Monster kerbau itu menyeruduk dengan kekuatan penuhnya, Ken menghentakkan cambuk yang berbentuk seperti tulang ular. Melengkung dan mengikat kaki monster kerbau tersebut. Walau badan monster itu besar dan berat, Ken mampu menggulingkannya karena kekuatannya bertumpu pada ujung tanduknya.
"Grraaahh!" erang sang monster kerbau. Ia berguling-guling di tanah dengan kaki yang hampir putus karena di kakinya tidak ada perlindungan sama sekali.
Ken tidak menyia-nyiakan untuk menebas perut bagian bawah. Seketika cambuk itu berubah menjadi tombak dengan mata tombak yang melebar, seperti sebuah pedang. Ditebasnya perut itu sampai mengeluarkan darah berwarna hijau.
"Kurang ajar! Akan ku bunuh dan ku makan kau! Grrhh!" Monster kerbau itu berguling menghindari serangan Ken.
"Kurasa kau tidak akan bisa makan orang lagi, hemm?" Ken belum puas dengan perbuatannya. Tidak berhenti sampai ia memutuskan untuk membunuhnya.
Walaupun monster kerbau itu berguling, menghindar, Ken masih bisa mengejarnya. Karena menggelindingkan tubuhnya tidak secepat larinya. Asalkan Ken bisa menyiksa makhluk besar itu, ia tidak akan puas.
"Aku akan membunuh kalian semua! Apakah kau tahu, aku adalah pembantai! Aku akan membantai semua alien yang hanya menjadi parasit bagi manusia! Aku tidak terima kalian mengambil hidupku! Kalian semua, huahh!"
Sambil menyiksa monster kerbau, Ken meluapkan emosinya. Ia mengingat bagaimana ia terpisah dengan istri dan anaknya yang belum lahir. Karena kedatangan mereka, membuatnya kehilangan Akira. Ia sangat emosional saat ini. Menyerang dengan membabi buta.
"Ampuuun! Jangaaann!" teriaknya dengan menahan sakit yang teramat. Tubuhnya sudah robek karena perutnya sudah bolong.
Sebelum jantungnya diambil, makhluk itu masih bisa hidup. Jantung merupakan organ penting yang memompa darah. Di tempat itulah alien itu tinggal dan menyatukan diri dengan manusia. Dengan mengubah darah manusia menjadi darah alien, maka alien itu bisa mengendalikan tubuh manusia dengan aliran darah itu.
"Bagaimana kalau aku memotong kakimu, hemm? Bukannya kalian bisa menyembuhkan diri? Eh, aku lupa. Saat ini kau sudah memakan banyak temanmu, bukan? Dan mungkin kau termasuk di level yang berbeda. Akan lebih sulit untukmu menyembuhkan diri, bukan? Hhahaha ... hahaha!"
Ken tertawa dan berhenti sejenak untuk menyiksa. Ia sudah kelelahan karena bertarung dengan waktu yang lama. Berubah menjadi monster sendiri, telah membuatnya lelah. Namun berkat menjadi makhluk hijau juga, ia memiliki kekuatan berlebih. Ia bisa memanfaatkan kekuatan dari alien yang merasuki tubuhnya itu.
Monster kerbau itu tidak mau mati dengan cepat. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia memasukan kembali semua tulang yang ada di punggungnya. Ini akan bisa mempercepat proses penyembuhan. Lalu dengan tanduknya, ia menggunakannya sebagai umpan. Melepaskan tanduk dengan membentuk sebuah cakram.
"Sial! Bagaimana mungkin kau masih belum menyerah juga?" Ken menghindari cakram yang berputar mengarah padanya.
"Hohoho! Ini akan mengulur waktu sejenak." Monster kerbau itu berguling, menjauh dari Ken. "Dasar bodoh! Apa kau bisa menghentikan aku, hah?" Ia sangat percaya diri bisa kabur untuk sementara.
Monster kerbau merasa tidak mungkin bisa menang melawan Ken. Setidaknya sampai ia memakan monster yang cukup kuat lalu mengalahkan Ken, akan menjadi lebih mudah.
Monster kerbau itu memiliki kecepatan yang melebihi Ken. Ia mula-mula menyembuhkan kakinya terlebih dahulu. Dengan mengganti kakinya dengan tulang. Ia bisa cepat lari kalau waktunya cukup.
Ken tidak sempat menangkis serangan karena senjatanya yang masih kurang besar. Ia tidak sempat mengeluarkan senjata lain di sabuknya. Sedangkan ia saat ini menghindari cakram yang lebar dan memiliki gerigi seperti gergaji mesin.
