webnovel

Kembalinya Aneska Di Sekolah

"Yaudah yu masuk."

"Ga kenal dah gua udah lama ga sekolah."

"Santuy. Biasanya juga bodo amatan lu, haha."

Kemudian Aneska dan ketiga temannya berjalan menelusuri koridor sekolah ya menuju ke kelas yang sudah lama Aneska tinggalkan. Sesampainya di kelas ternyata teman Aneska melihatinya dengan tatapan yang sinis. Setelah Aneska masuk, semuanya justru langsung membentuk sebuah kelompok dan berbisik-bisik satu sama lain. Sepertinya mereka akan membicarakan Aneska.

"Udah ga usah di dengerin. Mereka itu iri sama lu karena mereka ga bisa libur kaya lu, haha."

Aneska pun menghiraukan semua teman kelasnya yang tidak suka dengannya. Teman yang benar-benar teman bagi Aneska hanyalah ketiga teman laki-lakinya. Mereka itu selalu ada untuk Aneska ketika Aneska dalam keadaan senang maupun susah. Tadinya ada Raka juga yang selalu ada untuknya, tapi kini pertemanan Aneska dengan Raka sudah semakin jauh.

Kini sebenarnya di kelas ada Raka. Dia sedang duduk bersama seorang teman laki-lakinya. Dia juga melihati Aneska sejak Aneska masuk kelas tadi, tetapi dia tidak berani untuk menyapa Aneska dan teman-teman yang lainnya itu. Karena Raka itu sekarang bukan hanya semakin jauh dengan Aneska, tetapi dengan teman yang lainnya juga.

"Selamat pagi anak-anak."

Ternyata Guru yang akan mengajar mereka semua sudah masuk kelas.

*****

Di kantin.

"Lu pada diamin si Raka juga?"

"Kan lu yang jauhin dia bukan?"

"Yoi. Tapi kalian kalo masih mau temanan sama dia mah temanan aja. Kan yang punya masalah itu gua, bukan kalian. Lagian ga apa-apa si sebenarnya kalo dia gabung sama kita lagi."

"Kok lu jadi berubah gitu? Bukannya lu benci banget ya sama dia kemarin?"

"Yoi gua ga suka sama sikap dia. Tapi bukan berarti gua benci. Gua cuma ga suka aja kalo dia memperlakukan gua kaya kemarin. Udah gitu doang."

"Raka."

Tiba-tiba Galang langsung memanggil Raka yang sedang makan di kantin bersama temannya yang lain.

"Sini gabung sama kita."

Raka pun langsung menghampiri Aneska dan yang lainnya.

"Kenapa?"

"Sombong banget lu udah ga kumpul bareng kita lagi."

"Lu udah ga marah sama gua Bi?"

"Masih si sebenarnya. Cuma gua kan marah bukan berarti benci. Sini lah gabung sama kita."

Kini Raka telah kembali lagi ke geng lamanya bersama Aneska dan tiga teman yang lainnya. Aneska itu memang memiliki hati yang lembut walaupun tingakah lakunya kasar. Dia itu orangnya tidak tegaan dengan orang lain. Apalagi dengan temannya sendiri. Mau bagaimanapun, Raka itu adalah teman terbaiknya Aneska sejak setahun yang lalu.

Kemudian setelah itu Aneska dan keempat temannya melanjutkan makan siangnya di kantin. Kini suara canda rawa di kantin kembali terdengar lagi setelah sekitar satu bulan sudah tidak terdengar karena tidak ada Aneska di sekolah. Suasana menjadi seru dan asik memang salah satu alasannya karena adanya Aneska yang hadir di sana. Dia selalu bisa membuat orang lain tertawa. Padahal dia lupa bagaimana caranya membuat dirinya sendiri tertawa.

Setelah waktu istirahat mereka selesai, kini mereka semua harus kembali ke kelas dan melanjutkan kegiatan belajar mengajar yang sempat tertunda sebentar. Ketika Aneska dan teman-temannya ingin kembali ke kelas, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang ingin berbicara dengan Aneska.

"Nih Bi, buat lu."

"Buat gua?"

"Iya."

