Episode sebelumnya.
Seorang Pendekar yang memakai topeng berbentuk hewat telah datang ke tempat itu, lalu seperti Dewi yang turun ke bumi, dengan tangan-tangan ajaibnya Pendekar Bertopeng tersebut mulai memberi pengobatan kepada gadis tak berdosa itu.
***
"Uuuaaaeeee …."
Sebagian racun terus keluar dari mulut gadis itu berupa gumpalan darah berwarna hitam pekat serta mengeluarkan bau amis yang begitu menyengat. Setiap orang yang menciumnya merasa mual, berusaha menjauh sejauh mungkin.
Pendekar Bertopeng terus memberi totokan tanpa henti ini disebut pengobatan akupuntur yang membuat gumpalan hitam terus keluar. Segala jenis penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan tradisional tersebut. Setiap pasien akan memiliki kesempatan hidup yang besar, tetapi tidak semua bisa berakhir baik andai penyakitnya itu memang sulit untuk diobati.
Setelah bersusah payah mengeluarkan racun dari tubuh gadis itu, tepat di totokan terakhir sebuah benda yang seperti jarum berhasil dimuntahkan.
"Jarum?"
Liu yang sedari tadi tidak meninggalkan tempatnya langsung bereaksi. Bagaimanapun sulit dipercaya, di dalam tubuh terdapat Jarum? Siapa yang sudah memasukkannya, tidak mungkin gadis itu dengan sengaja menelan Jarum secara utuh?
"Pendekar Bertopeng."
Bukan hanya Liu yang bereaksi. Xio Chen lebih terkejutnya dari Liu. Selaku orang tua, Xio Chen tidak bisa memahami mental putrinya yang sengaja menelan Jarum guna mengakhiri hidup. Setidaknya itu yang Xio Chen pikirkan.
Orang-orang yang masih tersisa sama terkejutnya dengan Liu serta Xio Chen. Bagaimana juga gumpalan darah yang keluar membuat hati risau, apa lagi sebuah Jarum? Mereka berpikir bahwa gadis itu sedang mempelajari ilmu gaib. Namun, dia gagal dan berakhir dengan kondisi yang buruk.
Pendekar bergaun ungu itu hanya diam tak menanggapi apa pun. Tidak ada yang perlu dijelaskan, tenaga dalam yang dikeluarkan bukan untuk bergosip ria. Penampilannya sudah menarik perhatian, apa lagi diketahui dia memiliki kemampuan menyembuhkan seseorang dengan mudah.
Perlahan warna kulit yang tadinya membiru bengkak mulai berangsur menjadi normal seperti manusia pada umumnya.
"Baringkan dia kembali," pinta pendekar bertopeng, sambil membaringkan tubuh gadis itu dengan dibantu Xio Chen.
Waktu yang dihabiskan Pendekar itu tidak lah banyak. Orang-orang yang semula menjauh kini mendekat kembali. Sebelumnya mereka merasa mual saat mencium bau amis dari gumpalan darah dan sekarang mereka penasaran dengan hasil akhirnya.
Kenyataannya gadis itu terlihat lebih cantik, menawan dan kulitnya juga putih seperti susu. Setiap wanita pasti iri ketika tahu gadis itu lebih sempurna dari mereka.
"Ternyata dia lebih hebat da0ri adik keempat." Liu bergumam pelan, meskipun demikian Pendekar Bertopeng masih bisa mendengarnya dengan jelas.
Liu berdecak kagum, sampai berpikir bahwa kehebatan yang dimiliki saudara seperguruannya masih berada jauh di bawah Pendekar itu.
Bisa dikatakan, tingkatnya sudah mencapai Pendekar Raja atau mendekati Pendekar Suci. Namun, Liu sama sekali tidak pernah melihat sosok Pendekar itu sebelumnya, meski dia sudah menjelajah ke berbagai tempat. Kemampuan Pendekar Bertopeng sangat sulit dijumpai andai dia memang berasal dari Kerajaan ini, sudah pasti namanya terkenal.
"Jika adik keempat ada di sini pun, pasti dia tidak akan bisa mengaobati gadis itu. Aku yakin."
Liu menambah. Bahkan, dia bisa menebak. Feng Li Qian yang terkenal hebat di Dao Bao Hu belum tentu memiliki kemampuan mengobati seperti itu andai mereka dipertemukan, siapa yang akan keluar menjadi juaranya? Liu menunggu kesempatan untuk bisa berkenalan dengan Pendekar Bertopeng itu.
Xio Chen tidak henti-hentinya mengucap syukur dan terima kasih pada sosok Pendekar di hadapannya. Sungguh dia hampir putus asa saat Liu mengatakan, bahwa nyawa putrinya tidak bisa terselamatkan.
Namun, Xio Chen tidak menduga akan mendapatkan kesempatan untuk melihat putrinya kembali. Baginya Pendekar memakai topeng itu adalah Dewa penyelamatannya andai dia tiba lebih lama, kemungkinan Xio Chen tidak bisa memeluk putrinya lagi.
