Namanya juga Pria
Tidur sendiri bangunnya berdua
_________________________________________
Serangan fajar membuat Yusuf takluk, terpaksa bokong yang ia suka harus berkorban lagi dengan gaya serong ke kiri serong ke kanan untuk Yusuf gagahi. Segila itu Yusuf dengan bokong Mario yang ia suka. Otak Yusuf mulai kecanduan bokong, untungnya hanya bokong Mario saja, setidaknya sampai saat ini, tidak tahu jika besok atau lusa.
"Gua disuruh nginep buat dieue doang" keluh Mario ketika pergulatan di kala fajar sudah selesai.
"Nyesel?" tanya Yusuf menepuk bokong Mario.
"Nyesel sih," jawab Mario, "kenapa nggak dari dulu aja" lanjut Mario tertawa. "Gua mau bersih-bersih dulu, ini gua kalo cewek udah hamil diluar nikah" gerutu Mario beranjak dari kasur dan meninggalkan Yusuf sendirian di kamar.
Yusuf melompat dari tempat tidur, merapikan seprei yang berantakan dan menyemprot kamar dengan pewangi ruangan, semerbak bau sperma berganti dengan bau jeruk agar nyamuk tidak suka. Tak lama Mario kembali membuka pintu, ia sudah mencuci muka dan membasahi rambutnya.
"Cari sarapan kuy" ajak Mario sambil melakukan peregangan.
"Boleh" angguk Yusuf, "mau di foodcourt yang ada di GF, apa mau di luar?" tanya Yusuf menambahkan.
"Di luar ajalah biar nggak hamil" jawab Mario asal.
"Kalo hamil gua nikahin kok" ujar Yusuf tak kalah asal, "kunci mobil semalem gua tarok dimana ya" Yusuf kelimpungan mencari kunci mobilnya
"Di atas meja di ruang tamu" timpal Mario "gua nggak ngajak ke yang jauh-jauh, jalan kaki cari di sekitaran apartement lu aja" cetus Mario
Yusuf mengiyakan usul Mario, lagipula di sekitaran apartemen adalah perumahan penduduk yang dipenuhi banyak tukang makanan. Yusuf dan Mario meninggalkan apartement menuju ke lobby dengan berjalan kaki mencari makanan untuk sarapan. Walau bagaimanapun, ngeue juga butuh tenaga.
"Gua suka liatin lu jalan dari belakang" ujar Yusuf berhenti sejenak membiarkan Mario berjalan lebih dulu di depannya.
"Gua hajar lu, Suf" sahut Mario mengepalkan tangan.
"Pantat lu montok banget, Yo" Yusug meremas pantat Mario lalu mensejajari langkahnya.
"Sembrono banget lu, diliat orang malu bego" ketus Mario memicingkan matanya.
Yusuf dan Mario memutuskan untuk makan bubur ayam, Yusuf tim diaduk, sedangkan Mario tim tidak diaduk, mereka berceloteh ria tentang mana yang lebih enak antara diaduk dan tidak diaduk. Tak ada yang berubah dari mereka, semuanya berjalan seperti yang sudah-sudah. Tak ada kecanggungan, semua mengalir layaknya teman.
"Lu punya pacar cowok?" tanya Yusuf memelankan suara karena takut didengar tukang bubur yang belum naik haji.
"Kalo gua punya pacar, gua nggak akan mau dateng ke tempat lu" jawab Mario sambil tetap fokus menikmati bubur ayamnya. "Gua nggak pernah berniat pacaran, hubungan orang kayak gua ini rumit, apalagi gua masih tinggal di negara yang notabene masyarakatnya geli, jijik, nganggep orang kayak gua hina. Padahal ... coba dipikir deh, contohnya lu, lu kan doyan main cewek sana sini, tapi orang justru bangga sama lu, lu bakal dipuja-puja sebagai cowok hebat, mereka nggak mikirin kalo yang lu lakuin salah, yang lu lakuin juga dosa. Beda sebaliknya kalo itu terjadi sama orang yang kayak gua," celoteh Mario berusaha tetap tersenyum walau getir yang menghampirinya, "kita itu punya dosa masing masing, cuma cara ngelakuin dosanya aja yang berbeda."
