Farrel baru saja akan bergegas pergi dengan rasa gundah dan gelisah, namun langkah kakinya terhenti mendadak saat ada seseorang yang masuk ke dalam rumahnya, dia menautkan alis terheran melihat sosok yang tidak di udang ke rumahnya.
"Biasanya kalau bertamu ada ketukan pintu lebih dulu sebelum di perintahkan masuk." Farrel menegaskan di dalam ucapannya, tidak peduli dengan perasaan orang lain karena memang dia yang sudah jengah dengan sikap dari sosoknya.
"Apa tidak ada pelukan untuk menyambut, Mama?"
Farrel tersenyum miring sambil menatap malas. "Untuk apa?"
Abel menampilkan senyuman manisnya. "Sayang, kenapa sikap kamu begitu berubah sekali sekarang? Masih marah sama, Mama? Kamu masih belum melupakan peristiwa masa lalu itu, ya?"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com