2 tahun kemudian
Tak terasa hubungan Mario dan Yusuf menginjak usia 2 tahun. Berbagai suka duka mereka lewati bersama. Keributan kecil hanyalah bumbu di dalam percintaan mereka. Yusuf tidak akan betah berlama-lama menyimpan amarah pada Mario, begitu juga sebaliknya. Di anniversary yang kedua ini, Yusuf sangat yakin dengan hatinya, dia ingin melamar Mario dan kembali menawarkan pernikahan.
Hari jum'at pagi ini, Yusuf sengaja mengambil cuti karena ingin menyiapkan sedikit kejutan untuk perayaan hari jadi mereka. Selepas keberangkatan Mario untuk bekerja. Yusuf memutuskan untuk pergi ke minimarket. Ia membeli beberapa bahan makanan yang Ia butuhkan untuk membuatkan makan malam special hasil tangannya sendiri. Setelah itu Yusuf mengunjungi toko yang menjual pernak pernik pesta, Ia membeli beberapa lilin untuk dinner mereka nanti malam. Tak lupa saat kembali ke apartement, Yusuf mampir di toko bunga untuk hiasan meja makan malam sekaligus setangkai mawar putih untuk diberikan pada Mario. Yusuf tersenyum sendiri, dia merasa jiwanya kembali muda layaknya ABG yang baru saja jatuh cinta.
Sesampainya di apartement, Yusuf langsung merias kamarnya sedemikian rupa, meja kecil dan kursi yang ada di balkon apartement harus menjadi saksi keromantisan makan malam mereka, Yusuf memindahkannya ke dalam kamar. Setelahnya Yusuf mulai menyusun lilin-lilin yang Ia beli, Yusuf mensejajarkannya di lantai dan beberapa Ia buat membentuk lambang cinta, tak lupa Yusuf juga meletakkan lilin di beberapa sudut dan juga di meja. Yusuf berniat makan malam nanti memang tanpa lampu sama sekali dan hanya mengandalkan cahaya dari lilin saja. Setelah dirasa cukup, Yusuf langsung berkutat di dapur bermodalkan tips memasak dari Youtube. Sedang asyik memasak, handphone yang Yusuf gunakan untuk menonton video Youtube harus terhenti karena panggilan dari Samuel.
"Holla Samsudin, passwordnya?" sapa Yusuf mengangkat telepon.
"Ya maho..., semakin di depan!!" balas Samuel di ujung sana membuat Yusuf tertawa.
"Ganggu gua cuti aja Samsul!, ada apaan?" tanya Yusuf menghentikan sejenak kesibukannya yang berkutat dengan bahan-bahan dapur.
"Anjing!!, banyak banget nama gua, tadi Samsudin sekarang Samsul" gerutu Samuel, "Yusa, gua minta file yang kemaren dong, email ke gua!" Samuel menjelaskan tujuannya menelpon Yusuf.
"Yahh, ada di flashdisk. Laptop gua tinggal di kantor, sebentar ya, kayaknya ada laptop Mario yang dia tinggal" Yusuf meninggalkan dapur untuk kembali ke kamarnya.
"Lah..., Mario tinggal sama Lu?" tanya Samuel kebingungan.
Mampus keceplosan, Yusuf mengumpat didalam hati.
"E..., anu, ape namenye, aduuh, si Mario kemaren nginep karena kemaleman, tadi pagi dia berangkat laptopnya ditinggal, nanti diambil lagi" Yusuf berkilah, hampir saja rahasia hidup bersama mereka Ia bongkar.
"Oooh..., masih sering ketemu Mario?" tanya Samuel.
"Ya kan temen gua, walau nggak satu kantor tetep sering ketemulah" jawab Yusuf, "nah ini ketemu laptopnya!" seru Yusuf saat menemukan laptop mario yang Ia letakkan di dalam laci lemari besar.
Yusuf mengambil flashdisk yang Ia letakkan di kotak kecil diatas rak yang ada di pojok kamar, lalu mulai menyalakan laptop Mario yang ia letakkan diatas kasur. Namun sayangnya laptop Mario di kunci dengan password.
