webnovel

DERITA MEMILIKI KEAJAIBAN

Adamma lulus dengan peringkat terbaik di akademi kepolisian, dia juga lulus dengan dengan waktu yang lebih cepat karena kepintaran nya. Pak Gunnar bangga saat berfoto bersama Adamma saat proses wisuda dikampusnya.

"Ayah bangga sama kamu, Nak," ucap ayanhya yang menatap Adamma dengan Toganya.

"Aku bisa seperti ini karena ayah terus mengajariku, dan mencari pengobatan untuk suaraku. terima kasih ayah," Adamma memeluk Pak Gunnar.

Adamma memulai karirnya di kepolisian menjadi seorang petugas lalu lintas, dia bekerja sangat sigap untuk menilang kendaraan yang tidak memiliki surat-surat berkendara.

"permisi pak, boleh saya lihat surat berkendara bapak?" tanya Adamma dengan ramah dan sopan.

"Ketinggalan Bu, saya terburu-buru sebelum berangkat bekerja," ucap pengendara panik.

"Saya akan menilang Bapak karena tidak membawa SIM dan STNK kendaraan," tegas Adamma.

"Yaallah ujian apalagi ini, mana anak sakit motor ini juga punya saudara," batin pengendara motor. "Bu, saya terburu-buru saat ini bisa tidak memberi saya peringatan," pengendara motor memohon untuk tidak menilangnya.

Adamma yang mendengar keluhan hati pengendara langsung memikirkan cara untuk membantunya, karena tak enak dengan polisi lain Adamma memberikan surat yang ditulisnya untuk pengendara.

"Ambil ini silahkan pergi dengan tenang, Tuhan maha baik tetap semangat dan terus berjuang," Adamma menulis di kertas tilangan untuk pengendara dan memberikannya.

Pengendara menerima surat tilangan itu langsung bergegas pergi dengan senyuman diwajahnya.

Rama yang melihat Adamma melakukan itu langsung menghampirinya dan menegurnya dengan sangat pelan agar tak diketahui polisi lainya yang sedang bertugas.

"Kamu melakukan itu lagi, nanti kamu akan ketahuan," ucap Rama memegang lengan Adamma

Adamma melepas tangan Rama. " Aku juga tidak ingin melakukannya, aku kasian dengannya," ucap Adamma putus asa karena kelebihannya.

"jangan sampai terlihat oleh yang lain," perintah Rama meninggalkan Adamma untuk kembali bertugas.

"Ishhhhhhh," desis Adamma. "seandainya aku tak mendengar seperti yang lain, mungkin aku tidak akan melepaskan nya dan langsung menilangnya," keluh Adamma kepada dirinya sendiri.

Rama teman seangkatan Adamma, dia Pria yang baik dan tampan. Dia baik kepada Adamma, dan selalu melindungi Adamma karena menyukainya.

Adamma tahu perasaan Rama, karena suara hati Rama yang selalu mengucapkan nya. maka itu dia selalu ingin dekat dengan Rama saat ditugaskan untuk operasi kendaraan.

Malam harinya Adamma pulang kerumah selesai bertugas, dirumah Adamma disambut oleh ayahnya yang sudah menyiapkan makanan untuknya.

"Gantilah bajumu, makanlah bersama ayah," perintah Pak Gunnar kepada Adamma.

"Siap komandan, saya akan melakukan sesuai perintah," ledek Adamma melakukan hormat kepada ayahnya.

"Dasar," gumam Pak Gunnar tersenyum melihat Adamma masuk ke kamarnya.

Setelah berganti pakaian, Adamma langsung bergegas pergi kemeja makan untuk makan bersama ayahnya yang sudah menunggunya.

"Mari makan," ucap Adamma melahap nasi dan sayurnya.

"Bagaimana pekerjaan mu hari ini, apa kamu melakukannya lagi?" tanya Pak Gunnar mengetahui sisi baik anaknya.

"Aku selalu melakukan itu, ternyata dinegara ku masih banyak orang yang kesulitan hidupnya. Ayah, apa aku harus jadi Presiden untuk membantu mereka?" tanya balik Adamma.

"Hahahaha," Pak Gunnar tertawa melihat tingkah polos Adamma. "jadilah dirimu sendiri, belum tentu jika kamu menjadi presiden akan ingat mereka," jawab pak Gunnar mengunyah makanannya.

"Untung saja ada Rama, jika tidak mungkin aku akan dipecat," keluh Adamma.

"Tuhan akan melindungi kamu, karena kamu orang baik," ucap Pak Gunnar meyakinkan putrinya.

"Tante Risa tidak datang hari ini?" tanya Adamma.

"Belum, nanti juga akan datang seperti biasa," jawab pak Gunnar.

Bel rumah Pak Gunnar berbunyi, Adamma dengan sigap membukakan nya dan ternyata yang datang adalah Risa dokter psikiater teman sebaya ayahnya.

"Tante, baru datang sih kemana saja? " tanya Adamma memeluk Risa

"Tante banyak pasien, karena ayahmu yang tiba-tiba cuti dari rumah sakit," Sindir Risa sambil berjalan merangkul Adamma menuju meja makan.

"Maafkan aku Risa, aku ingin istirahat dan memberikan banyak waktu untuk putriku," jawab Pak Gunnar mempersilahkan Risa duduk.

"Alasanmu dapat kuterima, aku akan makan disini. Perutku lapar sekali," ucap Risa menatap Adamma untuk mengambilkannya piring.