"Salah orang kali lu. Gua ga suka cokelat, haha."

"Terimana aja."

"Eh kalo teman gua bilang ga suka ya berarti ga suka."

"Terus sukanya apa dong?"

"Cari tau lah sendiri Aneska itu suka apa."

Kemudian laki-laku itu akhirnya menyerah dan pergi meninggalkan Aneska.

Seperti itulah pertemanan yang terjadi di antara mereka berlima. Aneska selalu di halang-halangi dengan temannya sendiri untuk bisa dekat dengan seorang laki-laki ketika mendengar jika Aneska itu tidak mau dengannya. Padahal seharusnya sebagai seorang sahabat, mereka semua harus bisa membuat Aneska kembali suka dengan laki-laki dan melupakan rasa taraumanya. Namun mereka semua tidak melakukan itu. Apakah karena mereka semua itu suka dengan Aneska?

Waktu sekoalh pun telah selesai. Kini waktunya semua murid kembali ke rumahnya masing-masing. Kali ini Aneska merasa tidak semnagat sama sekali untuk pulang ke rumahnya sendiri. Apalagi ketika dia mengerahui jika kakak iparnya itu sedang tidak suka sekali dengan Abighail yang baru saja di belikan handphone baru oleh Mamahnya sendiri.

"Nes, gua balik duluan ya."

"Gua juga."

"Yoi."

"Hati-hati lu Bi. Bye..."

"Yoi."

Tumben sekali kini teman-teman Aneska tidak menawarkan Aneska untuk pulang bareng bersamanya. Apa karena mereka itu selama satu bulan ini sudah terbiasa tanpa Aneska.

"Kak Ana?"

"Kakak ngapain di sini?"

"Ya jemput lu lah. Pake nanya lagi. Ayo buruan."

"Tumben."

"Jangan banyak berisik deh. Itu handphone awas aja ya lu. Pokoknya nanti gua mau tukeran sama lu."

"Ga bisa dong. Ini kan handphone punya gua."

"Yaudah berisik lu ah. Ayo naik sekarang juga."

Akhirnya Aneska pun menaiki sepeda motor kak Ana dengan perasaan sangat heran dengan kakak iparnya itu. Tidak seperti biasanya kak Ana menjemput Aneska. Mungkin kak Ana menjemputnya karena ingin cepat-cepat merampas handphone miliknya.

Di sepanjang jalanan kak Ana memarahi Aneska tanpa alasan. Kak Ana terus menerus membahas handphone baru mulik Aneska. Kak Ana itu seperti adik Aneska saja, selalu merasa iri ketika Aneska mendapatkan hadiah dari Mamah atau Ayahnya. Padahal kan seharusnya kak Ana lah yang memberikan hadiah kepada adik iparnya itu.

Selama di perjalanan Aneska juga merasa tidak tenang. Apa yang akan di lakukan oleh kakak iparnya itu. Karena selama ini kakak iparnya itu tidak pernah berbuat baik kepadanya. Apalagi sekarang kak Faras dan Ayah sedang tidak ada di rumah. Mamahnya juga sudah pulang ke rumahnya. Aneska jadi teringat ketika di siksa oleh kakak iparnya dengan cara di tenggelamkan di bak yang besar dan tidak ada orang lain yang melihatnya sedang di siksa. Aneskq hanya bisa terdiam tanpa bisa melawannya.

Sebelum memasuki gang rumah Aneska, kak Ana mengancam Abighail terlebih dahulu.

"Pokoknya apa yang buat lu itu nanti harus buat gua juga. Ga boleh pelit-pelit lu sama kakak ipar sendiri."

"Lah lu yang pelit sama adik ipar sendiri."

"Pelit apanya. Gua setiap hari kasih makan lu sama jajan lu selama di sekolah ya."

"Itu uang Mamah ya, bukan lu."

"Dasar kurang hajar. Ga tau di untung lu. Sekarang masuk lu. Masuk! Sebelum kesabaran gua habis buat lu. Cepat!" Kemudian Aneska berjalan menuju rumahnya yang sudah tidak jauh lagi.

"Kok kaya ada orang? Siapa ya?"

"Mamah?"

-TBC-

Siguiente capítulo