"Ehh ... Udah kubilang. Jangan panggil aku mbak, Yah. Aku masih muda kok panggil mbak. Panggil aku Elsa. Puteri Elsa." Tatapannya menuju padaku. Tatapan mengintimidasi. Tapi aku merasa lucu aja.
Aku hanya tertawa dalam hati. Sumpah tingkahnya bikin ngakak. Coba kalau orang lain yang ada diposisi ku. Pasti ngakak lepas. Tapi aku tidak biasa tertawa. Hanya bisa kupendam dalam hati.
"Nih jus alpukat buat pangeran es... Kamu anterin!" Perintahnya padaku. Dengan jutek.
"Iya mbak. Eh Puteri Elsa." Aku lupa.
"Huhh..." Ngambek lagi dia. Lalu membetulkan riasannya lagi.
"Ini tuan jus alpukat. Tanpa gula, tanpa susu dan tanpa es." Ucapku sambil senyum kecut.
"Hmm..." Dan benar sekali. Ia memang pangeran es kali yah.
Aku meninggalkannya saja. Memang aku tidak peduli itu. Yang jelas, aku tak mau berurusan dengannya lagi. Mau pangeran es kek. Mau apa aku peduli?
Yang benar saja Rehana. Dia itu kayak es. Menyapa aja gak mau. Uhh...
"Untung tampan." Gumam ku tanpa sengaja.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com