webnovel

Aku rindu kamu

Redo berdiri mematung, napasnya tersenggal, dan dadanya bergerak naik turun. Menelan salivanya susah payah, Redo berjinjit__diantara kerumunan para pelajar, sambil mendongakan kepala. Ia ingin mengetahui siapa siswa yang sudah melakukan aksi bunuh diri. Ia mengedarkan pandangan__di sekitar ia berdiri, mencari keberadaan Yohan. Tiba-tiba hatinya menjadi gelisah, saat ia tidak menemukan sosok yang sedang ia cari.

Jadi, apa mungkin Yohan yang sedang dikerumuni oleh orang-orang itu? Memikirkan itu, tubuh Redo menjadi gemetaran. Dengan perasaan takut, Redo melangkah ragu, ia ingin menyaksikan sendiri siapa yang sudah melakukan aksi bunuh diri.

"Minggir...!" Ucap Redo menyingkirkan murid-murid yang menghalangi jalannya. Tingkahnya, membuat ia menjadi titik pusat perhatian semua pasang mata.

Setelah susah payah menerobos sekrumunan para pelajar, akhirnya Redo berhasil berada di posisi paling depan. Tiba-tiba keningnya berkerut, bibir bawahnya bergetar, dan bola matanya berkaca. 

"Yohaaan...!!"

Redo berteriak seraya menjatuhkan tubuhnya, memeluk erat Yohan yang sedang duduk berjongkok, di dekat mayat Ema yang masih berlumuran darah di sekitar pergelangannya.

Yohan mengerutkan kening, merasa heran dengan sikap Redo yang tiba-tiba saja memeluknya erat sambil menangis terisak.

Tidak perduli dengan harga dirinya sebagai seorang laki-laki, Redo terus menangis sebagai bentuk ekspresi kebahagiaannya__lantaran yang ia takutkan tidak benar terjadi.

"Do," panggil Yohan sambil menepuk pelan punggung Redo yang masih memeluknya erat. "Kamu teh kenapa?" Tanya nya heran.

Secara perlahan Redo mengurai pelukannya, kedua telapak tangannya membingkai wajah Yohan yang masih datar dan terlihat bingung. Ditatap nya wajah itu lekat-lekat, lalu cup! Redo melabukan ciumannya di kening Yohan. "Kamu bikin aku khawatir," ucapnya. Setelah menyampaikan itu, Redo kembali memeluk erat Yohan__yang masih terlihat bingung. Bahkan Redo seperti tidak perduli, jika tengah menjadi pusat perhatian teman-temannya.

"Do, yang bunuh diri Ema, kok yang kamu peluk, sama kamu kuatirin Yohan sih?"

Celetuk salah seorang siswa yang berdiri di dekat mereka.

Mengabaikan sendirian siswa tadi, kedua tangan Redo menyentuh bahu Yohan, untuk mengajaknya berdiri. Yohan terlihat pasrah, dan hanya menurut saja.

"Kamu tau nggak? Ternyata aku takut kehilangan kamu." Telapak tangan Redo mengusap lembut puncak kepala Yohan. Beberapa detik kemudian cup! Ia kembali mendaratkan ciuman di kening Yohan.

Tanpa mereka sadari banyak beberapa siswa yang usil, mengabadikan momen Redo dan Yohan. Ada yang memotret, ada juga yang merekam menggunakan HP masing-masing. Semua siswa menjadi yakin, ternyata antara Redo dan Yohan memang ada hubungan yang tidak biasa. Lebih dari sekedar teman.

"Aku sayang sama kamu," aku Redo tulus, sambil menghamburkan tubuhnya, memeluk Yohan. Redo mengabaikan bisik-bisik yang sepertinya sedang membicarakan mereka.

Menurut Redo, ditutupi juga percuma, semua sudah mengetahui. Kemudian ia mengalungkan pergelangannya di pundak Yohan, mengajaknya berjalan meninggalkan tempat itu.

Bertepan dengan itu, terlihat beberapa orang__memakai seragam serba putih, tengah mengangkat tubuh Ema yang sudah tidak bernyawa lagi. Aksi bunuh diri Ema, menjadi pelajaran bagi semua siswi yang ada di sekolahnya. Ema adalah gadis malang yang sebenarnya masih polos, Ema tidak mengerti resiko bahaya, atas perbuatan yang ia lakukan. Menjual kesucian dan kehormatan, hanya karena tuntutan gaya hidup semata. Ema gadis malang, yang tidak bisa berfikir jernih. Mengakhiri hidup dengan jalan bunuh diri, adalah perbuatan bodoh, dan dosa besar.

Semoga tidak akan lagi ada, Ema-Ema yang lain di Sekolahnya.

Sementara di halaman sekolah yang luas, terlihat Ozan sedang digandeng dua orang polisi di samping kanan dan kirinya__dengan keadaan kedua tangan di borgol kebelakang. Kelakuan Ozan membuat Redo geram, dengan sangat terpaksa ia harus melaporkan perbuatannya ke kantor polisi.

