Segala sesuatu di hadapannya terasa runtuh.
'Apakah aku benar-benar akan mati? Apakah aku akan mati dengan cara seperti ini?' tanya Ella pada dirinya sendiri.
Tidak tahu apakah karena angin yang dingin atau karena rasa takut dari hatinya, Ella merasa tubuhnya bergidik. Hari-hari yang ia habiskan di rumah sakit jiwa kembali terlintas di benaknya.
Keengganan, rasa penghinaan dan malu, rasa sakit hati …
Semuanya bercampur aduk di hatinya, membuatnya merasa mual dan ingin muntah.
Suara angin di telinganya begitu keras seolah menghantamnya, membuatnya merasakan perasaan yang aneh.
Tetapi sedetik kemudian, perasaan itu menghilang dari dirinya.
Sebuah tangan yang hangat dan kuat, tiba-tiba saja memegang pergelangan tangannya.
Ella mendongak dan memandang ke arah pria yang memegangnya. Matanya tertuju pada mata Christian yang dalam seperti sebuah jurang neraka.
Saat menyadari bahwa Christian menghentikannya, senyum di wajahnya langsung berkembang dengan cerah.
Ia menang!
Christian memandang Ella dengan tatapan merendahkan. Selain itu, tidak ada lagi ekspresi di wajahnya. Wajahnya benar-benar datar.
Ia baru saja menyelamatkan nyawa Ella, tetapi ia terlihat biasa saja.
"Apakah kamu mempercayai ketulusanku sekarang?"
Bahkan di hadapan situasi yang tidak terduga seperti ini, Ella bisa tersenyum dengan tenang seperti seorang pemenang.
Christian tidak bisa memahami wanita yang ada di hadapannya ini.
Ia menarik tangannya, menjauhkannya dari arah jendela dan membawanya ke dalam pelukannya.
Wanita ini memiliki masa lalu yang sangat menyedihkan. Tetapi entah mengapa, rasanya Ella sangat tepat untuknya.
Christian ingin merasakannya lagi. Lebih dari sebelumnya …
Ella memanfaatkan kesempatan ini untuk memeluk leher Christian dan memiringkan kepalanya. setelah itu, ia berkata dengan manja. "Christian, apakah aku sudah pantas menjadi wanitamu sekarang?"
Ia tidak terlihat khawatir sekali seolah Christian tidak pernah melakukan apa pun padanya.
Seolah Christian tidak menyuruhnya untuk melompat dan bunuh diri …
"Kamu sangat menarik …"
Christian memandang Ella, seolah berusaha untuk menembus pikirannya, mengetahui apa isi di dalam otak wanita tersebut.
"Aku suka menguji seseorang. Aku tidak tahu berapa banyak ujian yang bisa kamu lalui …"
Christian memandang Ella dengan penuh ketertarikan. Ia ingin tahu seberapa lama Ella bisa bertahan. Ia juga sangat penasaran dengan tujuan wanita ini mendekatinya.
Apakah yang sebenarnya terjadi antara wanita ini dengan Keluarga Maheswara?
Diam-diam, Ella menarik napas dalam-dalam. pria di hadapannya ini benar-benar seperti seekor rubah yang licik. Tetapi ia sudah terlanjur mengambil langkah pertama dan ia tidak bisa mundur lagi.
Ia juga tahu bahwa pria di hadapannya ini meremehkan tekadnya.
"Tentu saja aku bisa melewati semuanya."
Ella tersenyum bagaikan bunga. Tubuhnya yang lembut mendekat ke arah Christian. "Aku sangat percaya diri. Dan aku juga tahu kamu sudah mulai merindukan tubuhku, kan?"
Ella menyadari perubahan pada tubuh pria di hadapannya itu. Saat memandangnya, pria itu merasa tertarik dan hal itu terbukti dari salah satu bagian tubuhnya.
Tiba-tiba saja, pandangan Christian menggelap. Ia mencium bibir Ella yang masih bengkak karena semalam dengan ganas, merasakan rasa manis yang hanya merupakan miliknya.
Kejadian semalam telah meninggalkan begitu banyak jejak di tubuh Ella yang mulus. Dan di hari yang begitu terang seperti ini, jejak-jejak cinta itu terlihat semakin jelas.
Wanita itu memancarkan aroma seperti bunga, membuat siapa pun merasa ingin memetiknya.
