webnovel

Santa Malhotra?

"Santa Malhotra?" ucap Yelin ketika melihati kartu nama yang sudah dipegangnya dengan tangan kanannya. Tepat di bawah namanya juga tertulis nama kecil seperti nama pekerjaannya yaitu Mafia community, membuat Yelin yang tak mengerti membacanya berulang-ulang dengan bergumam dan akhirnya dia berteriak keras, menyemburkan apa yang tertera di kartu nama itu.

"Santa Malhotra? Mafia community? Maksudnya apa ini? Aku sungguh tidak bisa berfikir dengan jernih, apa aku harus bertanya kepadanya dengan meneleponnya? Masak sihh aku yang harus meneleponnya? Dia memang siapaku? Iya kalau misal dia Raj sihh tidak apa-apa aku meneleponnya duluan, tapi kalau dia kan bukan Raj, aku tidak mengenalnya jadi sungguh malas kalau menelepon, nanti aku dikira gatal lagi, dan berusaha mengejarnya, aaaah tapi bagaimana? Aku sungguh sangat penasaran dengan maksudnya ini, bisa-bisa mati penasaran aku-nya," oceh Yelin yang sungguh sangat frustasi, dia menduga artinya itu memang benar Mafia yang itu pada umumnya, tapi tidak tau maksud tujuan hidup mereka, hanya pernah melihat di dramanya saja, tapi apakah sama yang dimaksud Mafia dalam dunia nyata itu seperti itu? Apa sama dengan di drama? Jadi rasa penasaran itu menggebu-gebu di relung hatinya.

Yelin pun berbalik dan kembali duduk di atas batu besar, merogoh ponsel yang ada di sakunya dan mengeluarkannya. Lalu mengotak-atiknya dan menyimpan nomor Santa, nomor yang sesuai ada di kartu nama itu. Tangannya yang tiba-tiba menyentuh aplikasi mbah google tanpa disengaja, itu malah bagus buat dia, jadinya ia pun mengecek apa itu arti Mafia secara keseluruhan, serta tugas dan kegunaannya, sungguh ingin tau betul apa arti semua itu.

"Apa! Mafia itu adalah suatu organisasi rahasia? Lalu ada yang katanya Mafia baik dan Mafia jahat di dalam mbah google ini? Berarti sama saja dengan di drama yang pernah aku tonton dong, lalu maksudnya ini mereka itu termasuk yang baik atau yang jahat? Apakah Raj juga sama Mafianya? Ahhh aku harus bertanya kepada Raj saja supaya semakin jelas, kalaupun dia baik aku akan tetap maju dan menemaninya dalam hal apapun, kalau dia jahat aku mungkin akan mencoba menunjukkan dia ke jalan terang benderang, bukankah dia sudah menganggapku pacar kepada semua temannya? Jadi sudah bagian dari hidupnya dong aku. Ahhh benar-benar surprise pokoknya, romantis sekali dia, tapi kenapa sungguh cuek dia, sedari tadi tak mengechatku sedikitpun, mungkin dia sibuk, ya sudah tak apa-apa, biar aku yang menghubungi duluan."

Sedari tadi Yelin mengoceh sendiri. Menatapi ponselnya terus-menerus seperti mengoceh kepada ponsel tersebut, padahal dia hanya membuka mbah google sebentar tadi, ponsel juga layarnya sudah tak menyala lagi. Ia juga sampai lupa dengan jam yang sudah menunjukkan pukul lebih dari jam kuliahnya, kalau dia lupa dan keterusan bisa-bisa ibunya mengomel karena dia terlambat untuk pulang.

Saat Yelin masih saja mengoceh dan mencari nomor Raj, berniat akan menghubunginya, tiba-tiba diurungkannya karena Yelin terjingkat ketika ponselnya berdering kencang secara tiba-tiba, lebih kagetnya lagi ternyata yang meneleponnya adalah sang pujaan hatinya, seperti pucuk dicinta ulam pun tiba. Tadi Yelin dengan gencar membicarakannya dan berharap Raj menghubunginya, nyatanya Raj sekarang sudah nongol saja, membuat Yelin sungguh senang rasanya, bahkan bahagia melebihi apapun.

Dan dengan cepat. Yelin langsung menggeser tombol hijaunya. Berdehem terlebih dahulu lalu menyapa duluan karena tiada suara apapun yang menyapanya, Yelin mengira mungkinkah Raj salah tekan? Tapi menurutnya tidak apa-apa, meskipun salah tekan adalah suatu anugerah baginya.