Hari itu adalah hari yang bersejarah, di sekolah Redo dan Yohan.

***

Hanya dalam hitungan menit, aksi Redo kepada Yohan__yang direkam dan difoto sama teman-temannya, sudah tersebar luas di internet. Banyak tangan-tangan jahil yang dengan sengaja mengunggah foto dan video itu ke media sosial.

Sesaat setelah foto itu di unggah, Redo dan Yohan langsung menjadi bahan perbincangan. Beberapa hari kemudian, foto dan video mereka langsung viral, serta menjadi tranding topik di dunia maya. Tidak menunggu waktu lama, video dan foto itu juga mampu mengundang para netizen, yang siap memberikan komentar-komentar terbaik mereka.

#video #foto

Re-Han (Redo dan Yohan) pasangan homo.

Lihat 205K komentar lainnya....

Akoecayang_kamoeCelLaluu; oemgat... sayang banget cakep-cakep homo.

NKRI_harga.mati; naijs, ini nih, penyebab bencana yang terus terjadi di negara kita.

PujanggA_cInta; Astaghfirulah, tobatlah wahai kalian anak manusia.

JoBlooo_cute126; pantesan, susah banget cari cowo ganteng. Rupanya yang gangteng milihnya ganteng juga. Alamat jomblo makin akut. 😑😑

Fujho_akut; Awwww gemes sheekaleeee jiwa fujoku meronta-ronta.

Hingga akhirnya, foto dan video yang sedang menjadi tranding topik itu, cepat sampai di telinga kedua orang tua Redo dan juga Yogan. Hal itu lantas membuat ibu Eha dan ibu Karina berpikir keras. Mereka terus memikirkan cara supaya Redo dan Yohan jangan sampai bertemu. Sebisa mungkin Redo dan Yohan harus segera dipisahkan. Mereka tidak ingin hal buruk menimpa anak mereka.

Untuk sementara ini, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah; menyita HP milik Redo dan juga Yohan. Mereka menganggap itu cara paling efektif suapaya keduanya sulit berkomunikasi, dengan harapan keduanya bisa saling melupakan. Tidak hanya itu, ibu Eha, dan ibu Karina juga melarang Redo dan Yohan supaya tidak sekolah dulu__sampai situasi benar-benar membaik.

Karena hal itu pula, ibu Karina dan ibu Eha harus berjuang mati-matian, supaya berita itu tidak sampai tersebar di telinga keluarga besar yang ada di kampung.

Terhitung sudah hampir dua minggu Yohan tidak masuk sekolah. Secara otomatis, selama itu pula ia tidak bertemu dengan kekasihnya, Redo.

Ternyata dugaan ibu Eha dan Karina salah besar. Awalnya mereka berpikir, dengan melarang mereka untuk saling berkomunikasi dan bertemu, mungkin akan membuat keduanya bisa saling sedikit melupakan. Tapi ternyatanya, tidak!

Yang ada kini, Yohan malah terlihat uring-uringan. Rasanya ia sudah seperti kehilangan separuh nafasnya. Tidak pernah ada senyum terukir di bibirnya. Hidup di dalam rumah rasanya seperti di penjara. Tidak ada HP, internet, dan yang membuat ia merasa sangat tersiksa adalah; tidak bisa berkomunikasi dengan Redo. Bagaimana kabar Redo? Ia sama sekali tidak tahu. Hal itu juga membuat dadanya terasa sangat sesak, nafsu makannya juga berkurang.

Ibu Eha hanya bisa menatap iba kepada putranya. Sungguh, ia tidak ingin menyiksa Yohan dengan cara seperti itu. Sebagai seorang ibu, ia hanya ingin anaknya bisa hidup normal. Bukan pacaran dengan sesama lelaki.

"Yoh," suara ibu Eha mengalun lembut__sambil berjalan mendekati Yohan yang tengah duduk di sofa. "Sarapan dulu yuk," ajak ibu Eha setelah ia sudah berdiri di dekat anaknya.

Yohan mengunci mulutnya, ia sama sekali tidak menatap ke arah ibunya yang sudah duduk di sampingnya. Tatapan matanya kosong__lurus menatap layar televisi yang dibiarkan menyala begitu saja, tanpa ia simak.

Secara perlahan, ibu Eha menyentuh pundak anaknya, mengusapnya pelan, seraya berkata. "Yoh, ayo makan, nanti kamu sakit." Ibu Eha berbicara selembut mungkin.

Mendengkus kesal, Yohan beranjak dari duduknya, "sampe kapan mama mau ngurung Yohan? Yohan capek." Setelah menyampaikan itu Yohan berlalu meninggalkan ibu Eha. "Mama aja yang makan," ucapnya ditengah perjalanannya menuju anak tangga.

