Selasa pagi pukul 05.00
Hari ini Lisa memaksakan diri untuk lari mengelilingi desa seperti biasanya. Sebenarnya ia merasa tidak mood dengan paginya itu, namun ia tetap menjalankan rutinitasnya dan menghibur diri dengan mendengarkan musik. Ia membuka jendela kamar seraya melihat tetangga baru sedang memasukkan sesuatu ke dalam saku celana.
Lisa yang mulanya dilanda kemalasan, kini ia merasa bersemangat untuk mengetahui apa yang akan dilakukan lelaki itu. Gery melenggang meninggalkan halaman rumahnya dan menuju sungai tepat di ujung desa. Lisa segera keluar dari rumah dan mencoba mengikuti Gery dengan menjaga jarak cukup jauh.
Gery berjalan cepat dengan sesekali menoleh kesamping, ia tak mau ada seorangpun melihatnya dan mengetahui apa yang akan ia lakukan. Sesampainya disana, ia memandang jauh kedepan, menghirup udara segar pagi hari dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia berdiri cukup lama kemudian mengeluarkan benda dalam saku.
Ia tersenyum ketika memperhatikan apa yang sudah ia gambar dan mencocokkan dengan keadaan di depannya. Lisa curiga kepada Gery, ia berpikir bahwa Gery adalah orang yang jahat. Kemarin ia membuang benda-benda di sungai. Sekarang ia mengunjungi tempat itu lagi dan membawa sebuah kertas.
"Mungkinkah ia sedang merencanakan sesuatu. Kemarin ia kemari dengan hati yang kacau, menangis dan terlihat sakit hati. Sekarang ia tersenyum hanya dengan memandang kertas itu. Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan teman laki-lakinya malam itu. Apakah mereka buronan. Duhh,, aku jadi merinding begini." Lisa masih memperhatikan Gery dari balik semak-semak. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan Gery dengan tempat itu.
Gery kemudian menelepon seseorang, memintanya untuk mengirim bambu, papan kayu, tali dan cat.
"Fatur, bisakah kamu membantuku?"
"Siap pak."
"Tolong kamu bawakan aku 5 buah bambu, papan kayu dengan panjang setengah m 50 buah, tali tambang 30 m, juga cat kayu warna merah dan kuning."
"Siap pak, mau dikirim kapan?"
"Hari ini juga. Kamu cepat hubungi saya jika semua barang itu sudah siap dikirim. Saya akan menghubungi teman-temanku yang lain. Saya tunggu di rumah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam pak."
Lisa tidak mendengar jelas apa yang dibicarakan lelaki itu di telepon. Selang beberapa menit kemudian, Gery meninggalkan persawahan itu pulang menuju rumahnya. Lisa keluar dari persembunyian dan melakukan apa yang ia lihat pada Gery. Lisa berdiri tepat di tempat lelaki tadi tersenyum ketika melihat kertasnya. Ia memandang jauh ke depan, menikmati pesona alam dan gemericik aliran air sungai yang menyejukkan mata.
"Sepertinya dia merasakan kedamaian berada di tempat ini. Semoga saja dia orang baik, tidak seperti prasangkaku sebelumnya." Lisa mengatakan perasaannya dengan lirih.
#Rumah Gery
Gery segera menghubungi teman-temannya untuk meminta bantuan. Hilmi, Qiki, Mahesa, Toriq, dan Andi, sehabatnya dari SMA ditambah Prasetyo, Rizki, dan Bukhori. Gery ingin mereka membantunya membuat sebuah jembatan dan beberapa spot-spot untuk foto selfi.
Gery juga mengunjungi rumah pak Hartono untuk memberitahukan rencananya. Ia menanyakan pemilik sawah di tepi sungai yang akan ia dirikan sebuah jembatan dan spot foto selfi. Pak Hartono tersenyum dan menyambut baik rencana Gery.
"Bagus sekali anak muda. Silahkan jika kamu mau membangun sebuah jembatan untuk dijadikan tempat wisata. Kebetulan pemandangan disana indah juga masih asri. Semoga dengan begitu, juga membawa dampak positif bagi warga desa sini."
"Kalau boleh tau, siapa pemilik sawah itu ya pak?"
"Kamu menemui orang yang tepat mas."
"Jadi bapak ini pemilik sawah itu. Alhamdulillah, terimakasih atas izin dari bapak. Saya sangat senang mendengarnya." Obrolan singkat Gery itu lagi-lagi tidak diketahui Lisa. Lisa sedang mandi dan mencuci pakaiannya di kamar mandi. Gery segera pulang dan menunggu semuanya beres.
