webnovel

Janji Kenzo

"Berjanji untuk apa, ma?"

"Berjanjilah untuk selalu membahagiakan Diva!" Revalina menatap Kenzo dengan sorot mata sendu, lalu tatapannya beralih menatap putrinya yang tengah pulas dalam tidurnya.

Kenzo tersenyum menenangkan, dia tahu dilihat dari awal pertemuannya yang tak baik, tak heran jika mama mertuanya mengatakan hal itu kepadanya.

"Ma, sebelumnya Kenzo mau minta maaf sama mama karena pernah kurang ajar sama mama sama papa. Dan untuk apa yang mama minta sekarang, Kenzo nggak bisa janji!"

Revalina menatapnya heran, namun senyumnya terbit kala mendengar sambungan ucapan menantunya.

"Tapi akan Kenzo buktikan, kalau Kenzo bisa jagain anak mama, kalau Kenzo akan sangat menyayanginya dan akan menjadikan Diva wanita paling bahagia di dunia ini."

Revalina tak bisa menahan air mata bahagia kala mendengarnya, beban yang sudah lama hinggap di hatinya enyah begitu saja.

Rasa khawatir, rasa cemas, hilang begitu saja terasa lega setelah mendengar ucapan Kenzo. "Mama yakin sama kamu, kalau kamu bisa bahagiain anak mama. Diva, anak perempuan yang sangat disayang sama papanya, yang sedari kecil dimanja, bahkan sekalipun kami tak pernah buat dia terluka."

Kenzo mengangguk dia mengusap lengan mertuanya pelan. "Mama nggak usah khawatir, Kenzo pasti bahagiain anak mama. Mama percaya sama Kenzo!"

"Iya, mama percaya sama kamu. Dan mama mohon jangan pernah hancurkan rasa percaya mama sama kamu!"

"Pasti."

Kenzo menatap istrinya yang terlihat sangat pulas dalam tidurnya. "Ma, biarin Ken bawa Diva ke kamar!"

Revalina mengangguk, setelah menunjukkan di mana letak kamarnya Kenzo segera menggendong tubuh Diva ke kamar.

Kenzo sangat menyayanginya, sangat mencintainya melebihi apapun. Wanita yang dulu sangat menyebalkan di matanya menjadi wanita yang sangat dia sayangi.

Dengan perlahan Kenzo membaringkan tubuh Diva pada ranjang, lalu mendekapnya.

Dia kecup berulangkali wajah cantik istrinya membuat Diva menggeliat sedikit terganggu, namun matanya masih tetap terpejam.

Baru sebentar berpisah tapi Kenzo sudah sangat merindukan istrinya. Kenzo menyandarkan kepala Diva pada dadanya, mengusap kepalanya sayang.

Memberikan kenyamanan agar istrinya semakin pulas dalam tidurnya. Tangan Kenzo menyibak baju yang Diva kenakan lalu mengusapnya pelan.

"Aku berharap malaikat kecil kita segera hadir." Kenzo mengusap perut Diva pelan.

Lalu ikut hanyut dalam tidurnya. Mendekap erat tubuh istrinya penuh kasih sayang!

****

Eunghh

Diva terbangun, dia merasa sesak matanya mengerjab pelan sampai matanya terbuka sempurna dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah tampan suaminya.

"Kenzo." Diva mencoba mengingat-ingat kejadian sebelumnya, bukannya dia tidur di paha mamanya?

Diva melihat jam yang masih menunjukkan pukul empat sore. "Dia pulang lebih awal?"

Saat Diva akan melepas pelukannya, Kenzo semakin mengeratkannya. "Sesak, Ken!" ujarnya.

Kenzo tidak melepasnya namun sedikit melonggarkan pelukannya. Matanya masih terpejam, membuat Diva menatap wajahnya lekat.

Diva tersenyum tipis, tangannya mengusap pelan wajah suaminya yang terlihat sangat tampan. "Kau sangat tampan, Ken. Bagaimana dengan anak kita nanti?" kekehnya.

"Pasti akan jauh lebih tampan dariku!" Diva terkejut kala tiba-tiba Kenzo membuka matanya. Dengan kesal dia memukul dada suaminya pelan.

"Kau mengejutkanku!" gerutunya.

Kenzo tertawa kecil, dia menatap istrinya dengan pandangan intens. "Sayang, kamu pinginnya kita honeymoon kemana?"

Diva tentu saja terkejut kala mendengarnya, honeymoon? dia bahkan tak sampai kepikiran ke sana.

"Kamu mau ngajak aku honeymoon?" Kenzo mengangguk.

"Iya, aku pingin habisin waktu berdua sama kamu tanpa pekerjaan dan tanpa pengrusuh lainnya. Dan tujuan utamanya, karena aku ingin malaikat kecil kita segera hadir!" Mata Diva memanas mendengarnya.