"Samidi, nanti gua telpon Mario dulu ya, laptopnya pake password" ujar Yusuf.
"Ya udah, yang penting lu kirim, dada Yusa, mmuach" ucap Samuel cekikikan.
"Kontol!!" jawab Yusuf kasar disertai gelak tawa.
Yusuf segera menghubungi Mario untuk menanyakan password laptopnya.
"Hallo, passwordnya?" tanya Mario, Ia sudah terbiasa jika kekasihnya menelpon selalu mengatakan hal itu, bahkan Client saja dikerjai Yusuf dengan sapaan seperti itu.
"My Rio, aku cinta kamu," jawab Yusuf tulus dari hatinya.
"Aku juga cinta kamu," balas Mario, "kenapa? kamu kangen sama aku?" tanya Mario begitu percaya diri.
"Nggak usah ditanya, itu selalu aku rasain. Tapi sekarang, aku boleh pinjem laptop?, mau kirim file buat Samuel dari flashdisk, boleh tau nggak passwordnya?" Yusuf meminta ijin.
"Ya bolehlah, pake nanya. Passwordnya sama kok MAUYAAJA" jawab Mario.
Yusuf menepuk dahinya, setiap password Mario baik handphone, laptop ataupun komputer semuanya memakai password MAUYAAJA.
"Ngomong-ngomong apa sih artinya? kok gitu semua" tanya Yusuf penasaran.
"Dua tahun aku diewe, baru ditanya sekarang" jawab Mario manja. "MAUYAAJA, MAU YUSUF ASABI AJA, nggak nyangka dari password, aku dapet kamu beneran" ujar Mario semakin membuat hati Yusuf berbunga-bunga.
"Ahh, mas jadi ngaceng dengernya, " ujar Yusuf yang dibalas tawa Mario. "Kamu lembur nggak sayang?" tanya Yusuf lagi.
"Nggak. Tapi aku pulang agak telat, jam 7 atau 8 kayaknya" jawab Mario.
"Ya udah, aku tunggu ya, selamat kerja My Rio, I love you"
"I love you more, Mas"
Setelah mengirimkan file yang diminta Samuel, Yusuf kembali berkutat dengan pekerjaannya yang tertunda di dapur. Dengan bangga Yusuf menyimpan hasil karyanya di lemari yang ada diatas kepalanya. Yusuf terlalu cepat memasak, jadi Ia mencicipinya terlebih dahulu untuk mengganjal perut.
"Emm.., pinter juga gua masak, enak banget kayak masakan hotel bintang tujuh, pusing-pusing dah bintang tujuh udah kayak obat puyer," celoteh Yusuf berbicara sendiri.
* * *
Malamnya, Yusuf sudah menyiapkan masakan yang ia buat siang tadi, Yusuf sudah menghangatkan masakannya terlebih dahulu. Yusuf juga sudah rapi dengan kemeja polos berwarna hitam serta celana panjang yang Ia pakai. Semua lilin yang ia atur tata letaknya sudah Yusuf nyalakan, lampu kamar juga Ia matikan serta bed cover yang ada ditengah-tengah kamar Ia geser hingga mentok ke pojok kamar, supaya lokasi makan malam terlihat lega. Tak berselang lama, tepat pukul 19.30, pintu apartement diketuk seseorang. Yusuf bersemangat membukanya, Mario tersenyum dan mendaratkan ciuman saat Yusuf membukakan pintu.
"I have something for you, tapi kamu tutup mata boleh nggak?" pinta Yusuf.
"Aku tutup mata, buka baju ya" goda Mario.
"Jangan!, itu biar aku aja yang buka nanti"
Mario memeluk Yusuf, membenamkan kepala di dada Yusuf dan mengendus aroma minyak wangi yang Yusuf pakai, "aku nggak liat, aku tutup mata sambil dipeluk, kamu harus jalan mundur" ujar Mario berbicara dengan wajah yang tersimpan di dada Yusuf.