Mata Christian terlihat semakin dan semakin dalam seolah ingin menelan wanita di hadapannya itu bulat-bulat.
Api seolah membakar ruangan tersebut, membuat suhunya terasa semakin panas.
Saat Ella terbangun lagi, Christian sudah memakain pakaian yang rapi dan berdiri di hadapannya.
Pria itu tampak seperti seseorang yang berkelas, memandang dirinya yang hanya seperti setitik debu, dengan tatapan merendahkan.
Tatapan itu membuat Ella mengerutkan keningnya, merasa dirinya dilucuti meski ia sudah tidak mengenakan sehelai pakaian pun.
Tubuhnya terasa pegal-pegal. Ia mengepalkan tangannya dan menahan rasa malu saat mendapatkan tatapan tersebut. Ia menegakkan tubuhnya dan balas memandang Christian.
"Apakah aku berhasil melewati ujiannya?"
Selama Christian menganggukkan kepalanya, semua usahanya selama ini tidak akan sia-sia.
Cepat atau lambat, ia akan membuat semua orang jahat itu merasakan dua kali lipat dari penderitaan yang ia rasakan.
Walaupun ia berusaha untuk menutupinya dengan baik, Christian tidak melewatkan kebencian yang Ella tutupi di balik wajahnya yang datar.
Matahari mulai terbenam, memancarkan sinar oranye melalui jendela dan membasuh kulit Ella yang putih dan bersih.
Matanya terlihat memancarkan cahaya tersebut. Dengan tubuh yang setelah dilingkupi selimut, ia terlihat seperti sebuah lukisan yang tiba-tiba hidup.
Setiap inci dari dirinya terlihat sangat sempurna.
Bahkan lengkungan di sudut bibirnya pun sangat tepat.
Christian menunduk perlahan dan memandang ke arah Ella. "Mengapa kamu ingin menjadi wanitaku?"
Ini pertama kalinya Christian bertemu dengan seseorang yang tidak takut mati untuk mencapai tujuannya.
Ia mengangkat tangannya dan memegang dagu Ella. Ibu jarinya membelai bibir Ella dengan lembut.
"Karena kamu adalah orang yang aku butuhkan."
Christian memicingkan matanya saat mendengar jawaban itu. Ia diam saja dan menunggu Ella selesai berbicara.
"Kamu adalah orang yang aku butuhkan. Dan dengan adanya kamu, aku pasti akan menang."
Saat memandang ke arah mata Ella, Christian menyadari ada kulai yang aneh di mata tersebut. Mata yang jernih itu memiliki pancaran yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.
Selama ia hidup, tidak pernah sekali pun ia melihat wanita seperti ini.
"Selama kamu bisa melewati semua ujian dariku," Christian menyunggingkan senyum tipis. "Semuanya tergantung kemampuanmu."
Kata-kata yang sama terulang kembali.
Ella merasa bahwa pria di hadapannya ini sangat sulit untuk ditaklukkan. Tetapi, bukan berarti ia akan menyerah.
Ia menggenggam tangan Christian, mengangkat kepalanya dan memberikan jawaban yang tegas. "Baiklah."
Tidak ada yang bisa Ella lakukan lagi selain menyetujuinya.
Sentuhan dari tangan kecil itu membuat Christian mengangkat alisnya. Ia tidak merasa terganggu dengan sentuhan wanita ini dan bahkan merasakan keinginan yang kuat untuk memilikinya.
"Aku penasaran dengan tujuanmu."
"Aku ingin orang-orang yang membuatku menderita, merasakan penderitaan yang lebih besar dariku. Aku ingin mereka semua masuk ke dalam neraka."
Ella sama sekali tidak menutupi rasa bencinya.
Ia juga tidak berniat untuk berbohong pada Christian. Pria ini terlalu waspada. Kalau ia berbuat licik atau berbohong di hadapannya, semua itu malah akan berakibat buruk padanya. Lebih baik jujur saja …
"Kamu ingin menggunakan aku?"
"Dan kamu akan mendapatkan apa yang kamu butuhkan …" sebuah senyuman terpancar di wajah Ella saat ia memandang Christian dengan tatapan penuh makna. "Kamu membutuhkan tubuhku. Aku membutuhkan kekuatanmu dan kedudukanmu. Bukankah itu adil?"