"Aaakkkkk." Teriak gue sambil memegangi kepala karena memang itu sangat sakit
"Ada apa Cloe apa kau merasa pusing?" Tanya Chanyeol pada gue.
Gue masih memegangi kepala karena semakin terasa sakit karena kata-kata Chanyeol tadi masih terngiyang-ngiyang di kepala gue.
"Sebaiknya kau bawa saja Cloe ke kamarnya McStraigh" Putus Jennie
Akhirnya gue pun di bawa Chanyeol ke dalam gendongannya menuju kamar. Bukan gue modus atau apa tapi sakit ini benar-benar membuat gue gak bisa ngapa-ngapain. Sesampainya di kamar Chanyeol meletakkan gue ke atas tempat tidur dan memberi gue air.
"Apa masih sangat sakit?" Kata Chanyeol cemas dan menggenggam tangan gue, baru kali ini gue merasa Chanyeol itu benar-benar tunangan gue karena selama ini Chanyeol hanya sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan gue bahkan saat kami berduaan saja di saat latihan menembak dia hanya fokus ke sesi latihan kami dan targetnya tanpa memandang gue. Ternyata diperhatiin chanyeoly dengan sikap seperti ini membuat dia terlihat manis, ya walaupun dia memang manis.
"Kau tau jika sudah seperti ini akan sulit kembali normal, tetapi sakitnya sudah berkurang sedikit"
"Istirahatlah mungkin itu akan membuatnya sembuh lebih cepat"
Sambil masih merasa kesakitan dan dahi gue pun dipenuhi keringat, gue memberanikan diri bertanya kepada Chanyeol.
"Apa kalimat itu dulu kau pernah mengucapkannya kepadaku?"
Langkah ku terhenti ketika Cloe bertanya tentang kalimat yang berasal dari masa lalunya itu. Aku tau dia mulai mengingat sesuatu dan mencurigai ku.
"Tidak. Itu bukan kalimatku itu kalimat dari seseorang yang berasal dari masa lalu ku dan mungkin juga masa lalu mu." Akhirnya kalimat itu lah yang kukatakan padanya karena tak ada gunanya berbohong karena lambat laun dia akan mengingatnya.
"Apa itu dari seseorang yang cukup berarti bagiku atau yang cukup dekat dengan ku?"
"Sama sekali bukan. Dia adalah orang yang tak pantas untuk di ingat."
"Itu berarti dia memang seseorang yang berharga. Dan ya aku hanya melupakan hal-hal yang berarti itu sebabnya selalu ada kekosongan dihidupku."
"Sudah kukatakan dia hanya seseorang yang tidak penting dia cuma tikus got yang menggerogoti mu." Amarah ku sudah tak terbendung lagi sampai-sampai aku mencengkram dengan kuat lengan Cloe dan membentaknya. Aku melihatnya yang sudah ke sakitan dan ditambah dengan ketakutan yang besar, itu terlihat dari raut wajahnya dan keringat yang bercucuran dari dahinya.
"Apa kau pernah mencintaiku?" Gue bertanya pada Chanyeol karena gue merasa dia tak pernah menaruh minat kepada gue walaupun setelah 2 tahun kami bersama. Jika tidak sudah pasti dia tak akan menutupi sesuatu dari gue tetapi kenapa dia tak jujur saja kalau dia terpaksa bertunangan dengan gue. Apa karena kakek. Gue tau itu karena Jennie pernah cerita kalau dulu pada saat pertama kali membawa Jhony ke mansion kakek juga membawa Chanyeol.
"Jadi hanya karena balas budi rupanya" gue menatap Chanyeol sambil tersenyum karena gue liat setelah melontarkan kalimat itu genggaman Chanyeol pada bahu gue mulai terlepas dan dia mulai menjauhkan badanya dari gue walau dia tetap menatap gue.
Rasa sakit yang sejak tadi sudah gue rasakan kini bertambah sakit karena mengetahui Chanyeol hanya terpaksa bertunangan dengan gue dan dengan melihat ekspresi Chanyeol yang hanya diam dan menunduk makin membuat gue merasa kesakitan, karena jujur saja entah sejak kapan gue mulai menyukainya mungkin karena selama 2 tahun ini kami tinggal bersama.
"Aaakkkkk ..... bruk" Teriak Camorra sebelum dia pingsan
Setelah merapikan posisi Cloe dan menyeka dahinya gue menatapnya dengan rasa bersalah karena masa lalu kami dan saat ini, walau ya yang dikatakan Cloe sebagian ada benarnya aku memang terpaksa bertunangan dengannya.
Camorra cukup lama pingsan sehingga membuatku tertidur di sisinya, aku terbangun dan melihat jam ternyata sudah 3 jam dia pingsan aku sempat berfikir dia pingsan atau tertidur tetapi tak berapa lama setelah aku bangun Cloe pun sadar dari pingsannya. Dia menatapku sekilas kemudian memalingkan lagi wajahnya ke sisi kiri ruangan.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?"
Camorra masih memalingkan wajahnya dan itu berarti dia masih marah padaku.
"Dengar Cloe, untuk semua pengetahuan yang kau masukkan, ada sesuatu yang sudah kau ketahui yang terpaksa kau lupakan. Karena kodrat manusia adalah melupakan!! Jadi aku harap kau harus bijak memilih sesuatu informasi yang akan kau simpan dalam memori otakmu."
Setelah mengatakan kalimat tersebut aku pun keluar dari kamarnya dan mendapati Jennie yang sedang cemas di luar kamar Cloe.
"Apa Cloe sudah baik-baik saja. Apa sakitnya sangat parah? Jennie sangat cemas namu Chanyeol hanya menatapnya nanar, kemudia jennie melanjutkan kalimatnya.
"Aku fikir kau sudah terlalu lama di dalam itu sebabnya_____." Kata Jennie terhenti oleh kalimat Chanyeol
"Berikan ini padanya, dia sangat kesakitan" sambil memberikan botol kepada jennie
"Kau tau dosisnya kan."
"Iya tapi kau yakin akan memberikan ini?" Tanya Jennie kembali karena dia tau betul kalau Chanyeol sendiri membenci obat ini tetapi dia malah memintanya memberikan itu pada Cloe.
"Dia sudah mendapatkan itu. Itu sebabnya obat biasa kurang berpengaruh padanya, aku tau itu setelah melihatnya tadi ternyata tuan Rusco sudah sejak lama memberi itu padanya agar dia tak histeris lagi" jelas Chanyeol pada Jennie
"Baiklah" lalu Jennie pun pergi masuk ke kamar Cloe dan memberikan obat yang diberiknan Chanyeol padanya.
Jangan lupa meninggalkan jejak ketika sudah membaca.Terimakasih 😘