"Kau ingin anak dariku?"

Kenzo tersenyum mengusap pipi istrinya yang mulai basah, dia kecup kedua mata Diva dengan lembut.

"Tentu saja, kau istriku, kau wanitaku, dan kau satu-satunya ibu dari anak-anakku!" ucap Kenzo serius.

Diva menghambur dalam dekapan suaminya, entah kenapa air matanya tiba-tiba turun begitu saja.

"Hiks, aku nggak nyangka pertemuan kita yang di awal sangat tidak baik, berakhir seperti ini. Sangat indah!"

"Itu semua karena kamu!" Kenzo menjawil hidung istrinya gemas.

"Karenaku?"

"Karena semua tingkah lakumu yang selalu membuatku gemas. Aku tidak bisa membayangkan betapa hebohnya nanti anak perempuan kita, pasti akan sangat cantik dan usil sepertimu!"

Diva tertawa terbahak mendengarnya, kedua tangannya melingkar di leher suaminya dengan sisa tawanya dia menatap wajah Kenzo lekat.

"Dan anak laki-laki kita nanti, akan tampan dan galak sepertimu!" Kenzo tertawa kecil.

Pembicaraan sore ini membuat keinginan keduanya semakin besar untuk segera memiliki anak.

"Yang, kalau kamu mau anak kita segera hadir, kita harus sering-sering bercocok tanam!" Diva melotot sebal.

"Sekarang aja gimana?" goda Kenzo.

Tanpa aba-aba lelaki itu sudah mencium bibir Diva dengan lembut dan menuntun. Menekan tengkuk Diva untuk memperdalam ciuman mereka.

Tangannya dengan cepat mulai membuka satu persatu kancing baju istrinya.

"Ken, sebentar lagi mau Maghrib!" Diva menghentikannya. Membuat mau tak mau Kenzo turut berhenti.

"Nanti malam saja, oke!" ucap Diva setelah menyadari Kenzo menampilkan wajah murung.

Diva kembali mengancingkan bajunya yang sudah di buka oleh suaminya, memberi kecupan singkat pada dahi Kenzo.

"Aku mandi dulu!" Diva bangkit namun terhalang oleh tangan Kenzo yang menahannya.

"Mandi bareng," cengirnya. Mau tak kau Diva mengiyakan dari pada Kenzo ngambek.

Tau sendiri, pria galak itu hobi ngambek jika apa yang dia inginkan tidak terjadi.

"Satu ronde bisa kali, yang!"

****

Mandi yang sebenarnya membutuhkan waktu dua puluh menit kini menjadi dua jam, itu semua karena ulah Kenzo.

Hal itu membuat wajah Diva cemberut. Sedangkan Kenzo wajahnya terlihat sumringah dan sangat bahagia.

"Udah sayang, cemberut terus!" Kenzo memeluk tubuh Diva dari belakang.

"Kamu nyebelin, ini juga pakai ninggalin bekas lagi. Yang semalem aja belum hilang ini udah di tambahi lagi."

Kenzo tertawa jenaka, mengusap hasil karyanya pada leher Diva. "Eh tapi tadi waktu kamu tidur di paha mama nggak ada tuh bekasnya."

"Ya iyalah aku tutupi sama foundation, aku nggak gila ya keluar dengan banyak kissmark di leher aku!"

Kenzo semakin tertawa terbahak mendengarnya. "Yaudah dong, tinggal kamu tutupi lagi. Lagian meskipun enggak kamu tutupi juga nggak papa, kan kita suami istri!" ujarnya tanpa beban.

"Tau ah, pusing aku ngomong sama kamu." Diva segera membalur lehernya dengan foundation, untung saja tadi dia bawa.

Kenzo menatap satu persatu foto istrinya yang terpajang di dinding. Ada satu foto yang menyita perhatian Kenzo yang membuatnya geram sekaligus marah.

Foto Diva dengan seorang pria yang terlihat sangat mesra, bahkan pria itu merangkul bahu Diva dengan tersenyum lebar.

"Kenapa?" Diva yang sudah selesai berias, menatap ke arah suaminya yang hanya diam setelah tadi mengusiknya.

"Dia siapa?" tanyanya datar, suaranya terlihat sangat dingin membuat Diva meneguk ludahnya susah payah.

"O-oh itu, itu temen aku!" ucapnya gugup.

Kenzo menatapnya dengan tatapan tajam, dia tahu jika Diva berbohong karena manik mata gadis itu menatap ke arah lain.

"Jawab jujur sayang!" tekannya, sembari menatap lekat mata istrinya.

"Dia mantan pacar aku."

Siguiente capítulo