"Baik Tante, aku akan menyiapkan piring untukmu," Adamma tersenyum mengambil piring di rak nya.

"Aku ingin memberi tahu padamu Gun, 2 Minggu lagi akan ada dokter psikiater yang akan berangkat untuk melakukan tentang DID," Ucap Risa sambil menyendok nasi dipiringnya.

"Masih langka dinegara kita tentang penyakit itu hanya beberapa persen saja angkanya," jawab Pak Gunnar.

"Apa itu penyakit DID?" tanya Adamma kembali duduk di kursinya.

"DID dissociative identity disorder atau bisa dibilang gangguan kepribadian ganda, jadi dia mempunyai bermacam-macam kepribadian dalam dirinya," jelas Pak Gunnar.

"Dan itu sangat mengerikan, karena mereka tidak akan mengingat hal yang mereka lakukan. Di Korea maupun di Amerika sudah banyak kejadian seperti ini biasanya pembunuhan berantai," lanjut Risa sambil melahap makannya.

"Mengapa mereka bisa seperti itu ayah?" tanya Adamma penasaran.

"Biasanya mereka mengalami pelecehan waktu kecil, karena saat usia mereka masih kecil itu akan merekam kejadian yang terjadi pada mereka," jawab Pak Gunnar.

Mereka melanjutkan perbincangan mereka hingga malam hari dan Risa pulang dengan mobilnya diantar oleh Pak Gunnar dan Adamma sampai depan rumahnya.

Setelah Risa pulang, Adamma lanjut membersihkan meja makan dan membiarkan ayahnya untuk istirahat.

"Ayah masuklah kekamar, biar aku yang membersihkan ini," ucap Adamma sambil membawa piring kotor ke dalam wastafel.

"Baiklah, ayah akan istirahat. Terima kasih sudah membantu ayah," jawab Pak Gunnar menaiki tangga menuju kamarnya.

Selesai membersihkan meja makan, Adamma kembali ke kamar untuk beristirahat karena harus bertugas kembali esok hari.

Sedangkan Pak Gunnar yang sedang merindukan istrinya hanya bisa memandangi nya lewat foto.

"Jika kamu masih hidup saat ini kamu akan bangga pada putri kita Adamma, bagiku tidak ada yang lebih berharga dari kalian yang mengisi hidupku," gumam Pak Gunnar meneteskan air mata.

Keesokan harinya Adamma berangkat bertugas, dia melihat pencuri tas di pagi hari.

"Tolong dia mencuri tas ku," teriak seorang ibu

Adamma yang melihat pencuri itu lari langsung bergegas menyusulnya dengan segala kekuatannya.

"Berhenti sekarang, berhenti," teriak Adamma yang terus mengejar di belakang nya.

Adamma berlari sangat kencang sehingga dia lebih dekat lagi dengan pencuri itu dan langsung menendang pencuri itu hingga terjatuh.

"Sudah ku bilang berhenti, hah!" teriak Adamma untuk mengambil nafas.

Pencuri yang kesal memukul Adamma dan terjadi perkelahian, hingga akhirnya Adamma memborgol tangan pencuri itu dengan borgol yang dia bawa di ikat pinggangnya.

"seharunya tidak perlu sampai memukul, itu hanya akan menambah hukumanmu saja," ucap Adamma menendang kaki pencuri.

"Ampuni saya, saya tidak akan mengulangi," ucap pencuri memohon untuk dilepaskan."Dasar polisi sialan," batin pencuri.

"Hati dan perkataan mu berbeda, itulah kenapa penjahat tidak akan pernah bertobat," jawab Adamma mengeluarkan hpnya untuk menghubungi Rama.

"Tolong bantu aku, dipasar ikan. Aku menangkap pencuri," ucap Adamma mematikan telfonnya.

10 menit kemudian Rama datang dengan membawa mobil patrolinya, dia terkejut melihat Adamma babak belur dipukuli pencuri.

"Bawalah dia," Perintah Adamma.

"Lihat mukamu itu, pergilah ke rumah sakit. aku akan mengurus ini," perintah Rama mencemaskan Adamma.

"Ini hanya luka ringan, jika semua polisi lemah terus yang akan melindungi negara kita siapa?" tanya Adamma memasuki mobil patroli.

Rama hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Adamma, dia langsung membawa pencuri itu ke kantor dia jaga.

Sesampainya dikantor, pencuri ditangani dan dibawa ke sel untuk dimintai keterangannya. Adamma langsung menemui korban untuk mengembalikan tas yang dicuri.

"Ini Bu tasnya," Adamma memberikan tasnya.

"Terima kasih Nak sudah membantu ibu, kamu harus melukai wajah mu karena tas ini," ucap Ibu menerima tasnya. "Memang gaji polisi besar, sehingga di merelakan wajah cantiknya untuk menolong ku. Lagi pula tas ini tidak ada isinya," batin Ibu yang dicuri tasnya.

"Gaji polisi tidak besar Bu, tapi harga diri kami dipertaruhkan," jawab Adamma yang kesal mendengar suara hati ibu yang dicuri tasnya. " Baik saya permisi, Bu." Adamma meninggal ibu itu.

Sang ibu keheranan dengan ucapan Adamma,

"Kenapa pas sekali jawabannya dengan yang aku tanyakan di dalam hati," gumam Ibu meninggalkan kantor polisi.

Di mejanya Adamma mengeluarkan P3K yang dia simpan dilacinya untuk mengobati lukanya sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Siguiente capítulo