webnovel

Empat

Penerimaan Arga bergabung di perushaan itu sebenarnya, adalah hak dan wewenang dari Eza sendiri. Sebenarnya, tanpa melaui proses atau prosedurpun Eza bisa langsung dengan mudah menerima Arga. Namun karena Eza tidak pernah main-main untuk urusan pekerjaan, oleh sebab itu Eza harus menjalani ketentuan yang berlaku.

Eza melihat potensi yang ada pada diri Arga. Dari pandangan Eza, Arga memiliki sifat yang bertanggung jawab, pekerja keras, dan juga disiplin.

Setelah menjalani berbagi proses, melihat CV milik Arga, dan semua data diri yang dibawa Arga. Ditambah dengan prosese interview yang sudah dilakukan, Akhirnya keputsan untuk menerima Arga bergabung menjadi karyawan di perusahaannya pun ditetapkan.

Dan bagi Arga, pertemuanya dengan Eza adalah suatu keberuntungan. Eza seperti membawa angin segar yang menerapa dirinya. Mencerahkan cahaya yang tadinya mendung, menjadi terang benderang.

Arga sudah tidak menganggur lagi, Ia tidak lagi pusing memikirkan hari esok, bagaimana Ia bisa bertahan untuk hidup.

===

Hari pertama bekerja di kantor-pun dimulai. Sebagai karyawan baru, tentunya Ia masih terlihat bingung. Belum mengerti dengan apa yang harus Ia kerjakan. Arga tidak tahu harus memulai dari mana, lantaran Ia belum diberitahu apa yang harus dikerjakanaya hari ini. Meja kerjanya juga masih kosong belum ada berkas apapun.

Tok... tok... tok...

Suara ketukan pintu, terdengar dari ruangan terpisah dari bagian staf.

"Arga tolong masuk keruangan saya ada yang ingin saya bicarakan, " jika sedang bekerja Eza selalu menggunakan bahasa yang sedikit formal, meskipun dengan teman-temannya. Tapi kalu di luar kantor ia selalu menggunakan bahasa yang santai.

Arga berdiri dari duduknya, kepalanya mendongak ke arah sumber suara berasal. Setelah itu ia berjalan, keluar dari kubikelnya menuju ruangan Eza.

Sebagai manajer sudah pasti Eza mempunyai ruangan sendiri. Karna kedudukan Eza memang lebih tinggi dari staf-stafnya.

"Masuk!"

Belum sempat Arga mengetuk pintu suara Eza sudah terdengar memerintahnya. Pintu yang terbuat dari kaca Eza bisa melihat keadaan di luar ruangan, namun yang di luar tidak bisa melihat dibagian dalam.

Tanpa ragu, Arga masuk keruangan Eza. Setelah berada di dalam ruangan Arga tidak langsung duduk di kusrinya, ia diam mematung, menunggu perintah dari Eza.

Sementara Eza masih sibuk menatap layar komputer yang ada di mejanya. Pandanganya belum tertuju pada Arga yang sudah berdiri beberapa menit di depan meja kerja milik Eza.

Meski kakinya sudah terasa pegel, tapi Arga masih betah berdiri. Ia hanya bisa menghela napas sambil menikmati rasa pegel di kakinya.

Sesaat kemudian manik mata Eza melirik ke arah Arga yang sudah berdiri di depannya. Entah sudah berapa menit ia mengabaikan Arga, Eza tidak menyadarinya.

"Lho... kenapa masih berdiri?" tanya Eza, tangannya menunjuk ke arah sofa yang memang sudah disiapkan untuk tamu. "Itu ada kursi bukan buat pajangan, tapi buat duduk." Ucapnya.

"Kan belum disuruh," balas Arga.

"Astaga..." Eza tersenyum nyengir seraya menggelengkan kepalanya, heran dengan tingkah Arga, "kenapa harus nunggu disuruh? yaudah, Arga silahkan duduk di sana nanti aku nyusul."

Arga tersenyum nyengir sambil mengangguk pelan, ia berjalan mendekati kusri yang ditunjuk Eza barusan, dan mendaratkan pantatnya disana. Tidak lama setelah Arga duduk, Eza menyusul mendekati Arga, duduk di sebelahnya, di kursi yang berbeda.

Arga dan Eza saling bersitatap, keduanya melemparkan senyum cirikhasnya masing-masing.

"Selamat ya Ga, kamu bisa gabung di perusahaan kami. Semoga kamu nyaman, betah kerja disini." Ucap Eza membuka obrolan.

"Aku yang makasih, udah dibantu supaya bisa kerja disini." Balas Arga.

"Sebenarnya aku emang lagi butuh karyawan si Ga. Kebetulan kita ketemu pas kamu lagi butuh kerjaan. Yaudah anggap aja kita jodoh." Jelas Eza.

Arga tersenyum nyengir saat kata jodoh kembali terlontar dari mulut Eza.

"Eh... maksud aku anggap aja kamu emang jodoh sama kerjaan ini." Ralat Eza. "Tapi tetep Ga, kamu harus bertanggung jawab sama semua tugas yang nanti dikasih ke kamu. Siap?"

"Pasti siap," Arga mengangguk patuh.

"Oke, kalau gitu sekarang kita bahas kenapa kamu aku panggil kesini. Jadi gini, aku dapet tugas dari direktur utama buat mensurvei beberapa toko, atau swalayan diluar kota. Jadi nanti perusahan kita bakal menyuplai produk-produk dari perusahaan kita. Kerjaan ini butuh waktu lumayan lama, trus harus tinggal juga di kota tujuan," Eza menjelaskan panjang lebar, Arga menyimak meski ia belum tahu arah pembicaraannya.

Arga hanya menikmati cara Eza berbicara, sangat enak didengar sama telinganya. Gayanya juga tenang, dan bijaksana.

"Jadi aku minta bantu kamu buat nemenin aku keluar kota. Sekalian nanti disana kamu bisa sambil belajar, bisa tau gimana cara kerja lapangan. Karena orang-orang di perusahaan kita, mereka harus bisa menguasai lapangan supaya nanti bisa naik jabatan." Imbuh Eza menjelaskan.

Arga mengangguk-anggukan kepala, sepertinya ia sudah bisa mengambil kesimpulan sekarang, "jadi nanti kita bakal pergi keluar kota berdua, gitu?"

"Tepat," jawab Eza mantap, wajahnya terlihat sumingah lantaran Arga sudah nyambung dengan maksudnya.

"Memangnya kota tujuan kita kemana Za?" Tanya Arga memastikan.

"Rencana sih ke Jogja Ga, lumayan jauh emang, makanya kita butuh waktu lama disana. Gimana kamu siap?"

"Pasti siap, palah seneng masih baru tapi udah dikasih kepercayaan buat bantu kamu," ucap Arga yakin.

"Bagus deh kalo gitu, ternyata aku nggak salah pilih kamu." Ucap Eza.

Arga tersenyum nyengir, matanya lurus menatap mata Eza. Ia sama sekali tidak menyangka, ternyata atasannya sebaik itu. Belum lama kenal, tapi ia sudah merasa nyaman dengan Eza. Selain itu Eza orangnya supel, ramah, dan tidak membedakan atasan dengan bawahan.

"Terus kapan rencana keberangkatan kita?"

"Rencana lusa Ga, lebih cepat lebih baik. Tapi besok kamu ikut saya ke mall ya, kita cari buat keperluan kerja, sama keperluan pribadi kita selama di Jogja."

"Oke siap," jawab Arga sambil mengangguk patuh.

====

Tbc

Siguiente capítulo