"Kau terlihat sangat rapi, apa kau akan pergi keluar?". Tiara memperhatikan Dante yang sedang mengenakan jam tangan yang terlihat mahal. Tiara masih belum beranjak dari sopa bed. Tiara sedang mengumpulkan tenaganya agar bisa beranjak ke kamar mandi guna membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket.
Dante menatap tajam Tiara. Tampaknya kau lupa dengan persyaratan yang aku katakan kemarin Tiara?. Kau hanya wanita yang aku nikahi untuk kebutuhan pengadopsian Riko jadi tutup mata dan telingamu. Ini peringatan terakhir. Aku tidak ingin lagi mendengar pertanyaan apapun dari mulut manismu kecuali suara mendesah tiap kali aku memasukimu, kau mengerti!"
"Aaah itu". Maaf sepertinya tadi aku melupakan siapa diriku. Baik aku tidak akan pernah bertanya lagi. Aku akan mengunci mulut dan menutup mataku. Oh ya apa aku harus meminta izin darimu kalau aku ingin pergi mengunjungi adik-adikku?".
"Kau tidak perlu minta izin". Lakukan apapun yang kau inginkan asalkan kau tidak bertingkah seperti wanita murahan yang mencoba merayu pria di luar sana, selama kau menjadi isteriku kau harus menjaga sikapmu dan pastikan tidak ada pria manapun yang menyentuhmu. Selebihnya kau bebas pergi kemana saja kau mau pergi. Aku tidak peduli yang terpenting kau mengingat kedua persyaratanku dan tidak melanggarnya.
"Ya-ya". Tidak ikut campur urusanmu dan tidak berbagi, persyaratan yang cukup egois dan mudah dimengerti. Anda tidak perlu khawatir sir. Saya sangat mengingatnya dengan baik. Saya berada disini bukan karena pilihan saya sir, tapi what ever apa peduli anda bukan, yang anda tahu hanya anda menginginkan milik saya untuk memuaskan anda, just that.
"Bagus". Bawalah ini, Dante menyerahkan kartu kreditnya, hari ini kalian pindahan, beli apa saja yang dibutuhkan untuk apartemen baru kalian".
"Waouh….". tampaknya anda sangat murah hati. Anda yakin, sir. Saya bisa membeli apa saja yang saya inginkan dengan kartu kecil anda ini. Tiara menatap dengan mata berbinar kartu kredit dalam genggamannya.
Dante mengangguk. Beli apapun yang kau inginkan Tiara. Lagipula aku tidak akan jatuh miskin walaupun kau membeli rumah mewah dengan kartu kreditku.
Tiara semakin senang mendengarnya. Baru detik ini aku bahagia menjadi isteri sementaramu. Tiara melompat turun dari sopa bed. Sedetik kemudian Tiara mengadu kesakitan. Aauuu..aduh Tiara meringis saat kakinya mendarat sempurna di lantai. Tampaknya ini benar-benar menyakitkan. Lebih sakit dari yang pertama. Tiara mengigit bibirnya menahan sakit.
Dante mengeleng dengan kebodohan Tiara. Tampaknya kau terlihat cukup kesakitan, apa kau yakin akan keluar menemui adik-adikmu dengan keadaanmu sekarang?!", goda Dante. Apa tidak Sebaiknya kau beristirahat di rumah.
Tiara mengeleng. Tidak aku harus menemui adik-adikku. Aku yakin mereka pasti cemas karena semalam aku tidak mengabari mereka. Aku tidak apa-apa, sakitnya hanya sementara, setelah berendam aku akan membaik. Tiara berjalan tertatih-tatih ke arah kamar mandi
Dante tersenyum miring melihat usaha Tiara berjalan ke kamar mandi. Senang mendengarnya. Aku tidak membutuhkan wanita manja tidak berguna. Malam ini aku menginginkanmu lagi di ranjangku jangan lupa kenakan lingerie seperti yang aku inginkan.
"Apa…!". Tiara berteriak ngeri. Berbalik cepat menghadap Dante melupakan rasa sakit pada miliknya.
"Aku tidak tuli sialan!". Maki Dante. Kau sudah mendengarnya dengan jelas apa yang aku inginkan.
"Tidak….tidak Tiara mengeleng. Bagaimana bisa?, apa kau tidak kelelahan kita sudah melakukannya semalaman dan aku merasa tidak sanggup Dante. Kau tidak pernah cukup sekali melakukannya. Kau melakukannya berkali-kali. Tiara menatap Dante dan mengeleng.
Dante menaikan alis mata. Aku tidak kelelahan sedikitpun Tiara, malah aku merasa segar dan sangat bergairah. Apa perlu aku buktikan saat ini. Bagaimana kalau kita lakukan sekarang saja dan mengulanginya lagi nanti malam?.