Yusuf bungkam seribu bahasa. Apa yang dikatakan Mario benar, Yusuf meresapi kata demi kata dari Mario. Beberapa manusia memang terkadang sok suci, saat orang lain melakukan kesalahan kecil, maka akan dipandang sebelah mata, sebaliknya mereka tidak pernah berkaca pada kesalahan atau dosa mereka sendiri. Manusia terlalu sibuk mengurusi hidup orang lain tanpa introspeksi hidupnya sendiri.
"Tapi gua nggak kayak gitu kok" ujarku membela diri.
"Kan gua bilang nggak semua orang, beberapa orang" timpal Mario.
"Apa gua sekarang gay?" tanya Yusuf pada Mario.
"Mana gua tahu, kan yang ngerasain lu sendiri" ketus Mario, "apa lu pernah ngelakuin ini sama cowok lain?" Mario balik bertanya.
"Gila! ya kagaklah, lu itu the one and only" jawab Yusuf mengerlingkan mata pada Mario, "kita bongkar-bongkaran aja nih ya. Sebenernya ... gua mikirin pantat lu semenjak nggak sengaja liat lu mandi telanjang waktu itu, gua yang emang penasaran sama anal seks, jadi kepikiran pantat lu terus-terusan, catet, cuma pantat lu, bukan asal pantat cowok."
"Salah pantat gua apa sih, perasaan nggak lu, nggak yogi, ngelecehin pantat gua mulu" sungut Mario sedikit kesal
"Emang lu pernah dicobain Yogi?" tanya Yusuf memicingkan mata.
"Enak aja!" sergah Mario, "dia sering nyolek doang, nggak ampe kayak lu, sekalinya nyolek pake kontol" Mario tertawa pelan.
"Jadi apa gua gay? gua bingung, gua terangsang liat pantat lu, udah itu aja intinya" ujar Yusuf jujur, kenyataannya memang seperti itu, entah ada magnet apa di pantat Mario, mata Yusuf kadang tidak bisa lepas memandang pantatnya.
"Menurut gua, lu itu heterofleksibel" ujar Mario.
"Istilah apaan itu?" tanya Yusuf sambil tetap fokus makan hingga suapan terakhir, "ada juga heteroseksual, homoseksual, atau biseksual."
"Gua nggak mau kalo nyebut lu biseksual, gua mau nyebut lu heterofleksibel" jawab Mario.
"Apa bedanya? gua biseks kali ya" timpal Yusuf tak mengerti yang Mario ucapkan.
"Beda, kalo biseks itu ke semua cewek dan ke semua cowok, lu kan fleksibelnya ke gua doang, sedangkan di luar sana lu masih straight alias hetero, kecuali lu boong ama gua" ujar Mario sambil meminum teh tawar hangat yang ia tuang dari teko kecil di atas meja.
"Berani sumpah cuma sama lu, lu kali yang udah ratusan kali" ucap Yusuf yakin.
"Sembarangan, emang gua hyper kayak lu, 3 tahun ini gua fun sama satu orang doang, yang kemaren lu liat juga nggak sempet digoyang, tapi masa iya dia nggak mau ketemu gua lagi gara-gara cemburu sama lu, terus dia marah ama gua, aneh tu orang" cerita Mario tertawa lepas.
"Suka kali dia sama lu" timpal Yusuf
"Gua nggak suka, mau gimana lagi" ujar Mario menambah minum satu gelas lagi.
"Ya udah biarin aja, lagian tititnya kecil kok, nggak usah dipikirin" sahut Yusuf tertawa, Yusuf terbayang saat laki-laki yang menggenjot Mario mematung dengan kondom melorot di tititnya.
Mario melemparkan tisu ke wajah Yusuf, "lu pikir ... gua nyarinya selangkangan doang, otak gua nggak kayak otak lu, isinya cuma meki."
"Eits ... udah nambah satu, pantat lu" ujar Yusuf.
"Sial, ayolah pulang, pengen nih" ujar Mario tertawa.
"Mantap, abis makan bubur ngewe lagi" seru Yusuf
Mario kembali melempar wajah Yusuf dengan tissue, "pengen mandi, ngeres aja otak lu."
Setelah membayar sarapan, mereka langsung kembali ke apartemen Yuauf, sebelumnya mereka mampir ke minimarket sebentar membeli kebutuhan dapur dan kamar mandi Yusuf yang habis. Mario memasukkan baby oil ke dalam keranjang belanjaan Yusuf dan membayar belanjaan itu. Setelah sampai di kamar, Yusuf memegang baby oil untuk menanyakan apa manfaatnya sehingga kenapa bisa Mario mengambil baby oil.
