Dan saat itu juga suasana menjadi menegangkan. Udara terasa berat, entah karena korset yang terlalu mencekik mereka atau akibat ketakutan yang melilit mereka hingga pucat pasi.
Dracella terkekeh pelan. Ia yakin bila sang butler yang entah sejak kapan telah berdiri di belakangnya sedang menikmati berbagai macam reaksi mereka wanita-wanita muda yang baru saja menggunjing nona mudanya.
"Veronica, saya tidak menyangka Anda tidak menjelaskan terlebih dahulu antara saya dan duke sebelumnya tidaklah dekat meskipun," ujar Dracella sendu. Ia memasang raut kecewa, bahkan sepasang rubi miliknya tampak mengkilap seolah ia sedang menahan tangis. Veronica langsung saja kelabakan, ia kini tidak lagi bisa mengendalikan mimiknya.
"Saya memohon maaf, jika Nona merasa sakit hati, saya pikir dengan kita yang saling beramah-tamah menandakan Anda tidak membe⸺"
Ucapan Dracella tiba-tiba terhenti saat ia merasakan sebuah tangan melingkari pinggangnya yang ramping. Pelakunya adalah sang duke, ternyata pria itu telah berdiri di sampingnya dengan memeluk pinggang Dracella posesif, raut dingin dan manik keperakannya menatap dengan sirat mengintimidasi. Sepertinya ia tidak berniat diam, bukan?
"Veronica Shuya De Linford, bukankah sudah jelas, jika kita membatalkan pertunangan ini bukan karena Lady Silvester yang menggodaku. Hentikan semua ketidakjelasan rumor ini," tutur Alastair tegas⸺langsung tanpa basa-basi.
"My Lord, sa-saya tidak menyebarkan ru-rumor apapun," timpal Veronica gugup. Ia tidka menyangka sang duke akan langsung turun tangan.
Alastair mengulas senyum miring, "Bila memang Anda tidak berniat menyebar rumor, maka jelaskan dengan jelas bahwa itu tidak benar, Lady Linford."
Tubuh Veronica bergetar hebat, putri keluarga Linford itu terdiam dan hanya bisa menggigit bibir. Kini bisikan demi bisikan terdengar di sekeliling ball. Para tamu undangan pasti telah mendengar setiap ucapan tegas pria bersurai platina itu.
Dracella baru saja akan mengulum senyum, sayangnya ia urungkan niatnya saat mendapati sosok pria bersurai senja yang telah berdiri di samping Veronica. Ia mengulas senyuman ramah, putra sulung viscount Linford yang dijuluki si jenius dalam berpedang⸺Fraud Abigail De Linford.
Dan sesaat ia teringat kembali teralis besi yang selalu mengelilinginya. Perlahan suara pecutan diiringi tawa kembali terdengar. Helaian surai senja yang tertutupi tudung berwarna hitam. Kilasan itu kembali bersamaan dengan rasa sakit masa lalu, tangan yang membelai tubuhnya yang terbalut luka menggerayangi setiap bagian serta lekuknya.
"Dracella!! "
"A-alastair …"
Sebuah tangan tiba-tiba saja menggenggamnya erat. Dracella yang beberapa waktu lalu tampak linglung dengan nafas yang berat telah kembali stabil, ia tak lagi melihat kerumunan orang di sekitarnya.
Bahkan Kieran pun berada disisinya, sang butler tengah menggenggam sebuah gelas berisi air, sementara tangannya yang lain menggenggam tangan kiri sang nona dan Alastair menggenggam tangan kanannya. Dracella mengedarkan pandangan, dan barulah ia sadar bahwa kini dirinya berada di halaman, entah sejak kapan. Alastair menatapnya dengan sirat kekhawatiran.
"Bagaimana perasaanmu? Apa kau sudah merasa lebih baik? " Pria bersurai platina itu mengusap poni Dracella pelan.
Dracella menghela nafas lega, tubuhnya mulai merileks. Ia tidak mengira bayangan salah satu dari mereka yang pernah menyiksanya dalam ritual itu ialah Fraud, gadis itu sendiri baru saja mengetahui jika Fraud bagian dari mereka. Rasa sakit yang ia kira telah menghilang dan terlupakan itu tidak lagi ada, ternyata rasa itu tidak hilang melainkan terkubur untuk sesaat.
"Dracella, tidak ada yang perlu ditakutkan. Bahkan mereka yang seharusnya lebih takut padamu, bukan? Kita telah menjadi bagian dari kegelapan, kemudian jiwa kita tak akan lepas begitu saja jika tidak di kedua tangan mereka," Alastair melirik Keiran dan Darcel yang. Ia merasa menjadi bodoh karena masih berada di bawah bayang-bayang para manusia keji dan biadab itu, sementara kini dirinya dapat menghancurkan mereka hanya dengan satu kepalan tangan.
