webnovel

KEDATANGAN YANG MENGEJUTKAN

Di episode sebelumnya.

Zhuge Liying baru saja membunuh seorang laki-laki yang mengaku-ngaku sebagai pendekar. Dia sama sekali tidak menyesali karena sudah membunuh seseorang di depan banyak orang.

Ya, ditambah pria itu maaih berstatus suami orang. Kendati demikian Zhuge Liying melewatinya dengan tenang. Seolah-olah tidak ada yang terjadi.

***

Setelah ini Zhuge Liying dan Yue Yi akan melanjutkan langkahnya kemana?

"Da Jie!" panggil Yue Yi pada Zhuge Liying.

"Apa yang Da Jie lakukan? Itu adalah persediaan kita yang terakhir. Jika kau memberikannya kepada orang lain, lalu bagaimana dengan kita setelah ini?" lanjutnya merengek.

Seperti biasa Zhuge Liying acuh tak acuh. Meski suara jeritan Yue Yi sangat menyakiti telinganya, itu tidak berpengaruh pada keputusan yang sudah dibuatnya.

"Zhuge Liying, tunggu!" panggilnya kembali kepada dia yang telah melangkah jauh di sana.

"Itu koin emas kita yang terakhir, bagaimana dengan kita besok atau hari-hari berikutnya? Kita akan makan setelah ini, dan nanti malam kita akan tinggal di mana?"

Pertanyaan terus dilontarkan Yue Yi satu persatu. Keluh kesah dia sampaikan dengan suara tinggi, melengking dan orang-orang sekitar sudah tentu dapat mendengarnya.

"Da Jie!" rengeknya yang tidak mau berhenti

Kedua kakinya sesekali disentakkan ke tanah, sembari memanggil Zhuge Liying terus menerus. Dimogok berjalan. Ingin tahu apakah Zhuge Liying mau mendengarkannya.

Acuh tak acuh. Meski Yue Yi sidah menerikai Zhuge Liying dengan banyak pertanyaan, tetap saja gadis bermarga Zhuge itu tak menggubrisnya.

Hingga Zhuge Liying mengalah. Mengalah bukan artian dia kalah, tetapi mengalah sebab dia bosan mendengar suara nyaring Yue Yi yang membuat telinganya sakit.

"Apa?" sembari berbalik badan ke belakang, dia baru menyadari satu hal. Bahwa Yue Yi sudah tertinggal jauh di sana.

"Ying'er!" Masih merengek walau Zhuge Liying telah berhenti, tetapi dia tidak mau mengejar kakak seperguruannya itu. Malah menunggu Zhuge Liying untuk mendekat padanya.

"Apa?" kesal. Singkat saja menjawab.

"Mengapa kau memberikan bekal trakhir kita kepada wanjta itu? Sedangkan diri kita sendiri adalah pendatang baru di kota ini dan bagaimana kita tinggal nanti, jika kau memberikan bekal terakhir kita pada orang lain?"

Zhuge Liying manaikan salah satu alisnya. Menyunggingkan bibirnya, sembari menghembuskan napas panjangnya.

Temannya itu merengek tanpa sebab. Sama persis seperti anak kecil yang meminta jajan pada orang tuanya, tetapi permintaannya sama sekali tidak dituruti.

"Jika dengan mememberikan itu aku dapat menghidupi kehidupan seorang janda, maka aku akan memberikannya dengan ikhlas ...."

"Dari pada aku harus memberikan milikku pada laki-laki pengecut seperti dia, yang tidak pernah menghormati seorang wanita, maka aku tidak akan mengikhlaskan hal itu. Lebih baik aku membuangnya ke dalam mulut seekor singa, dari pada harus memberikan harta bendaku pada pria pengecut."

Kata-katanya bermakna besar hingga Yue Yi dibuat diam dengan kalimat tersebut. Dia terdiam sejenak di sana sedangkan Zhuge Liying telah melanjutkan perjalanannya, tanpa mengikutsertakan Yue Yi.

Terserah Yue Yi ikut atau tidak. Kali ini Zhuge Liying memilih mengacuhkan saudara perempuannya itu.

***

Langkah pun telah di lanjutkan hamoir keluar dari dalam pasar, tetepi keduanya dikejutkan kembali dengan hadirnya sosok misterius berjubah hitam yang hadir secara tiba-tiba. Entah muncul darimana dia?

Kehadirannya memacu Zhuge Liying pasang pada. Tujuannya untuk melindungi Yue Yi, dan pasti untuk melawan sosok baru itu.

"Hebtikan langkah kalian!" Terdengar mengancam, sembari mengangkat pedang yang sengaja ditunjukan pada Zhuge Liying.

Suaranya layaknya pria. Wajahnya tertutup cadar atau kain hitam, yang terlihat hanya dua bola matanya yang berwarna hijau yang tidak terlalu mencolok.

"Astaga!" jerit Yue Yi. "Datang dari mana kau?mengapa tiba-tiba muncul di hadapan kami? Siapa kau?"

Lain dengan Zhuge Liying yang langsung memasang kuda-kuda. Tidak mau kalah juga. Sebuah pedang menghunus ke depan.

Mengadu kedua mata pedang yang sama-sama panjang dan tajam.

"Katakan dari mana kalian berasal? Kalian pasti bukan dari negeri ini!"

Tebakannya benar-benar tidak salah. Zhuge Liying dan Yue Yi memang bukan asli pribumi negeri ini. Bahkan mereka baru saja menginjakkan kaki di kerajaan tersebut beberapa hari yang lalu. Belum genap satu bulan, tetapi Zhuge Liying entah sudah berapa banyak membuh orang?

