webnovel

Pembelaan Untuk Aneska

"Kok Aneska ga ada di kamarnya?" tanya kak Reza.

"Aku juga ga tau Mas. Kan aku bilang, aku juga ga tau tadi Aneska dimana. Di kamarnya atau engga. Dan aku baru tau kalo Aneska ga ada di kamarnya sekarang," jelas kak Vanessa dengan berbagai alasan yang dia berikan.

"Jangan bohong kamu. Kamu udah jahatin Aneska lagi ya?"

"Engga Mas, sumpah. Aku ga ngapa-ngapain Aneska lagi. Kan aku udah janji kalo aku ga akan jahatin Aneska lagi. Kayanya dia pergi karena dia tau kalo dia punya masalah deh Mas."

"Maksud kamu?"

"Ya tadi aku di telepon dari pihak sekolahnya Aneksa. Katanya dia berbuat kesalahan lagi di sekolah. Terus orangtuanya di panggil buat ke sekolah besok. Mungkin karena ity dia mskanya jadi pergi. Mungkin dia lagi sedih kali karena masalah itu."

"Ya kalo gitu kenapa kamu ga hibur dia?"

"Aku aja belum ketemu dia Mas daritadi."

"Ah kamu mah emang ga bisa di andalkan."

Kemudian kak Reza langsung memakai jaketnya kembali. Sepertinya kali ini kak Reza akan mencari Aneska. Karena dia tidak mau jika adik semata wayangnya itu kenapa-kenapa. Apalagi hari juga sudah larut malam.

"Kamu mau kemana Mas?" tanya kak Vanessa.

"Aku mau cari Aneska. Kasihan dia kan. Pasti dia sekarang lagi sedih banget karena dia mikir kalo ga ara orang yang bisa datang ke sekolahnya."

"Mas Reza ini. Benar-benar deh. Kalo masalah Aneska aja, dia pasti selalu akan melakukan apa aja demi Aneska. Kalo gua aja, ga di peduliin tuh sama sekali," ucap kak Vanessa di dalam hatinya.

"Yaudah kalo gitu kamu hati-hati ya Mas."

"Iya."

Namun di saat kak Reza hendak pergi mencari Aneska, tiba-tiba saja Aneska muncul dari luar rumah.

"Assalamualaikum," salam Aneska.

"Waalaikumsallam. Kamu kemana aka si? Kenapa ga bilang kakak dulu kalo mau pergi?"

"Sorry kak. Tadi aku habis ke rumah Mamah."

"Apa? Ke rumah Mamah? Ngapain? Rumah Mamah kan jauh."

"Aneska ke rumah Mamahnya? Jangan-jangan dia ngaduin tentang gua lagi. Gawat ini. Bisa-bisa Mamahnya nanti ga kirimin uang lagi buat gua," pikir kak Vanessa di dalam hatinya.

"Yoi. Aku gabut aja tadi makanya ke sana."

"Lain kali bilang kakak dulu dong sayang. Kakak kan jadi khawatir," ucap kka Vanessa yang berpura-pura sok peduli dengan Aneska.

"Yoi," jawab Aneska dengan singkat.

"Oh iya, kata kak Vanessa, kamu besok di panggil sekolah?" tanya ksk Reza.

"Yoi. Tapi kalo ga ada yang bisa datang juga ga apa-apa. Santai aja."

"Besok kakak sendiri yang datang ke sekolah kamu."

"Biar aku aja Mas yang datang," sahut kak Vanessa.

"Ga usah. Aku ga yakin sama kamu."

"Kurang hajar. Bisa-bisanya Mas Rzra bilang kaya gitu di depan Aneska. Yang ada nanti dia jadi besar kepala karena terus di bela sama Mas Reza kaya gini," ucap kak Vanessa di dalam hatinya.

"Yaudah kamu makan dulu, habis itu istirahat. Besok kak Reza yang datang ke sekolah kamu."

"Yoi. Thanks kak."

Kemduian Aneska langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa makan malam dahulu di rumahnya. Karena tadi di rumah Mamahnya Aneska sudah makan di sana. Kak Reza pun merasa lega karena Aneska sudah pulang ke rumahnya.