Yusuf menutup pintu apartement dengan kakinya. Ia berjalan mundur dengan memeluk Mario, Yusuf sudah bertahun tahun tinggal di apartement ini, tanpa melihat, Ia sudah hafal lokasi-lokasi apartemennya, Mario mengikuti langkah kaki Yusuf dengan wajah yang masih terbenam di dada Yusuf.
"Sekarang, boleh dibuka" ujar Yusuf setelah mereka sampai di dalam Kamar

Terharu?, tentu saja tidak. Mario tidak berekspresi seperti tokoh perempuan yang ada di drama sinetron. Mario justru tertawa, namun hatinya bahagia, itu Ia ungkapkan dengan berkali kali kecupan yang ia layangkan di pipi, kening, hidung, dagu dan berakhir pagutan bibir yang tak pernah bosan mereka lakukan.
"Makasih mas, kamu seniat ini, aku pikir bakal sama kayak tahun kemaren, makan diluar" ujar Mario mengenang anniversary mereka yang pertama.
"Kamu lebih suka makan diluar?" tanya Yusuf.
"Enggak, justru tadinya aku yang mau bikin kayak gini tapi besok, eh keduluan" jawab Mario, "mas, aku nggak tau lagi harus bilang apa, rasanya bilang cinta aja itu nggak cukup, kalo ada kata yang lebih dari kata cinta, aku akan ucapin itu milyaran kali buat kamu, aku bersyukur, aku bisa memegang bagian di hati kamu, maaf kalo aku belum jadi pasangan yang sempurna buat kamu, maaf kalo aku kadang bikin kamu kesel, bikin kamu marah, bikin kamu jengkel, karena sikap keras kepala ku. Makasih, karena kamu memberikan kebahagiaan yang jauh lebih dari kata cukup, malah ampe luber mas. Aku sayang kamu mas, hari ini, esok dan seterusnya, aku selalu sayang kamu. Mas, apa kamu siap buat ngehadapin resiko dari hubungan kita?" Mario berbicara panjang lebar dan mengakhiri ucapannya dengan pertanyaan.
"Maksud kamu?" tanya Yusuf yang tak mengerti kalimat terakhir Mario.
"Hari ini papa sama mama ke tempat cici, mereka ada disana...," Mario menarik nafas, Ia berhenti bicara sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya lagi, "aku siap..., aku siap ngehadap mama sama papa, kamu mau kan besok nemuin mereka? aku janji, baik atau buruk jawaban mereka, aku akan tetap ikut sama kamu."
Yusuf mengangguk. Kemudian Ia bersimpuh dihadapan Mario, mengeluarkan kotak kecil yang Yusuf simpan di saku celananya, sebuah kotak berisikan sepasang cincin yang Ia perlihatkan kepada Mario. Mario tersenyum dalam haru yang merasuki dirinya.
"My Rio, aku nggak nanya, tapi aku maksa, kamu..., nikah sama aku!" ucap Yusuf menyodorkan kotak cincin yang terbuka.
"Aku juga nggak mau nanya, aku maksa. Pakein cincin itu di jari aku!" balas Mario.
Yusuf menggenggam jemari Mario, memberikan kecupan dan memakaikan cincin yang sudah Ia persiapkan sejak lama di jari manis Mario, bahkan sejak Ia menyinggung pernikahan saat usia pacaran mereka baru enam bulan. Yusuf berdiri mensejajari Mario, walau tidak akan pernah sejajar karena Yusuf lebih tinggi dibanding Mario. Mario membalas memakaikan cincin yang satunya ke jari manis Yusuf.
"Aku cinta kamu," Yusuf mengecup kening Mario, membisikkan kata cinta yang tak pernah bosan Ia ucapkan seperti janjinya saat pertama kali resmi menjadi kekasih Mario.
"Aku juga cinta kamu mas" balas Mario memeluk erat tubuh Yusuf.
Keduanya kembali berpagutan dalam penuh cinta kasih yang keduanya rasakan. Mario telah siap menghadapi pahit atau manis hasil dari kejujurannya nanti pada orang tuanya.
"Mas...," bisik Mario, "makannya nanti aja ya, aku mau di pok-pok, pengen dibikin enak" goda Mario.
