udah lo kedepan deh Gi. Biar gw aja yang dibelakang sendiri."

"Iya iyaaaa... ribet amat sihhh nih orang."

"Lo yang ribet kali. Tinggal pulang sendiri aja susah. Malah numpang ke mobil orang."

Setelah Bagas dan Rani menaburkan bunga, Rani pun mengajak Bagas untuk pulang agar dapat menenangkan dirinya.

"Gas udah ya. Sekarang kita pulangg yuk."

"Iya Ran."

"Kamu yang tenang ya. Dan harus semangat. Desi udah tenang tuh disana."

"Iya Ran. Yuk kita Pulang."

Setibanya mereka di rumah Bagas, Rani pun ikut turun untuk menghibur Bagas.

"kamu gak langsung pulang Ran?"

"Aku malas pulang. Aku temani bentar ya."

"Kamu lapar gak? Aku masakin ya?"

"Ehhh gak usah Gas. Kali ini aku yang masak ya. Kamu tenang duduk disini. Kalo gak kamu bantuin aku aja."

"Ya udah aku bantuin kamu deh."

"Okeyyy. Lets go ke dapurrrrr."

"Hehh Aapan sihhh kamu." Senyum Bagas melihat lucunya Rani.

Siguiente capítulo