Namun, setidak-tidaknya Xio Chen dapat bernapas lega, setelah beberapa saat dirinya harus menahan napasnya. Kondisi putrinya sudah lebih baik, semua berkat kemurahan hati Pendekar itu.
"Minumkan ini padanya!"
Pendekar itu menyerahkan kantung kecil berwarna coklat pada Xio Chen. Kantung itu berisikan beberapa ramuan obat yang dapat menetralkan racun serta membersihkan racun dari dalam tubuh.
"Baik, Pendekar. Aku akan meminumkannya pada Xio Mi. Terima kasih banyak Pendekar. Berkat Anda, Putriku kembali sehat."
Xio Chen menerima kantung itu dan tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih, meski wajahnya tertutup topeng, tetapi bisa dirasakan bahwa dia tersenyum.
"Kantung ini berisikan obat-obat herbal penangkal racun. Minumkan satu kali dalam satu hari, dalam beberapa hari putrimu pasti akan kembali sehat."
Pendekar itu menambahkan. Bagaimana juga Xio Chen adalah seorang tabib. Sudah sepatutnya dia memahami tatacara pemberian obat pada putrinya.
Pendekar itu mengelah napas menyadari bahwa tindakannya untuk datang ke tempat tersebut sudah sangat tepat andai dia datang lebih lama beberapa menit lagi, kemungkinan sulit baginya menyembuhkan gadis tersebut.
"Pendekar tidak perlu cemas. Aku akan pastikan Putriku meminum semua obat ini. Tak kusangka akan beruntung bertemu dengan Pendekar sehebat dirimu. Aku memang tabib yang lemah, menyembuhkan Xio Mi saja aku tidak bisa."
Pada akhirnya Xio Chen menyalahkan dirinya atas ketidak mampuannya untuk menyembuhkan seseorang. Kemampuan menjadi tabib hanya sebatas mengenal jenis pengobatan dan ramuan saja.
Xio Chen berpikir andai waktu bisa berputar kembali, dia ingin kembali mempelajari ilmu pengobatan secara mendalam, agar di masa depan tidak terulang lagi kejadian seperti ini.
Pendekar itu menepuk bahu Xio Chen sebelum akhirnya dia berkata. "Tuan tidak perlu menyesali semuanya. Tidak ada kata terlambat untuk memulainya kembali andai Tuan ingin mempelajari ilmu pengobatan secara mendalam, maka Tuan dapat melakukannya. Percayalah. Selama kita masih bernapas, maka Tuan masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya. Tuan, pasti memehaminya bukan?"
Bukan hanya memiliki kemampuan yang sangat tinggi. Namun, dia memiliki budi pekerti yang bagus. Hal tersebut membuat Liu semakin penasaran dengan sosoknya. Siapa yang ada di balik topeng itu? Jika terdengar dari suaranya, seperti seorang wanita.
Liu terus memikirkan cara untuk bisa berkenalan. Namun, sebelum dia sempat berbicara Pendekar Bertopeng itu mendadak meningkatkan kewaspadaannya. Liu yang menyadari langsung bereaksi sebab dia juga merasa ada nafsu membunuh di sekitar sini.
Pendekar Bertopeng seketika meningkatkan kewaspadaannya. Dia merasakan ada aura pembunuh yang sengaja dilepaskan.
"Awas!"
Liu terperanjat dan menyadari sesuatu sedang mengincar. Semua orang menjadi panik mendengar teriakan Pendekar itu termasuk Liu yang meningkat kewaspadaannya.
"Merunduk!"
Seketika itu juga mereka merunduk, menutupi kepala dengan tangan dan tidak ada yang berani melihat.
Liu merasakan ada ancaman yang datang. Namun, sejauh ini dia belum melihat keberadaan musuh sampai akhirnya Pendekar Bertopeng itu membuatnya terkejut.
Dia meloncat setinggi mungkin. Terdengar suara seperti sesuatu yang melesat cepat datang dari arah Selatan. Pendekar Bertopeng itu menunjukkan gerakan tangan yang cepat seolah sedang menangkap sesuatu.
Liu tidak menyadari serangan yang datang dari arah Selatan dan pada akhirnya Pendekar itu kembali turun, menunjukkan hasil tangkapannya.
Liu melebarkan matanya, yang ditangkap oleh Pendekar itu adalah jarum yang sama seperti jarum yang keluar dari tubuh gadis itu.
Xio Chen tidak kalah terkejutnya. Pendekar Bertopeng itu berhasil menangkap beberapa jarum yang melesat cepat dengan satu tangan kosong. Bagaimanapun kemampuan Pendekar itu tidak bisa dianggap enteng. Dari caranya bergerak dan menunjukkan kemampuan, dia terlihat bukan berasal dari Kerajaan ini.
"Siapa yang sudah melakukan ini? Keluar kau pengecut! Jangan hanya bermain di balik bayangkan saja, Kau! Jarum kecilmu tidak akan bisa melukaiku, Pengecut!"
Setelah dia berteriak, Liu baru menyadari bahwa musuh sudah berada di sana dan senjata yang dipakai adalah Jarum.
