webnovel

Bab 4: Game, sarapan, dan Biarawati?

"Rozen? Bukankah dia adalah murid baru di kelas kita, Rias?" Akeno, yang diam, tiba-tiba menaruh jarinya di dagunya dan berbicara.

Koneko mengangguk, menambahkan, "Ya. Rozen-senpai, dia juga salah satu klien yang melakukan pemanggilan iblis kemarin, yang saya jawab."

"..... Lalu apakah ada hal aneh tentang dia? Seperti, baunya yang memiliki bau naga." Rias tanpa basa-basi dan langsung ke inti saat bertanya.

"Naga ...?" Koneko berwajah bingung sejenak, tampak tidak mengerti kenapa Ketuanya menekankan hal itu. Tetapi, dia tetap menjawab dan menggelengkan kepala, "Jika bau naga, saya tidak mencium bau apapun yang seperti itu darinya, Ketua. Namun, tampaknya Rozen-senpai memiliki ambisi yang besar, seperti berencana menguasai dunia .... Meskipun, saya tidak yakin apakah itu candaan atau tidak."

"Menguasai dunia?" Mata Akeno yang awalnya terus menyipit, mulai melebar, mengeluarkan "ara ara" khasnya, dia melanjutkan, "Ini benar-benar ambisi berbahaya meskipun hanya dari manusia ...."

Kerutan Rias juga tidak bisa lebih dalam lagi. Memiliki bau naga ... Ambisi untuk menguasai dunia ... Semakin banyak teka-teki di sekitar Rozen dan itu membuat Rias hampir pusing ketika memikirkannya.

Apalagi insiden Issei Hyoudou, seseorang yang dia perhatikan untuk menjadi calon "Peerage", yang kehilangan bau naganya saat ini, bertepatan dengan kedatangan Rozen di Akademi Kuoh .... Apakah Rozen yang mengambil Sacred Gear-nya? Ini kemungkinan yang paling tinggi ....

Rias memijat pelipisnya dan mendesah, menurunkan bahunya dengan lelah, kemudian menoleh ke kedua "Peerage"-nya, berkata, "Untuk masalah Issei Hyoudou ... Koneko, kamu bisa menanganinya dan menyelamatkannya sebelum Malaikat Jatuh itu membunuhnya. Akeno akan menemanimu untuk menghapus ingatannya tentang semua kejadian Supranatural ini nanti, jadi panggilah dia setelah kamu menyelesaikan apa yang kuperintahkan. Dan kemudian Rozen ....."

----

Malam hari, kediaman Rozen.

Duduk di kamar, memainkan game di komputer, Rozen bersin dan menggosok hidungnya.

"Apakah para iblis itu memikirkanku?" Rozen membuat tebakan, lalu memutuskan untuk tidak memikirkannya dan melanjutkan untuk memainkan game.

[You Winner!]

Rozen tersenyum santai dan menyandarkan kepalanya menggunakan telapak tangan. Bermain game seperti ini merupakan hiburan yang baik baginya. Daripada membuang-buang tenaga untuk bertarung dan mencari kesenangan sia-sia, lebih baik memainkan pertarungan menggunakan konsol.

[You got the mail! Want to open?]

"Hm? Pesan?"

Rozen mengangkat alisnya ketika melihat pemberitahuan pesan. Ketika dia mengeceknya, itu dibarengi dengan sebuah permintaan pertambahan teman dan menemukan bahwa itu dari player yang baru saja dia lawan saat bermain game fighting online.

"Namanya ... [Hikikomori Vampy]?" Rozen memunculkan tanda tanya di kepalanya, lalu mengetuk dagunya, berpikir. "Hm ... apakah itu dia? Lagipula, jarang ada manusia biasa yang bisa bertahan dan terus fokus saat melawanku di dalam permainan pada saat jam segini .... Nickname miliknya juga cocok dengan deskripsi yang dia miliki sih."

Rozen memunculkan senyumnya lagi dan tanpa ragu, langsung menerima permintaan tambah teman, menerima pesan yang dikirimkan padanya.

[[Hikikomori Vampy]: "Wowow! Anda hebat sekali ketika bermain, Mister! Kalau boleh, bisakah Anda menerima permintaan pertambahan teman dari saya?"]