"Ying'er!" Yue Yi hanya bisa berteriak dan bersembunyi di balik tubuh Zhuge Liying yang tidak besar tersebut.

"Cepat katakan! Atau mata pedangku akan mematahkan pedang kesayanganmu itu!"

Ancaman keras bagi Zhuge Liying. Sedikit tersentak, tetapi itu bukan masalah bagi gadis bermarga Zhuge tersebut.

Gerakan tangan yang cepat, jurus pedang yang tak bisa terduga-duga. Zhuge Liying mengeluarkan oedangnya yang lain.

Bergerak memutar. Memabalikan suasana. Kedua pedangnya dimainkan denganmemutar pedang sosok hitam tersebut.

Sayang. Jurus yang coba Zhuge Liying perlihatkan masih bisa terbaca oleh sosok tersebut.

Pedanya berhasil lolos dari tekanan yang coba Zhuge Liying perlihatkan.

"Boleh juga jurus yang kau pakai. Kau mencoba untuk memanipulasi pandanganku, tetapi sayang. Jurus kecil seperti itu tidak akan bisa mempengaruhi diriku."

Sombong sekali dia. Menganggap permainan pedang Zhuge Liying sebagai jurus kecil. Haruskah seorang pendekar besar dari negeri sebrang dipermalukan seperti ini?

Sungguh penghinaan besar bagi Zhuge Liying, "Kau mengatakan apa tadi?" Jika gadis itu sudah berkata dengan nada demikian. Maka, hanya ada dua kemungkinan. Mati atau dia akan dipermalukan?

"Aku senang dengan jurus kecilmu. Itu yang kukatakan tadi."

"Kau berkata apa? Jurus kecil!" Kepungan asap meluap-luap di ubun-ubun Zhuge Liying.

Dia mengalami emosional yang tinggi. Belum reda kemarahannya tadi, sekarang telah muncul masalah baru.

"Jika kau memang berani melawanku. Mari kita berduel satu lawan satu. Dan kita akan lihat, jurus pedang siapa yang hebat. Aku atau jurusmu yang kecil itu."

Kembali dia mengulang-ulang kata 'jurus kecil' jelas itu memantik api kemarahan Zhuge Liying semakin besar.

"Aku akan memenangkan pertaruangan ini. Setelah itu aku akan membuatmu menyesali karena sudah meremehkan diriku!"

Zhuge Liying tidak pikir panjang untuk menerima tantangan dari orang itu.

"Secepatnya aku akan membuatmu kalah. Menyerahlah kau!"

CLING .... Secepat gerakan pedangnya.

SSSST .... Melesat seperti bayangan berdiri tegap di depan, tubuh sedikit membungkuk dengan pedang mengacung ke belakang mata menyorot tajam ke depan.

KREK ... Pedangnya terbelah menjadi dua.

BRAK ...

BRAK ... Dan berjatuhan di tanah.

Zhuge Liying berbalik badan lalu merobek cadar hitam yang menutup itu dengan ujung tajam mata pedangnya. Akhirnya terlihat wajah yang bersembunyi di balik cadar tersebut.

Siapa dia yang ada di balik ini semua?

Jawabnya ....

Yue Yi mendekat pada sosok tersebut yang telah terlihat wajahnya. Siapa kah dia? Kedatangannya sungguh mengejutkan dirinya dan Zhuge Liying.

"Ternyata seorang pria," ungkap Yue Yi. "Siapa kau?" lanjutnya mengajukan pertanyaan cepat.

"Shangkuan Yun!" sebut Zhuge Liying yang berucap, bibirnya yang mengatakan itu secara terbuka.

"Ada alasan Apa kau datang menemuiku?" kata Zhuge Liying menambahkan.

"Ying'er, kau mengenalnya?" Yue Yi berbalik bertanya cepat pada Zhuge Liying. Rupanya tanpa sepengetahuan dirinya kakak seperguruannya sudah banyak mengenal rakyat dari pribumi.

Tidak ada jawaban dari Shangkuan Yun. Antara pasrah atau bisu? Mulutnya itu tertutup rapat-rapat.

"Cepat katakan!" Zhuge Liying memaksa

"Ada keperluan apa kau menemuiku sejauh ini?!" Zhuge Liying meneriakinya, bahkan mengancam dengan pedang yang ujung mata pedangnya sudah ada di pelipis mata Shangkuan Yun.

Zhuge Liying bisa saja menusuk bagian sensitif itu, tetapi dia menahan diri untuk tidak melawan.

"Cepat katakan!" lanjutnya untuk memaksa agar laki-laki dari Dao Bao Hu mau berucap.

"Kau memang patung batu yang bisu!"

Kesal, dan akhirnya Zhuge Liying memilih menyerah. Diturunkan pedangnya. Percuma dia berkata keras, bahkan sampai membentak, jika yang ada di depannya hanya patung batu yang bisu.

Itu tidak akan mungkin dan hanya akan menjadi sebuah omong kosong saja.

Dua langkah maju ke depan meninggalkan Shangkuan Yun yang masih keras kepala dengan tetap membisu. Lalu, Yue Yi tanpa berbicara mengikuti Zhuge Liying yang ingin pergi. Langkahnya cepat untuk bisa mengimbangi Zhuge Liying.

Tunggu!

Setelah bungkam dan memilih untuk keras kepala. Shangkuan Yun mau untuk membuka mulutnya. Memanggil Zhuge Liying yang memang sudah sangat kesal.

Siguiente capítulo