webnovel

Hasutan Elena

Kavin mengemudikan mobilnya tanpa arah tujuan. Dia hanya ingin keluar dari rumah besarnya. Dan ternyata mobilnya berhenti di sebuah butik. Kavin membiarkan hatinya menuntun ke mana dia berhenti, ternyata hatinya masih menginginkan Shintia.

Kavin melihat Shintia keluar dari butiknya, dia tampak sangat cantik dan anggun dengan penampilannya. Sepertinya Shintia ingin pergi, sebelum dia menaiki mobilnya Kavin terlebih dulu beranjak menghampirinya.

"Shintia, tunggu." Kavin mendekati Shintia.

"Kavin!" Shintia menghentikan langkahnya.

"Kamu mau ke mana, Shin?" tanya Kavin.

"Pergi. Kamu sendirian?"

Kavin mengangguk.

"Maaf ya, Vin. Aku nggak bisa nemenin kamu ngobrol, aku ada urusan penting."

Sebelum menunggu jawaban dari Kavin, Shintia sudah terlebih dulu memasuki mobilnya dan pergi. Namun Kavin cepat menghampiri mobil miliknya dan melesat mengikuti mobil Shintia. Dia penasaran, urusan penting apa yang membuat Shintia begitu cerianya. Dia bisa melihat dari sinar mata Shintia yang sangat bersemangat.

Hingga mobil Shintia berhenti di sebuah cafe. Kaki jenjangnya berjalan memasuki cafe itu. Dia memperhatikan satu persatu pengunjung cafe, dan tidak butuh waktu lama. Shintia mengenali seseorang, bahkan hanya melihat punggung laki-laki itu saja dia bisa mengenalinya.

Shintia menghampiri Pangeran yang lalu menyambut kedatangannya. Shintia langsung memeluk Pangeran yang dalam beberapa detik ikut membalas pelukan wanita itu.

"Aku merindukan kamu, Ran!" ucap Shintia.

"Aku juga," balas Pangeran lalu melepaskan pelukan.

Shintia menatap Pangeran. Sudah tiga tahun dia tidak bertemu dengan Pangeran, betapa rindunya Shintia padanya. Sebenarnya dia masih ingin memeluk tubuh sixpack Pangeran. Sampai rindu itu terobati hingga dia merasa rela untuk melepaskan pelukannya.

"Sejak kapan kamu pulang?" tanya Shintia.

"Sekitar satu Minggu yang lalu," jawabnya.

"Hah, kok kamu baru bilang kemarin sama aku?" Shintia tampak bingung.

"Emmmmh ... Aku pikir kamu sibuk."

Ya. Shintia memang sangat sibuk sampai dia begadang, lupa makan dan hanya ingin menyelesaikan pekerjaannya. Namun dia tidak pernah absen untuk memikirkan Pangeran. Dia selalu mengirim pesan dan juga menanti kepulangan dia ke Indonesia.

Namun kenapa Pangeran baru saja memberitahunya, jika dia sudah berada di Indonesia. Shintia memang sibuk, tapi dia akan selalu punya waktu untuk Pangeran.

Sementara di suatu sudut, ada seseorang yang memperlihatkan mereka. Kavin menggenggam tangannya erat berusaha menahan gejolak hatinya. Agar tidak lepas dan mencelakai orang yang tengah bersama Shintia. Dia tidak ingin membuat keributan, lalu Kavin pun melangkah pergi.

*

*

Terlihat Elena dan Amora sedang berada di sebuah restoran yang ada di dalam mall. Mereka baru saja menghabiskan waktu bersama. Terlihat sekali jika Elena sangat menyayangi Amora, itulah sebabnya Elena ingin semua kekayaan Wijaya company menjadi milik Amora. Agar hidup Amora senang selamanya.

"Mam, habis aku antar Mami, aku langsung pulang ya. Takutnya mas Athala sudah pulang kerja," terang Amora pada Elena.

"Kamu nggak usah khawatir, Athala bisa mengurus dirinya. Lagi pula buat apa kamu punya banyak pembantu di rumah kalau kamu masih susah seperti ini," cibir Elena.

"Mam, Mas Athala kan suami aku. Sudah seharusnya kan aku ngurusin dia."

"Tapi dia cuma numpang kekayaan kamu, rumah dan semuanya dari kamu. Bahkan dia ada di perusahaan karena menikah dengan kamu, sayang."