[[Mr. Octopus]: "Tentu, aku sudah menerimanya. Pertama, aku berterima kasih untuk pujian yang kamu berikan. Apakah kamu sudah lama bermain game ini? Seranganmu cepat dan kelihatannya kamu memiliki jari yang lincah." ]

[[Hikikomori Vampy]: "Ah, iya. Saya sudah cukup lama dalam permainan ini. Namun, dibandingkan dengan Anda, Mister, saya tidak ada apa-apanya! Anda selalu menangkis serangan yang saya keluarkan dengan tangkas dan tidak pernah sekalipun untuk meleset. Health Point milik Anda bahkan tidak berkurang sama sekali!" ]

[[Mr. Octopus]: "Mendengar pujian dari orang lain itu membuatku malu ... Kalau begitu, apakah kamu tidak keberatan untuk bertanding bersamaku lagi?" ]

[[Hikikomori Vampy]: "Tentu! Dengan senang hati, Mister!" ]

Dengan itu, keduanya memasuki arena lagi, menggunakan karakter game yang mereka pilih masing-masing untuk berduel ....

Rozen membuat tubuhnya nyaman saat duduk di kursi dan tangannya sudah siap saat terus memegang konsol game.

Tak lama kemudian, suara ketukan tombol terus terdengar tampa henti di ruangan ini ....

----

Besoknya; Rozen memeriksa dirinya sendiri di cermin dan menemukan pantulan sosok dari seorang remaja berambut hitam, memiliki mata hitam, dengan kantung mata hitam besar juga.

"Aku membuat tubuh ini dengan terburu-buru dan kekuatan fisiknya tidak ada bedanya dengan milik tubuh manusia biasa .... Ini membuatku sedikit tidak nyaman. Mentalku bertahan tapi tubuhku tidak. Ini membuatku nostalgia pada saat-saat dulu ...."

Rozen bergumam sambil memutar leher, pinggang, dan tangan, dengan gerakan cepat, menyebabkan suara *crack* *crack* terus terdengar.

"Yah, mungkin kopi pagi akan membuatku lebih baik."

Rozen lalu keluar dari kamar dan turun ke dapur, membuat sarapan sebentar, mengaduk kopi panas, membawa semuanya ke sofa, lalu menyalakan televisi dengan remote control.

Ngomong-ngomong di rumah ini, hanya Rozen seorang yang tinggal.

Saat sebelum Rozen terbunuh, dia mengatur takdir untuk diri sendiri dan mengatur dirinya menjadi anak dari sebuah pasangan kaya yang telah meninggal, lalu semua aset yang dimiliki diwariskan kepadanya. Jadi dia benar-benar kaya dan hidup bagus tanpa khawatir tentang kebutuhan akan uang sekarang.

Rozen memotong roti, memasukannya kedalam mulut, lalu menyeruput kopi dan mendesah dengan perasaan puas.

"Ini benar-benar nyaman ...."

----

Rozen menenteng tas di pundak dan berjalan menuju akademi sambil memasukkan tangan ke saku. Ini benar-benar gayanya saat dia mulai bersiul santai.

Pada saat itu, dia menghentikan langkahnya ketika merasakan sesuatu terbang ke arahnya dan mengeluarkan tangan, menangkap sebuah benda yang tampak seperti kain dari kerudung berwarna putih.

Rozen menoleh ke samping dan menemukan gadis berambut pirang berlari ke arahnya, berhenti ketika sudah sampai sambil sedikit terengah-engah.

Rozen tersenyum dan menyerahkan kerudung yang baru saja dia tangkap ke gadis di depannya, "Apakah kamu baik-baik saja? Ngomong-ngomong, ini kerudungmu."

"T–Terima kasih banyak ...." Gadis berambut pirang itu mengambil kerudungnya dari tangan Rozen dan memiliki ekspresi penuh syukur. Kemudian seolah menyadari sesuatu, dia tertegun sejenak dan menatap Rozen dengan ekspresi ketidakpercayaan, "A—Anda bisa memahami bahasa saya?"

"Ya. Dari rambut pirangmu, aku menduga bahwa kamu adalah turis, jadi aku menggunakan bahasa Inggris untuk berjaga-jaga." Rozen mengangguk saat menjawab. Dia kemudian melirik sejenak ke ujung jalan dan menemukan sebuah koper dalam keadaan terbuka, berserakan. "Apakah itu kopermu? Tampaknya kamu sangat kesusahan di sini .... Tidak keberatan kalau aku membantu?"

"Ini ...." Gadis berambut pirang itu terlihat ragu. Meskipun dia tidak ingin menolak bantuan dari Rozen, tetapi dia tidak ingin menyusahkannya ....

"Jangan khawatir tentang diriku. Sekolah masih dimulai beberapa puluh menit lagi," kata Rozen seolah bisa membaca pikiran dilema dari gadis berambut pirang di depannya. "Oh ya, namaku adalah Rozen. Kamu?"

"Asia ... Argento." Gadis berambut pirang itu menjawab.