"Ehem. Assalamu'alaikum, halo, Raj? Ada apa kamu meneleponku, Sayang? Apa kamu merindukanku?" ucap Yelin dengan percaya diri sekali, dia berucap seperti itu tanpa berfikir panjang. Namun, tersenyum penuh makna. Bahkan batu yang didudukinya dielusnya dengan lembut, bagaikan orang gila yang sedang kasmaran.

"Hmmmm ehhh maaf aku salah tekan, salah telepon," alasan Raj. Padahal dia memang ingin menelepon Yelin, tapi dia sungguh bingung mau berkata apa, ia aslinya sungguh malas, tapi sudah terjebak dengan kata-katanya sendiri. Kata-kata yang berkata kalau Yelin adalah pacarnya. Jadi mau tidak mau dia harus menjalankan misinya, dengan berpura-pura berpacaran sungguhan, dia wajib baik kepada Yelin, supaya Yelin mau membantunya, jadi sekarang Raj berencana meladeni Yelin saja, mau dia memanggilnya sayang, mbah, abang, eyang terserah saja.

"Yakin salah tekan? Bukannya memang kamu merindukanku? Ohh ya aku mau tanya sesuatu tentang Santa, apa dia—" Belum sempat Yelin meneruskan kata-katanya Raj langsung menyergahnya.

"Santa? Dari mana kamu mengenalnya! Sekarang kamu di mana? Aku akan menghampirimu sekarang!"

"Ehhh jangan! Aku lagi sibuk sekarang! Nanti malam saja bagaimana? Di cafe dekat kampus," balas Yelin yang memang tidak mau sekarang, karena menurutnya dia kucel dan belum ber-make-up, bahkan kalau kelamaan di sini bisa-bisa ke sorean, nanti bisa-bisa ibunya mencari dan dia ketahuan kalau bersama lelaki.

"Cafe? Oke terserah, jam 7." Sehabis mengucapkan itu, Raj langsung mematikan ponselnya, dia benar-benar sangat dingin, tapi bagi Yelin itu adalah aurah yang memancar ketampanannya.

Yelin sangat heboh kali ini. Dia bangkit berdiri dengan berjingkrak-jingkrak dan menciumi ponselnya. Bagaikan menerima anugerah dari langit rasanya. Dia berteriak.

"Hoaaaah yeeeay, Raaaaaj, aku kencan nanti malaaaam yeaaaah, keren sekali huwooooo. Aku harus segera pulang dan mencari baju yang cocok untuk nanti malam," oceh Yelin dan sekarang dia melihati jam yang ada di pergelangan tangannya. Sungguh dia terkejut ketika melihati jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore. Ia pun menepuk jidatnya.

"Astagaaaaa sudah sangat lebih dari waktu kuliahku, biasanya terlambat sedikit saja, ibu langsung bertanya panjang lebar, aku harus segera bergegas untuk pulang, untung saja bukit dekat dengan rumahku."

Yelin pun berjalan ke arah bawah. Berjalan dengan langkah dipercepat, sampai-sampai hampir saja ia terperosok karena jalanan bukit yang agak terjal itu, beruntung dia masih bisa mengerem keseimbangannya. Lagian dia juga terkilir tadi, tapi rasanya terkilirnya sudah sembuh berkat mendengar suara Raj itu.

Dia yang sudah berada di jalanan setapak akhirnya berlari lagi menuju rumahnya. Dan sampailah di depan rumahnya dengan nafas yang tersengal-sengal akibat kencangnya larinya itu.

Ibu Yola yang tiba-tiba membuka pintunya, beliau merasa heran dengan keadaan putrinya itu, mengapa dia seperti itu bagaikan dikejar orang gila saja. Ibu Yola pun bertanya dengan memicingkan matanya.

"Kamu kenapa, Nak? Kenapa seperti habis maraton saja? Apa kamu benar-benar dikejar orang gila? Atau jangan-jangan kamu jatuh cinta?" tebak ibu Yola dengan asal.

Yelin hanya bisa cengengesan dan langsung meraih tangan ibunya lalu mengecup punggung tangannya. Dengan berbisik di telinga ibunya. "Bu, aku lapar," ucapnya.

"Ehhh apa!" kaget ibu Yola karena mengira Yelin menjelaskan tentang kenapa dia ngos-ngosan seperti itu. Bu Yola langsung menjitaknya.

"Auw.

Siguiente capítulo