Yusuf dan Mario kembali berpagutan, saling mencurahkan hasrat dalam kenikmatan yang bersatu padu dengan peluh. Mendesah, merintih dan mengerang disaksikan cahaya lilin yang menemani penyatuan tubuh diantara Yusuf dan Mario. Hingga keduanya saling menyebut nama dengan menyelasaikan hasrat bercinta yang diakhiri dengan basahnya liang senggama Mario dan juga perutnya. Mereka tersenyum dan berbaring diatas lantai, melupakan kegiatan makan malam karena pergulatan yang sangat lama dan melelahkan.
"Mas, Aku cinta kamu" Mario tersenyum mengalungkan tangannya di leher Yusuf yang masih menindihnya.
"Aku cinta kamu, lebih" Yusuf membalas.
"Aku masih maksa, kamu harus lakuin sekali lagi!' perintah Mario tersenyum mesum.
"Paksa aku terus sayang!" balas Yusuf.
Pergulatan Yusuf dan Mario semakin liar, Makan malam semakin terlupakan. Lagipula Yusuf sudah kenyang dengan menyantap setiap inchi tubuh Mario, hingga pertarungan kedua berakhir dengan lenguhan nafas panjang dan juga dada sesak yang naik turun dari keduanya.
"Sekarang aku yang maksa, kita sekali lagi!" ucap Yusuf.
"Lakuin berapa kali yang kamu mau, malam ini..., aku pengen nyebut nama kamu ratusan kali" balas Mario.
Pergulatan Mario dan Yusuf tak kenal lelah. Mereka bercinta seolah tak ada hari esok. Hingga subuh menjelang, keduanya masih saja berbaring telanjang. Tetap saling dekap, saling berbagi hangat, tak perduli peluh yang bercampur pejuh, tumpang tindih dalam rintih masih menjadi keindahan yang mereka lakukan. Mario meliuk dan menukik, sedangkan Yusuf merajam dan menghujam. Seperti kata Mario, Ia ingin menyebut nama Yusuf milyaran kali, walau tak sampai hitungan milyar, namun nama Yusuf menggema tak terhitung, memantul dengan alunan echo nada-nada kata yang terangkai dari bibir Mario. Yusuf sudah tiba di ujung kuatnya, Ia tak sanggup lagi untuk menaklukan rounde berikutnya.
"Mas udah nggak sanggup!" ujar Yusuf tak malu mengakui kekalahannya. Yusuf merasa nafasnya seperti sekarat, kejantanannya meringkuk, sepertinya cairan benih kejantanan Yusuf sudah terkuras habis.
Mario tersenyum, Ia mencium pipi Yusuf yang berbaring di sebelahnya. Ia mengambil tangan Yusuf untuk dilingkarkan ke perutnya, sedangkan kepala Mario bersandar di dada Yusuf, sandaran ternyaman yang tak pernah Ia lewatkan dua tahun ini.
"Jadi aku menang malam ini" ucap Mario penuh kebanggaan.
"Kamu selamanya akan jadi pemenang di hati mas," rayu Yusuf sambil membelai tubuh Mario.
"Jangan bikin aku naikin kamu, terus aku goyang dari atas ya!, gombal terus!"
"Jangan dong, mas udah turun mesin" jawab Yusuf asal, "kita tidur dulu ya, biar bangun langsung ke rumah cici."
"Mas..., dingin...." rengek Mario.
"Mau pindah ke kasur?" Yusuf menawarkan.
"Nggak mau, maunya tidur diatas mas" jawab Mario manja
"Ya udah naikin mas, tapi jangan di goyang ya, nanti oli mas abis, biarin diisi ulang dulu" ucap Yusuf membantu Mario berbaring diatas tubuhnya.
Yusuf memeluk tubuh Mario yang menindihnya, mereka terlelap diatas lantai dengan tubuh Yusuf sebagai alas bagi Mario. Tak Yusuf perdulikan rasa berat, karena bagaimanapun juga tubuh Mario itu berat, tapi tak mengapa bagi Yusuf, memeluk Mario itu adalah candu yang tak ada obatnya.