Dokter Harun tidak segera pulang karena ditahan Dirga. Mereka jarang bertemu dan Dirga ingin berbincang-bincang untuk melepas rindu dengan sahabatnya. Secangkir susu jahe dan secangkir teh hijau menemani keduanya yang bercerita.
"Bagaimana dengan klinikmu?" tanya Dirga, memulai pembicaraan.
"Ya, sekarang sudah bisa dikatakan rumah sakit kecil. Semua berkat bantuanmu," jawab Harun.
"Klinik itu milikmu dan dikelola olehmu. Jika sekarang bisa semakin berkembang, itu karena kerja kerasmu."
"Tanpa modal yang kamu donasikan untukku, apa mungkin aku bisa seperti sekarang ini. Hanya kau sahabat yang rela membantuku tanpa pamrih. Terima kasih banyak."
"Itu tidak masalah. Aku senang bisa membantu."
Mereka menyesap minuman sambil menatap bintang-bintang malam. Tiba-tiba saja, Harun membicarakan Emilia. Wanita itu sempat berkunjung ke kliniknya untuk memeriksakan kehamilan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com