Ken sudah berulang kali menghindar. Namun cakram itu seakan memiliki nyawa. Monster hijau berzirah besi itu lupa kalau ia masih memiliki perlindungan. Ia mencari momen yang tepat dan saat melihat monster kerbau yang sedang berguling, Ken melemparkan tombak itu.
"Matilah, kau!" Dengan berteriak keras, Ken mengumpat kemudian tertawa keras. Ia mengeraskan zirah besi lalu menahan cakram yang selalu mengejarnya. "Fyuuhh ...."
Ken terlempar ke belakang dan mengenai sebuah tiang di trotoar. Walaupun baju besinya mampu melindungi tubuhnya, tetap saja tekanan dari cakram itu membuatnya terpental. Namun ia tersenyum puas ketika melihat darah dari monster kerbau, yang tidak berhenti mengucur deras ke atas. Layaknya seperti air mancur yang berwarna hijau pekat.
Hal yang tidak bisa dikendalikan oleh ken sepenuhnya adalah alien yang ada di dalam diri Ken. Ken tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Karena sebuah rangsangan kuat itulah, sang alien mampu mengambil kesadaran Ken.
"Huuahhh! Makanan lagi!" pekik alien yang mengendalikan tubuh Ken. Namun kejadian sebelumnya terulang kembali. "Manusia ini sungguh membuatku kenyang, huahaha!" tawanya menggelegar dengan mengangkat kedua tangannya ke atas.
Seketika zirah besi itu kembali memasuki sabuk. Sang alien parasit itu berlari dan mengambil senjata yang digunakan Ken. Namun seperti zirahnya, senjata itu juga tersedot ke dalam sabuk.
"Mengapa sabuk ini tidak bisa dipakai olehku? Mengapa? Arghhh! Sialan kau manusia!" hardiknya dengan keras.
"Heh, bukannya kau yang memakai itu? Heh, kurasa kau makhluk bodoh yang–" Sebelum ia melanjutkan ucapannya, sebuah cakar tajam menembus jantungnya.
Makhluk hijau itu mengambil jantung yang sudah berwarna hijau gelap. Menunjukan gigi runcingnya dan melahap dengan sekali kunyah. Kembali makhluk hijau itu mengeluarkan tulang yang dibentuk sabit panjang. Sekali tebas, badan kerbau itu terpotong menjadi dua.
"Akhh! Ini terlalu banyak! Sebenarnya untuk apa aku makan banyak-banyak? Andaikan tubuhnya tidak terlalu besar gini, mungkin akan muat dimakan. Kemarin sudah makan banyak. Akh, seharusnya sebulan lagi baru makan!"
Tubuh besar itu memang akan muat dimakan kalau sang monster dalam keadaan kosong. Setelah makanan diekstrak sebagai kekuatan. Tetapi kalau tubuh yang semakin besar, semakin lama proses ekstraknya. Apalagi kapasitas tubuh Ken yang hanya mampu memakan yang lima kali besar tubuhnya.
"Akh! Jantungnya saja sudah cukup! Setidaknya lima belas persen kekuatannya menjadi miliku!" Ia meninggalkan tempat itu, berpetualang entah ke mana. Yang pasti, dalam waktu satu bulan, ia bisa hidup tanpa makan lagi.
***
Hidetoshi datang ketika Naoki dan Matthew dalam kesulitan. Keduanya menghadapi monster yang tidak bisa mati walau sudah terkena jantungnya. Mereka bahkan sudah menembaki berkali-kali bagian dada dan perutnya.
"Jadi ini, monster yang tidak bisa mati? Kalian sudah memastikan tidak ada lagi orang di gedung ini?" tanya pria paruh baya itu lewat sebuah alat penghubung di telinga mereka.
"Sudah aman!" Hanya sebuah kata singkat, Naoki menjawab pertanyaan dari orang tua angkatnya. Ia undur sejenak dengan keringat yang bercucuran. Badannya sudah terlalu lelah.
Sementara Matthew sedang menggunakan kapaknya untuk bertarung dengan jarak pendek. Ia berkali-kali dipaksa untuk mundur. Tetapi ia juga harus menyerang dan bertahan.
"Kita akan bekerja sama! Kau beri tembakan untuk memberi lubang Naoki! Dan Matthew, kau alihkan agar makhluk itu terus melawanmu! Aku akan menembakan bom kecil ke tubuh yang berlubang itu. Kita punya lima menit untuk menyelesaikan ini dengan cepat. Apa kalian siap?" tanya Hidetoshi dengan tegas.
***