"Ini buat apaan?" tanya Yusuf mengangkat botol baby oil saat meletakkan belanjaan di atas meja ruang tamu.
"Lu beli lubricant berani nggak? yang ada lu dipelototin mba-mba indimirit. Itu buat pelicin, pake ludah masih sakit" jawab Mario mengambil air minum, membawa botol air minum dan duduk di samping Yusuf.
"Yuk cobain! penasaran" ujar Yusuf tak sabar.
"Lu mau bikin gua mati diewe, gila lu!" gerutu Mario.
"Ya udah, ntar malem ya, lu nginep lagi aja" cetus Yusuf menggerakkan alis.
"Iya, entar malem" ujar Mario, "gua mandi dulu, bau pejuh" ucapnya tertawa.
* * *
Malamnya seperti yang dijanjikan, Mario akan memberikkan lagi bokongnya dibantu pelicin dari baby oil. Seharian tadi, sejak siang mereka hanya tidur, menyiapkan tenaga untuk kembali bertempur. Yusuf sudah menyiapkan lilin yang ia bariskan di sepanjang sisi bawah dinding kamar. Ia menyalakan lilin dan mematikan lampu. Ia juga meletakkan aroma therapy dengan wangi lavender.
"Udah kayak mau bulan madu aja" celetuk Mario yang masuk ke dalam kamar.
"Kan spesial, pake pelicin" ujar Yusuf menghampiri Mario yang duduk di ranjang, pelicin juga sudah Yusuf siapkan di pinggir kasur, "gua udah pesen lubricant via online" ujar Yusuf membuat Mario tertawa.
"Anjir, seniat itu" Mario masih tertawa.
"Ya apapun, biar bokong yang gua suka nggak sakit" ujar Yusuf mulai berani mengelus paha Mario.
Mario sudah pasrah, ia melucuti pakaiannya, tapi Yusuf menarik tangannya dan mengecup bibir Mario.
Mario mendorong tubuh Yusuf, sehingga bibir Yusuf hanya menyentuh bibir Mario sebentar, hanya seperdetik, "lu nggak mabok kan?" tanya Mario keheranan.
"Kenapa?" Yusuf balik bertanya.
"Barusan, lu nyium bibir gua" ujar Mario.
"Nggak masalah, wangi kok" ucap Yusuf.
Yusuf berniat ingin mencium dan melumat bibir Mario. Namun niat itu terpaksa berhenti karena terdengar ketukan pintu lima kali. Si anjing menggonggong di waktu yang tidak tepat.
"Yogi sialan!" umpat Yusif yang didengar Mario.
"Terus gimana, ada gua disini" Mario tampak khawatir.
"Ya udah santai aja, gua titip matiin semua lilin, mau nyamperin babi ngepet dulu" ujar Yusuf meninggalkan Mario di kamar.
Yusuf membuka pintu apartement, mendapati Yogi yang tersenyum mesum melihat Yusuf.
"Jangan bilang lu beneran main ama Mario, gua liat mobilnya di bawah" todong Yogi yang segera dibekap mulutnya oleh Yusuf.
Yusuf menutup pintu, membawa Yogi keluar apartemen, "nggak usah berisik lerr" ujarku melepas bekapan tangannya.
"Jadi ...."
"Iya, Mario nginep, dan gua emang main sama dia" Yusuf memotong ucapan Yogi.
"Anjing!!" Yogi mengumpat, "bangsat lu, lu serius?" tanya Yogi memelankan nada bicaranya.
"Jurang jelas, Mario udah gua cobain" ujar Yusuf lagi dengan yakin.
"Gila! Shit!" Yogi menggelengkan kepala, "gua cuma becanda ngomong begitu dan lu lakuin beneran, lu bisa jadi homo lerr."
"Kalo gua jadi homo kenapa? gua masih manusia, lu mau jijik sama gua, nggak mau jadi temen gua lagi, silahkan, nggak masalah" Yusuf berusaha memelankan nada agar tidak terdengar Mario atau penghuni lain.