Tiara melotot ngeri. Tidak…tidak Tiara berjalan mundur. Aku tidak akan sanggup.
"Benarkah?". Dante melangkah mendekati tubuh Tiara yang gemetar melihat tangan Dante yang mulai melepas gesper ikat pingangnya. Ada apa denganmu Tiara?, kenapa kau terlihat sangat ketakutan?, bukankah semalam kau mendesah dan berteriak nikmat disela hujaman kerasku?.
Tiara mengeleng aku hanya pemula. Kita masih punya banyak waktu. Kau bisa menikmati tubuhku kapanpun kau mau. Kenapa kau harus terburu-buru. Bukankah kau harus pergi. Ingat kau ada pertemuan penting hari ini!. Tiara coba mengalihkan berharap apapun itu yang akan dilakukan Dante di luar bisa menolongnya.
Dante meneruskan aksinya. Tidak jadi masalah Tiara. Aku bisa mengundurkan waktu pertemuan atau tidak datang sama sekali. Apa kau lupa aku bosnya disini jadi itu bukan masalah bagiku.
"Dante….!!". Tiara terpojokan pada dinding kamar antara pintu kamar mandi.
Dante mengurung Tiara dengan kedua tangannya. Tubuhmu sangat nikmat Tiara, gairahku seakan tak pernah terpuaskan. Aku ingin memasukimu lagi dan lagi. Dante berbisik di telinga Tiara. Bersikaplah patuh dan jangan pernah membantahku, maka aku akan mempertahankanmu sedikit lebih lama sebagai isteriku.
Tiara mengangguk menahan napas. Berharap dalam hati Dante tidak akan mengempurnya lagi seperti semalam.
"Bagus…". Dante melumat rakus bibir Tiara. "Sial…!". Maki Dante. Jagoanku bangun.
Tiara membekap mulut dengan kedua tangannya.
Dante meremas miliknya, mencoba menahan gairahnya yang tersulut hanya karena sebuah ciuman. Pergilah mandi sebelum aku menarikmu kembali ke atas ranjang!".
Tiara berlari kencang melupakan rasa sakit diantara kedua pahanya, masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu. Tiara bersandar di pintu dengan jantung berdegup cepat. Sialan kau Dante.
"Aku mendengarmu Tiara!". Berhenti memakiku atau kau mau aku seret ke ranjang dan kita mulai permainan panas kita.
"Kamar mandi ini tidak kedap suara ya?". Teriak Tiara dari dalam kamar mandi.
"Dasar wanita bodoh". Maki Dante
Tiara menempelkan telinga di daun pintu mendengar suara langkah kaki bergerak menjauh dari balik pintu. Oooohh…akhirnya Dante pergi juga. Tiara bernapas lega merasa dirinya sudah aman. Tiara melangkah pelan ke dalam bathtub yang sudah terisi penuh. Sial ini menyakitkan. Dante benar-benar gila menghajarku dengan bercinta marathon. Apa Dante minum obat kuat?, tidak mungkin kan pria bisa bercinta sepanjang malam seperti itu. Tiara bermonolog.
Tiara kembali dibuat terpesona dengan kamar mandi Dante. Ya ampun aku tidak akan ada henti-hentinya mengagumi kemewahan kediaman Dante. Kamar mandi ini saja sangat luas dan mewah. Benar-benar khas orang kaya. Dengan bathtub yang besar dan indah dengan ukiran naga yang sangat cantik. Hampir setengah jam Tiara berendam. Setelah berendam Tiara merasa sedikit baikan pada tubuh bagian bawahnya. Ini sudah tidak terlalu menyakitkan. Pegal-pegal pada tubuhnya juga lumayan berkurang. Hari ini saja aku sudah mandi dua kali.
Percintaan kedua mereka semalam. Tiara sudah bisa lebih menikmatinya daripada percintaan mereka kemarin, saat di ruang kerja Dante. Meskipun masih saja terasa sedikit menyakitkan saat Dante melakukan penyatuan. Tapi ada yang berbeda dengan perlakuan Dante semalam. Semalam Dante bersikap lebih lembut. Dante melakukannya dengan tidak tergesa-gesa, menyiapkan tubuh Tiara agat siap menerima milik Dante yang bagi Tiara berukuran cukup membuat Tiara menarik napas. Meskipun semalam Dante masih memaksakan kehendakanya untuk melakukan sesuatu yang bagi Tiara cukup sangat tidak masuk akan dan menjijikan. Tiara tidak pernah tahu hal-hal yang Dante tunjukkan padanya semalam, bagi Tiara hubungan pria dan wanita hanya sebatas melakukan hubungan badan tidak melibatkan yang lain seperti mulut dan tangan untuk memuaskan seorang pria.