"Yohan..." panggil ibu Eha yang tidak mendapat respon dari Yohan.

Beranjak dari duduknya, ibu Eha menatap prihatin punggung anaknya, sambil menggelang-gelangkan kepala.

Suara HP yang berdering membuat ibu Eha tersentak. Ia berjalan mendekati nakas guna mengambil HP yang ia taruh di sana. Setelah mendapatkan HPnya ia melihat di layarnya yang tertera di sana.

Jeng Karina

Memaggil...

***

Berbeda dengan Yohan yang notabenya adalah anak yang penurut. Lain halnya dengan Redo yang mempunyai sifat keras dan sedikit pembangkang. Dua minggu tidak sekolah dan tidak bertemu Yohan, membuat ia terlihat frustasi. Bukan Redo namanya jika tahan dengan sebuah kekangan. Dua minggu menjadi anak yang manis baginya sudah lebih dari cukup.

Hari ini Redo memutuskan untuk pergi ke sekolah. Ia sudah tidak tahan. Redo berharap ia bisa bertemu dengan Yohan di sekolah. Ia ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang. Apakah baik-baik saja? Atau sebaliknya. Redo sudah sangat Rindu dengan Yohan. Ia ingin segera memeluknya erat kalu sudah bertemu nanti.

Redo sudah tidak perduli lagi dengan pemberitaan tentang mereka, yang sedang santer terdengar. Yang ada di pikirannya hanya ada Yohan seorang.

Bayangan Yohan selalu muncul di benaknya. Masa-masa Indah di atas motor bersama Yohan kembali teringat. Saat sedang mengendarai motornya__dalam perjalanan menuju sekolah, ia tersenyum membanyangkan Yohan yang selalu duduk di belakangnya, sambil memeluknya erat. Namu lambat laun senyum itu memudar, dan benar-benar menghilang saat menyadari jika Yohan sedang tidak bersamanya.

Semoga ini akan segera berakhir.

"Do," mengetahui temannya hari ini masuk sekolah, Erwin langsung berjalan menghampiri Redo yang sudah duduk di bangkunya__menunggu Yohan.

"Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Erwin setelah ia sudah berdiri di depan meja.

Redo sama sekali tidak bergeming, ia sedang nyaman tidur di atas meja, menggunakan kedua lengannya untuk bantalan. Sorot matanya menatap bangku yang ada di sebelahnya. Berharap jika pemilik bangku itu akan duduk kembali di sana.

"Ke lapangan yuk, main futsal," ajak Erwin. Ia berharap dengan mengajaknya main, akan sedikit bisa menghibur Redo.

Redo hanya menggeleng pelan, tanpa mengalihkan perhatiannya dari bangku Yohan.

Merasa Redo sedang tidak ingin ganggu, Erwin menghela napas lembut. "Yaudah Do, aku tinggal. Kalo ada apa-apa panggil aku aja," ucap Erwin sebelum akhirnya ia berlalu meninggalkan Redo. Tapi sebelum itu ia menyempatkan diri untuk menepuk pundak Redo__pelan, sebanyak dua kali. Ia juga sempat melirik Amel, gadis cantik yang sudah menarik perhatiannya akhir-akhir ini. Namun ia pendam.

Menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya Redo hembuskan secara perlahan. Sepertinya hari ini ia harus kecewa. Pasalnya dari awal ia masuk kelas, sampai akhirnya bell berbunyi, Yohan masih juga belum menampakkan batang hidungnya.

Berung kali kepalanya mendongak ke luar jendela, ke arah pintu, dengan harapan ia melihat Yohan. Namun sayang, harapannya sia-sia. Sudah dipastikan Yohan tidak masuk, guru mapel juga sudah duduk di bangkunya. Bahkan Redo mengabaikan ucapan salam dari guru tersebut.

Membuang napas berat, guna mengusir rasa sesak di dadanya. Terlihat Redo mengambil cutter di dalam tasnya. Bola matanya kembali menatap teduh pada bangku yang ada di sebelahnya. Menggunakan  cutter yang baru saja ia mabil dari dalam tasnya, terlihat tangan Redo sedang mengukir sesuatu di atas bangku Yohan.

Setelah selesai mengukir di atas bangku Yohan, wajahnya menatap teduh pada hasil ukiranya tersebut. Sebuah ukiran rangkaian kata, yang menggambarkan tentang keadaan hatinya yang sedang ia rasakan saat itu.

Rangkaian kata yang tersususn rapih menjadi sebuah kalimat.

Yoh... I miss you...

Redo menidurkan kepalanya di atas meja, menggunakan kedua tangannya untuk bantalan. Bola matanya tidak berkedip menatap tulisan yang baru saja ia ukir di atas tempat duduk Yohan.

Tidak terasa, tiba-tiba saja bola matanya menjadi berkaca-kaca.

Siguiente capítulo