Pembuatan jembatan dan spot foto itu berlangsung selama dua setengah hari. Gery bersama teman dan sopirnya dibantu warga sekitar dalam menyelesaikan pekerjaan itu. Gotong-royong dan kebersamaan mereka menjadikan pekerjaan cepat selesai dalam waktu yang singkat.
Lisa yang saat itu merasa kurang enak badan, ia hanya heran dengan orang-orang yang berlalu lalang di rumah tetangga barunya. Bahkan warga sekitar juga ikut berbondong-bondong ke arah sawah di tepi sungai.
"Apa mereka mau kerja bakti? Bukankah ini hari rabu?" Lisa heran ketika melihat ke arah luar jendela.
"Sepertinya rumah sebelah kosong. Tadi aku melihat semua orang keluar dan menuju ke arah sungai."
**Tiga Hari Kemudian**
"Mbak, posenya yang cantik donk ! Senyum dikit yah ! Nah gitu, tahan sebentar ! Siiip." Ucap Irawan pada Lidia ketika memotretnya menggunakan kamera dengan memberi arahan untuk mengganti gaya.
"Foto berdua yuk !"
"Ayo, pegangan tangan ya ! Aku tatap mata mbak, mbak tatap mata aku."
"Kamu ya." Lidia dan Irawan tersenyum dan memasang wajah ke arah kamera kemudian mengatur pose saling berpandangan.
Gery yang sejak tadi mengamati keduanya dari jauh, hanya menggelengkan kepala dengan merekam tingkah Lidia dan Irawan. Sebenarnya Gery merasakan api membara memenuhi hati dan emosinya. Namun ia berusaha menahan dan membaca istighfar untuk meredam gejolak dalam dadanya. Apalagi ia mengenakan kaos panjang warna hitam siang itu.
"Siang yang cukup panas dengan pemandangan di depan mataku. Terimakasih ya Tuhan, engkau sudah tunjukkan betapa bahagianya mereka dibelakangku. Ini adalah awal yang baik sayang. Semoga kalian menikmatinya nanti." Gery segera meninggalkan tempat itu untuk kembali ke rumah.
Gery adalah seorang lelaki yang mampu mengontrol emosinya. Sebenarnya ia merasa hancur dan ingin segera meluapkan kekecewaan yang ia alami. Namun ia menahan dan bersabar untuk mengobati lukanya itu. Gery mengirim video yang telah ia rekam ke media sosial dengan akun barunya. Ia menuliskan sebuah info jika Lidia dan Gery berbahagia dan akan segera melangsungkan pernikahan.
Lidia adalah salah satu wanita yang cukup dikenal di kota. Ia sosok yang ramah, sopan, mudah bergaul dan memiliki banyak kolega. Sedangkan Irawan, pria muda berkepribadian manis dan menawan juga terkenal sempurna di mata keluarga dan kerabatnya. Keluarga Irawan sudah mengetahui Lidia adalah kekasih Gery.
Video yang beredar di media sosial itu kemudian viral dan menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat. Semua tak percaya akan apa yang mereka lihat. Termasuk Lisa, gadis itu juga ikut membicarakan Lidia dan Irawan.
"Kalian tahu berita hangat hari ini?"
"Wanita cantik itu mbak? Kenapa semua komentarnya negatif ya." Jawab Widi kepada Lisa.
"Iya, aku tadi baca komen-komennya pada nyebut, istighfar. Berarti memang ada yang salah dari keduanya."
"Hu'um. Kamu ingat, mereka itu pernah kesini waktu aku menceritakan tetangga baru La. Mereka mesra sekali." Lisa mencoba mengingatkan Lala.
"Wah, dia yang wangi itu mbak. Banyak yang bilang kalau mereka selingkuh. Wanita itu kerja apa sih, kenapa banyak yang kenal dia ?"
"Nggak penting juga sih ngurusin orang. Sudah lah, mending kita kerja lagi." Widi menyela pembicaraan tentang video yang beredar.
"Pinter sekarang kamu Wid. Kita ambil saja pelajaran dari dia, Kedondong yang terlihat mulus dan manarik dari luar, nyatanya pandai menyembunyikan duri dalam tubuhnya. Berbeda dengan durian, Ia memperlihatkan casing yang kasar dan tajam namun menyimpan kemanisan dan kelezatan."
"Wow,, super sekali mbak hari ini." Puji Lala dengan tepuk tangan.
Mereka bertiga melanjutkan pekerjaan pada kedai kopi milik pak Hartono hingga malam. Kali ini Lisa pulang bersama bapaknya dan membicarakan sekilas tentang tetangga baru itu, Gery.
*
*
*
*
Gery, kamu pandai sekali menahan amarahmu. Bahkan kamu tidak kenal yang namanya kekerasan. Semoga kelak kamu mendapat wanita yang jauh lebih baik daripada Lidia.