"Anjing, anjing, gilaa, fck!!" Yogi terus mengumpat, lalu ia diam tak bicara sedikitpun. Yusuf sama sekali tak masalah jika benar Yogi memutuskan tali persahabatan.
Yusuf berniat meninggalkan Yogi untuk kembali ke dalam apartementnya.
"Oke lerr, oke" ucap Yogi membuat Yusuf mengurungkan niat untuk masuk, "gua terima apapun keputusan lu, lu tetep sahabat gua."
"Gua bukan homo, gua masih doyan cewek" ujar Yusuf menegaskan.
"Tapi lu udah tidur sama homo, bego!"
"Cuma satu, Mario doang" Yusuf membela diri.
"Ya udah, buktiin sama gua kalo lu masih doyan cewek, ikut gua ke club" tantang Yogi.
"Iya gua ikut, tapi gua ngewek dulu sama Mario, udah nanggung ini" ujar Yusuf frontal, Yusuf memang sudah masa bodoh dengan Yogi.
"Bangke, terus gua gimana?" tanya Yogi.
"Lu tunggu di ruang tamu dengerin desahan Mario atau lu mau tunggu di lantai GF deket kolam renang, atau ... lu mau ikut, dengan syarat, lu yang gua ebol" jawab Yusuf terkekeh.
"Fck you, kalo ikut nyobain Mario bisalah gua pertimbangin" timpal Yogi ikut tertawa.
"Enak aja! nggak bisa! Mario cuma buat gua."
"Ya udah gua di GF aja, jangan lama-lama" ujar Yogi pergi meninggalkan Yusuf.
Yusuf kembali masuk ke kamar, berniat melanjutkan aktifitas yang sempat tertunda. Namun Mario sudah duduk santai di ruang tamu.
"Yogi mana?" tanya Mario santai.
"Di GF, dia ngajak pergi, lagi galau abis diputusin Anya" jawab Yusuf jujur.
"Ya udah, lu temenin Yogi aja, gua pulang aja ke tempat cici gua, gua pinjem baju sama celana lu ya" Mario beranjak dari sofa dan berniat pergi meninggalkan Yusuf
Yusuf menarik tubuh Mario dan ingin mengecup bibir Mario, namun Mario mendorong Yusuf untuk melarangnya melakukan itu, "maafin gua ya" ujar Yusuf menggenggam tangan Mario.
"Santai aja, nggak perlu minta maaf" Mario melepas pegangan tangan Yusuf, "jangan lupa bawa kondom, kecuali lu mau pake kondom sama gua" Mario membalas mengecup pipi Yusuf dan pergi, tubuhnya menghilang di balik pintu.
Yusuf termangu sejenak, tetap saja Yusuf merasa tidak enak. Hati Yusuf diselimuti perasaan merasa bersalah, bimbang dan galau. Apa iya Yusuf mulai memiliki perasaan terhadap Mario. Tapi hati Yusuf masih saja menepis perasaan itu.
"clCepet amat, kalah lu sama Mario?" tanya Yogi saat Yusuf menghampirinya duduk di kursi di pinggir kolam renang.
"Gatot, Mario pulang, lu sih ganggu" gerutu Yusuf.
"Lerr, gua bukannya gimana-gimana, tapi kasian, Mario itu orang baek, mungkin lu nggak baper, tapi pikiran perasaan dia, kalo dia baper gimana?" ujar Yogi serius.
"Tumben lu berpikiran bagus" ledek Yusuf mendengar ucapan Yogi barusan.
"Gua sebenernya open minded lerr, gua syok dikit doang, nggak nyangka aja lu nekat demi ngobatin rasa penasaran buat anal seks. Gua nggak masalah lu mau nyoba ke siapa, tapi kasian Mario, gimanapun juga dia temen lu dan temen gua juga, sekalipun gua udah lama tahu dia gay" ujar yogi lagi.
"Berangkat sekarang, pusing gua dengerin omongan lu" ujar Yusuf tak menggubris ucapan Yogi.
Dalam perjalanan Yusuf hanya diam. Apa yang dikatakan Yogi ada benarnya juga. Yusuf merasakan yang Mario lakukan padanya bukan lantaran nafsu, tapi ada rasa lain yang bisa Yusuf rasakan. Apa mungkin Mario melakukan ini karena dia mencintaiku, lirih Yusuf di dalam hati. Entahlah, kepala Yusuf jadi pusing memikirkannya.