Sebenarnya Elena ingin Amora mendapatkan laki-laki kaya bukannya suami seperti Athala, yang ikut kaya karena dirinya. Padahal Elena yang bekerja keras untuk bisa ada di titik sekarang. Namun Amora sangat mencintai Athala hingga Elena pun terpaksa merestui mereka untuk menikah satu tahun yang lalu.

"Iya, Athala memang nggak punya apa-apa, tapi aku menghormati dia sebagai suami aku. Aku harus memperlakukan dia sebagai suami aku kan Mam, bukan bawahan aku."

Wajah Amora berubah kesal. Padahal dia sudah sangat merasa senang karena bisa jalan bersama dengan Elena. Elena memang sering bersikap tidak sejalan dengan Amora, hingga Amora sering sekali berdebat dengan maminya itu. Walaupun Amora sadari Elena sangat lah menyayanginya dan sejak kecil selalu memberikan yang terbaik untuknya. Namun Amora tidak bisa setuju jika bertentangan dengan hatinya.

"Ya sudah lah terserah kamu."

"Mami mau bicara serius sama kamu, Amora," lanjut Elena.

"Bicara apa, mam?" tanya Amora.

"Mami mau kamu bicara sama Kavin, agar dia membatalkan pernikahannya dengan Geisha."

"Apa?"

Kali ini Amora semakin tidak mengerti dengan perkataan Elena. Dia ingin Kavin tidak jadi menikah. Itu lah yang Amora bisa tangkap dari kalimat maminya.

"Mami ingin kamu menghasut Kavin agar tidak menikahi Geisha," jelas Elena.

"Tapi kenapa Mam, Mami tidak suka dengan Geisha? tapi menurut aku Geisha sangat baik dan pantas untuk Mas Kavin."

Elena ingin Kavin tidak jadi menikah dan gagal melaksanakan perintah dari Mahendra. Hingga dia turun dari jabatannya dan Kavin juga semakin jauh untuk menjadi pewaris Wijaya Company. Elena sangat tahu Kavin lah pewaris Wijaya Company, karena dia anak laki-laki satu-satunya. Apalagi Amora tidak punya ketertarikan dengan perusahaan apalagi ingin menguasainya.

Namun Elena sangat tidak rela jika Wijaya Company menjadi milik anak dari Filia. Hingga dia tidak akan membiarkan itu terjadi, dia akan menggagalkan siapa pun yang ingin merebut kekayaannya. Elena tidak bisa menceritakan rahasia ini pada Amora, karena anaknya itu tumbuh dengan jiwa yang berlainan dengan Elena.

"Dari mana kamu bisa mengatakan itu, apa kamu sudah lama mengenalnya. Kamu baru ketemu dia satu kali kan?"

"Aku yakin, Mas Kavin memilih wanita yang tepat."

"Amora, Mami punya feeling yang tidak baik pada Geisha. Kamu harus menyatakan keberatan itu pada Kavin. Pasti Kavin mendengarkan kamu," perintah Elena.

Elena berharap anaknya menuruti perintahnya. Karena Kavin akan mempertimbangkan suara dari adiknya. Adik yang selama ini dia sayang, mereka berdua memang saling menyayangi tanpa tahu hal yang sebenarnya. Sebenarnya Elena sudah berusaha menumbuhkan jiwa kebencian pada Amora untuk Kavin. Namun entah bagaimana mereka malah seperti saudara kandung.

"Bukannya Mas Kavin harus segera menikah agar dia nggak kehilangan jabatan wakil direktur utama. Lalu kenapa Mami malah nggak ingin Mas Kavin menikah, Mam? Jika Geisha adalah pilihan Mas Kavin, harusnya Mami mendukung itu."

"Karena Mami nggak suka sama Geisha."

"Seperti Mami nggak suka sama Mas Athala dulu kan, karena dia orang biasa. Mami nggak bisa menilai orang sebelum Mami mengenalnya."

Elena menatap Amora, Amora selalu menentangnya. Padahal yang Elena lakukan semua demi dia. Elena ingin menguasai seluruh kekayaan agar mereka berdua bisa menikmatinya dan jauh dari kesusahan.

"Susah sekali bicara sama kamu ya. Mami hanya minta kamu bicara sama Kavin agar dia membenci Geisha. Agar dia batal menikah, apa itu susah bagi kamu. Mami ini sudah berkorban banyak buat kamu, sekali-sekali turuti perintah Mami."

"Maaf Mi, tapi aku nggak bisa."

Siguiente capítulo