webnovel

4. Bangkrut.

Pagi telah tiba. Embun tengah menguap karena sinarnya. Ozon bangun lebih awal dan duduk disamping kursi tidurnya Bai.

Tangan Ozon menyentuh salah satu kaki Bai dan mengguncangnya beberapa kali. Respon balik Bai adalah mendang-nendang seakan dia risih dengan itu.

"Baik-baik, tunggu 5 menit. Sa- sabar kenapa..." Mata yang sedikit berwarna merah menutup kembali.

Ozon cukup sabar untuk menunggu 5 menit dan membangunkannya kembali layaknya mesin alarm.

Kejadian ini berulang beberapa kali bahkan 5 menit itu telah sampai pada 1 jam. Sudah 12 kali Ozon mencoba membangunkan Bai jawabannya masih sama.

Kali ini ozon mencengkram saalah satu kaki bai dengan cukup kuat, meskipun bai berusa menendang- nendang itu malah semakin kuat dan sedikit menyakitinya.

"baiklah- baiklah aku bangun. Aduh anak muda sekarang memang tidak sabaran."

Bai menguap dan melakukan sedikit peregangan. Dia menghirup nafas dalam dan mengeluarkannya dengan rasa puas. "Udara pagi memang terasanya menyejukkan."

Ozon hanya diam memandang bai, 'bagaimana bisa matahari sudah cukup menyingsing keatas masih dianggap pagi?'

Bai melihat balas kearah Ozon, meskipun dia tidak berbicara namun tatapan itu...

"Apa?" Tanya Bai. Ozon tidak menjawab hanya menoleh ke arah matahari.

"Huh... itulah kenapa kau masih kecil, kau tidak tahu susahnya jadi orang Dewasa. Meskipun ini terlihat menjelang siang, namun ini termasuk pagi bagi orang dewasa. Kau tidak akan paham masalah-masalah orang tua." Bai sedikit menggelengkan kepalanya.

'Aku baru tau, 22 itu sudah termasuk umur tua' ideologi ini mulai tertanam pada batin Horizon.

Mereka berjalan beriringan, Namun karena cukup mabuk, Bai sering kali berhenti menyandarkan tangannya pada tembok untuk mengambil nafas. Jalannya tidak setabil dan lambat. Polosnya, Ozon juga tidaknya mau berjalan didepan dan cenderung sedikit dibelakangnya. Bagaimanapun ini adalah wilayahnya Bai, dia yang tau seluk beluk Kota ini pikirnya.

Sampai pada akirnya secara tidak sengaja ozon melihat event komunitas peduli amal. Mereka sedang memberikan makanan gratis pada tunawisma. Karena Ozon kemarin hanya memakan sedikit makanan, dia sudah tidak memperdulikan Bai dan langsung menyalipnya untuk mendapatkan makanan gratis.

Namun tiba tiba tangan bai menarik bahu Ozon dari belakang, bahkan ada sedikit cengkraman kekuatan meskipun tidak cukup kuat menahan Ozon, tapi Ozon berhenti dan menoleh serius kepada Bai.

Tatapan Ozon seolah berkata: 'apa kau ingin mengentikanku? Ketahuilah makanan adalah masalah serius. Tentara berperang berani mati tetapi tidak untuk lapar.' Kosa kata tatapan itu menembah jatuh lurus kepada dalamnya mata Bai.

Bai mencengkram bahu Ozon lebih keras dan keras, bahkan sekuat yang dia bisa. Dia menatap balik pada mata Ozon jauh lebih serius lagi. Dia sedikit menangguk kemudian menggeleng ringan. Tatapan Bai: 'aku paham bacot matamu itu, tapi tidak... jangan lakukan.'

Horiozon Mengangguk iya, sedang Bai Tidak. Mereka beradu anggukan dan gelengan.

Tidak ada kata-kata yang keluar dalam beberapa nafas udara seakan berhenti. Ini adalah fenomena dimana titik fokus telah mencapai titik tertinggi yang tidak semua orang dapat dialami manusia. Seperti seluruh potensinya keluar dalam beberapa menit. Mereka berdua beradu aura intimidasi.

Sampai pada aura mereka berdua cukup kuat untuk mempengaruhi lingkungan. Udara disekitar menjadi padat dan berat. Orang disekitarnya mulai sedikit kesulitan dalam hal bernafas. Mereka berdua menjadi pusat tontonan semua orang.

Bai menghela nafas. Pada akhirnya Ozon sedikit menunjukkan senyum tipis kemenangan. Bukan mereka ikut mengantri, namun disini Bai berjanji sebentar lagi mereka akan dapat makan dan mendapat porsi lebih banyak dari pada yang diberikan oleh komunitas amal.

Kemudian dia mengkode Ozon untuk menggendongnya. Karena Ozon membawa kotak hitam besar seukuran manusia dibelakang punggungnya, pada akhirnya Bai disangkutkan dibahu kanan Ozon dan mulai mencari tempat makan.

Beberapa kali Bai menunjukkan tempat makan sederhana, namun Ozon seakan mengalami budeg tidak mau mendengar secara tiba-tiba dan memilih tempat makan paling besar yang mereka temui.

Porsi makan ozon benar-benar gila, ini jauh melampaui dari kata monster, ini seperti ada dendam tersendiri dibenak hatinya. Meskipun tidak diucapkan setidaknya Bai cukup peka, melihat ozon yang terus terusan memesan hati Bai terasa tersayat dan menjadi hijau, paru-parunya kering, bahkan dia hampir mutah darah dan mengumpat.

Bai mengalihkan pandangannya kearah tempat sebelumnya, dia tidak pandai berkata-kata namun ini setidaknya lebih baik dari pada mengambil yang seharusnya bukan hak kita. Sedikit pesan moral ya teman-teman.

Siguiente capítulo