"Yaudah kalo gitu aku ke kamar dulu. Aku mau istirahat," ucap kak Reza.

"Iya Mas."

Kak Reza pun langsung pergi ke dalam kamarnya untuk istirahat setelah seharian bekerja. Sedangkan kak Vanessa langsung pergi ke kamar Aneska. Mumpung kak Reza sudah mausk ke dalam kamarnya. Entah apa lagi yang akan dilakukan oleh kak Vanessa saat ini.

"Eh, Aneska," panggil kak Vanessa.

"Yoi."

"Awas lu ya kalo sampai lu ngadu ke kakak lu tentang gua," ancam kak Vanessa.

"Kenapa? Takut kan? Kalo gua mau, gua udah ngaduin itu semua ke kak Reza daritadi. Sayangnya gua bukan tipe orang yang berlindung di balik ketiak orang lain."

"Sombong banget lu jadi orang. Awas ya lu. Lu juga tadi di kasih uang kan sama Mamah lu?"

"Engga."

"Jangan bohong deh lu. Mana sini uangnya. Anggap aja buat gua karena lu udah buat gua malu. Kalo lu ga kasih ke gua, gua akan buat perhitungan sama lu."

"Ini orang kenapa si. Ga jelas banget. Tapi gua males banget kalo berantem lagi sama dia," ucap Aneska di dalam hatinya.

Karena Aneska tidak mau mencari masalah lagi dengan kakak iparnya itu, akhirnya Aneska pun memberikan semua uang yang di berikan Mamahnya kepads kak Vanessa.

"Nih."

"Nah gitu dong. Awas ya lu."

"Yoi. Udah sana gua mau nonton film lagi."

Kak Vanessa pun langsung pergi dari dalam kamar Aneska setelah mendapatkan uang darinya. Sedangkan Aneska melanjutkan untuk menonton film lagi dari handphonenya. Setelah itu Aneska baru istirahat. Karena besok Aneska harus berhadapan lagi dengan Guru BK nya yang sangat killer itu.

******

Hari telah berganti. Pagi ini Aneska akan berangkat ke sekolah bersama dengan kakak kandungnya, kak Reza. Karena hari ini kak Reza akan menghadiri panggilan dari sekolah Aneska. Kak Reza rela pergi ke sekolah Aneska terlebih dahulu sebelum dia berangkat ke kantor untuk bekerja. Aneska dan kakaknya berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor. Dan kini mereka berdua sudah tiba di sekolah Aneska.

Sesampainya di sekolah, Aneska dan kakaknya langsung pergi menuju ke ruang BK yang berada di lantai sstu sekolahnya. Tepatnya berada di samping ruang Guru.

"Itu Aneska kan? Sama kakaknya ya dia?" tanya Rio yang melihat keberadaan Aneska dan kakaknya di sekolah.

"Iya. Kayanya kakaknya mau hadirin panggilan sekolah buat Aneska," jawab Ken.

"Semoga aja Aneska ga di kasih hukuman yang berat deh. Soalnya kan dia ga sepenuhnya salah."

"Iya, semoga aja. Tapi kalo dia dapat hukuman yang berat, gua pastinya akan jadi saksi buat Aneksa."

"Iya, gua juga."

Betapa pedulinya teman-teman Aneska kepadanya. Mereka selalu ara di saat Aneska sedang kesusahan. Itu sebabnya kenapa Aneska lebih suka berada di luar dengan teman-temannya daripada harus di rumah bersama dengan keluarganya sendiri.

Aneska dan kak Reza sudah berada di depan ruang BK.

Tok.... Tok... Tok...

"Permisi," ucap Aneska.

Aneska mengetuk pintu terlebih dahulu. Hingga akhirnya Guru BK itu mengizinkannya untuk masuk.

"Silahkan masuk."

Aneska dan kak Reza segera masuk ke dalam ruang BK. Guru BK itu tidak asing lagi kenapa Aneska dan kakaknya masuk ke ruang BK. Karena sudah pasti untuk memenuhi panggilan sekolah untuk Aneska yang di berikan olehnya langsung kepada Aneska.

-TBC-

Siguiente capítulo