Lucifer⸺sang raja iblis sekaligus malaikat jatuh yang ditakuti setiap iblis berada di sampingnya. Nyawa ya pun sudah pasti akan menjadi milik Keiran. Kemudian tunangannya sendiri adalah seorang duke yang disegani dan paling ditakuti, untuk apa takut apabila dirinya sendiri telah menjadi bagian dari kegelapan.
" Maaf, aku sudah membuatmu kebingungan pasti. Tenang saja aku baik-baik saja, dan akan jauh lebih baik."Dracella memeluk tubuh Alastair erat, ia membenamkan kepalanya pada pelukan hangat sang duke. Pria itu tersenyum kecil, entah apa yang baru saja terjadi sepertinya gadisnya baru saja akan memulai babak yang lain untuk menancapkan mata pisau pada mereka.
"Apa yang terjadi kemudian setelah aku sempat shock, Alastair?" tanya gadis bersurai keemasan yang tidak lagi gemetar. Sebenarnya, sang duke sedikit kebingungan mencari penjelasan karena ia merasa sedikit khawatir⸺takut jika Dracella kembali mengalami shock. Tetapi melihat gadis itu menggenggam tangannya erat sembari tersenyum kecil membuatnya luluh.
Beberapa menit setelah Fraud datang menyusul.
" Duke Salvador, saya mohon maaf atas ketidaksopanan kami karena mengalami keterlambatan menjelaskan dan membersihkan rumor ini. Kami fokus pada kesehatan Veronica yang harus memulihkan diri dari kesedihan." Fraud tersenyum ramah namun manik abu-abu miliknya menatap tajam. Alastair tertawa pelan menanggapi elakan Fraud.
"Ah, begitu kah? Kalau begitu berhubung kedatangan lady Veronica ke pesta menunjukan ika ia telah pulih kembali, maka kenapa tidak kita luruskan saja secepatnya."
Veronica hanya terdiam bersembunyi di balik punggung sang kakak, si bungsu Linford itu masih terlalu kekanakan dan bodoh dalam hal perang adu mulut, terlebih lagi Alastair sendiri yang menjadi lawannya.
Bagaimana bisa ia tidak tahu, menjadi teman masa kecil dan mantan tunangannya telah membuatnya paham seluk beluk pemuda Salvador itu.
"Tentu, kami akan membereskan segalanya. Kami memohon maaf karena telah membuat Lady Silvester cemas dan merasa tidak nyaman atas rumor ini." Fraud masih saja mengulas senyum, kali ini ia melirik sosok berparas ayu yang sejak tadi hanya diam saja.
Muncul tanda tanya ada apa dengan dengan sosok lady di hadapannya, muncul sesuatu yang mengusiknya setelah sekian lama tidak melihat gadis bermanik krimson itu.
"Sepertinya hari ini anda cukup melewati batas, Tuan muda Fraud. Menatap seorang lady seintens itu hingga mendekat di hadapan tunangannya."
Suara rendah dan menusuk Alastair menghentikan tingkah bodoh Fraud, Fraud tersenyum dan menundukkan kepala, " Maaf Duke atas kelancangan saya … tapi saya hanya merasa ada yang salah dengan lady Silvester," ucap Fraud berterus terang, ya di tidak sepenuhnya berdusta.
Alastair bergegas menarik tubuh Dracella mendekat dan sebelum mereka berbalik meninggalkan kedua Linford bersaudara seringaian dan senyum khas Salvador disunggingkannya.
"Mohon untuk memberi penjelasan kepada lady Veronica untuk mengetahui tempatnya, kepada siapa dia bersikap. Dan ajarkan bagaimana berhadapan dengan seorang Duke. Itu juga berlaku untukmu Fraud Abigail De Linford, baiklah selamat malam."
Dracella terdiam meskipun pria di hadapannya telah selesai bercerita. Dari penjelasan sang duke ia mengetahui beberapa hal. Fraud kemungkinan memiliki sesuatu atau apapun karena jika dugaannya benar Fraud menduga dirinya telah mengingat wajah Fraud saat ritual dulu.
Tidak apa, itu bukan masalah besar.
Dracella tersenyum dan memeluk pria bersurai platina⸺mencari ketenangan kembali, menghirup aroma mint milik sang duke.
"Kieran, mari segera kembali ke mansion, kita akan bersiap menarik Fraud ke dalam jurang."
"Dan Alastair, aku akan menceritakan semuanya. Karena itu lebih baik kita kembali ke villa."