Jarum yang sama, yang berhasil membuat manusia terkapar. Pendekar itu mencari semua penjuru. Namun, sebelum dia berhasil menemukan Liu sudah lebih dulu berteriak.
"Chen Min!"
Liu sudah dari awal curiga akan musuh yang datang. Saat melihat jarum yang ada di tangan Pendekar Bertopeng itu, Liu sudah mengetahui pemilik jarum-jarum tersebut.
Siapa lagi jika bukan Chen Min, yang terkenal sebagai ahli racun. Tidak ada yang pernah selamat dari racun buatannya, meskipun lawannya Pendekar bergelar. Bahkan Pendekar Raja sekalipun tidak bisa menetralkan racun buatannya dan sering kali berakhir dengan kelumpuhan.
"Sial!"
Chen Min mengumpat kesal, saat jarum-harum yang dia lemparkan nyatanya tidak bisa melukai Pendekar Bertopeng. Sebaliknya, Pendekar itu malah menghancurkan Jarum-jarum berharganya itu seperti merobek kertas.
Bukan hanya Pendekar Bertopeng yang menyadari kehadirannya. Namun, Liu yang juga berada di sana ikut menyadari dan membuat Chen Min segera mengambil tindakan cepat.
Beberapa saat lalu Chen Min memang berada di atas atap guna menyaksikan Pendekar Bertopeng mengeluarkan racun dari tubuh gadis itu. Nyatanya jarum itu berhasil dikeluarkan dan dia merasa kesal sampai akhirnya Chen Min melempar beberapa jarum yang sama pada Pendekar tersebut.
Tidak disangka, Pendekar itu behasil menangkapnya dengan mudah. Keberadaan Chen Min pun telah diketahui Liu yang membuat dia segera berlari menjauh.
"Jangan lari kau, Chen Min!"
Liu tidak bisa menahan diri untuk tidak mengejar. Dia meloncat ke atas dan memburu Chen Min.
Pendekar itu melihat Liu yang mengejar Chen Min. Dia tidak mengetahui nama keduanya. Namun, dapat merasakan bahwa pria yang diduga pemilik jarum-jarum tersebut memiliki kekuatan setara Pendekar Bergelar dan begitu juga dengan pria yang mengejarnya.
Setelah Jarum-jarum itu hancur menjadi serpihan debu, Pendekar yang memakai topeng itu segera mengejar keduanya. Langkahnya begitu cepat sampai semua orang tidak lagi bisa melihat sosoknya.
***
Nyatanya pelarian Chen Min sampai pada hutan bambu yang jaraknya jauh dari pasar. Bambu-bambu di sini tumbuh besar, lebat dan tinggi. Letaknya yang jauh dari pemukiman penduduk membuat hutan bambu tersebut kerap kali dijadikan markas para perampok. Entah sudah berapa banyak laporan dari para pedagang yang bertemu perampok ketika hendak melewati hutan.
Chen Min tidak memedulikan semua itu, dengan sengaja dia memancing Liu ke hutan bambu tersebut. Bukan tanpa alasan, Chen Min sangat mengenal seluk-beluk hutan yang membuatnya percaya diri untuk mengalahkan Liu. Sedangkan pemuda dari Dao Bao Hu itu tidak mengenal area hutan yang bisa saja menjadi kelemahan Liu saat bertarung.
Yach ….
Chen Min langsung melempar beberapa jarum beracunnya pada Liu dan tentu pemuda itu berhasil mengelak dari serangan.
Chen Min mengumpat kesal saat jarum-harum hanya bisa mengenai batang bambu dan bukan kepala Liu. Namun, Chen Min tidak berhenti begitu saja, kembali dia melemparkan beberapa jarum ke arah Liu. Kali ini salah satu tangan Liu hampir mengenai jarum tersebut, tetapi dia masih bisa menghindar.
Chen Min memang berada ditingkat Pendekar Bergelar. Namun, Liu juga berada ditingkatan yang sama, pada akhirnya Liu hanya bisa berada di posisi bertahan.
Walaupun demikian, serangan Cehn Min selalu meleset. Jarum-jarum yang dilemparkannya tidak pernah mengenai Liu, sebaliknya malah menghancurkan pohon bambu secara besar-besaran.
Jarum beracun yang Chen Min ciptakan memiliki kekuatan yang luar biasa andai jarum itu mengenai manusia, maka seluruh syaraf yang ada akan mati dan berakhir dengan nyawa yang tidak bisa terselamatkan.
Hal tersebut dapat terjadi pada Xio Mi, putri Xio Chen yang berhasil lolos dari maut berkat bantuan Pendekar Bertopeng.
Liu terus melompat dari satu batang bambu ke bambu yang lain. Setiap kali jarum itu mengenai batang bambu, maka pohon itu langsung melebur menjadi debu.
Liu yang menyaksikan secara langsung kehebatan jarum itu hanya bisa menelan ludahnya. Tidak dapat dibayangkan andai satu jarum berhsil menusuk dirinya? Kemungkinannya dia akan berakhir sama, seperti batang bambu itu.